Vote sebelum membaca ❤
.
.
"Mom pulang."
Arabelle mengernyitkan keningnya melihat apartemen yang terlihat kosong. Kemana Finn? Pikirnya.
Wanita itu memilih masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, badannya sangat lengket. Setelah mandi, Arabella menyiapkan makanan yang sudah di belinya tadi. Kalau masak di apartemen pasti lama, sedangkan Ia baru sampai jam enam sore.
Ceklek!
Pintu apartemen terbuka dan masuklah Finn.
"Sayang dari mana?" tanyanya.
"Habis dari Nenek Naomi."
Finn pun duduk disamping Mamanya itu. Piringnya sudah terisi berbagai macam makanan kesukaannya.
"Mama masak?" tanya Finn.
"Enggak, Mama beli."
"Lain kali jangan beli terlalu banyak, lagi pula Finn gak apa-apa kok kalo gak makan daging setiap hari," ucapnya lalu mulai makan.
Arabelle yang mendengar itu langsung menatap sendu putranya. Finn memang sudah besar, dan tahu bagaimana keadaan mereka yang serba kecukupan. Tetapi Arabelle tidak mau anaknya sedih atau merasa kekurangan, biarlah Ia yang bekerja demi kebahagiaan putra kesayangannya itu.
"Gak apa-apa, lagi pulakan sekarang Mama sudah bekerja," ucap Ara riang sambil menambahkan potongan daging sapi ke piring Finn, sedangkan Finn hanya diam tak menanggapinya.
Setelah makan malam itu selesai. Finn masuk ke kamarnya, sedangkan Arabelle membersihkan bekas makan malam. Sesudahnya menonton televisi di ruang tamu. Bukannya fokus ke film, Arabelle malah melamun merenungkan kehidupannya yang berat.
Tidak terasa sudah lima bulan Ia pindah ke Jakarta, Arabelle pindah ke Ibu kota hanya untuk mencari pekerjaan yang lebih bagus dari pada di Bandung yang hanya bisa bekerja sebagai pelayan rumah makan saja, padahal ijazahnya bagus.
Kedua orang tuanya sudah tiada saat Finn berusia satu tahun. Sedih memang, tapi semua ini adalah rencana Tuhan. Setelah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan, Arabelle harus menjadi tulang punggung bagi Finn. Ia pun memutuskan untuk pindah kerja ke Jakarta, tapi saat di sini kenapa Ia malah kembali di pertemukan dengan pria itu. Pria yang dulu pernah menjadi seseorang dimasa lalunya.
"Mama bisa bantu aku?"
Lamunan Arabelle terhenti, Ia menoleh pada Finn yang entah sejak kapan sudah duduk di sampingnya, "Hm kenapa?"
"Mama bisa bantu aku kerjain soal nomor lima? Aku belum ngerti."
Ara mengangguk dan mulai mengajari Finn. Baru kali ini lagi Finn bertanya tentang tugas kepadanya, biasanya anak itu selalu mengerjakan tugas sendiri. Putranya itu sangat pintar, bahkan selalu peringkat satu di sekolah. Tentu saja itu menurun darinya yang memang juga pintar, bukan dari pria sombong itu.
"Sekarang tidur, sudah malam."
Finn mengangguk, "Terima kasih," ucapnya lalu pergi, tapi panggilan Arabelle menghentikan langkahnya.
"Good night."
"Good night Mom."
Ara tersenyum melihat itu, walaupun Finn memang anak yang cuek tapi putranya itu selalu terlihat manis. Ia sangat menyayangi Finn melebihi apapun. Karena sudah malam Ara pun memutuskan untuk tidur, lagi pula besok harus bekerja. Jangan sampai telat lagi dan mendengar omelan menyebalkan dari Bosnya yang menyebalkan.
***
Arion mendelik sinis pada sekertaris barunya sebelum masuk ke ruangannya. Sial wanita itu tak telat, jadi Ia tak bisa memarahi Arabelle. Huh padahal Arion sudah menyiapkan ceramahannya dari malam untuk sekertarisnya itu. Pria itu masuk ke dalam ruangannya. Tidak lama telphone kantornya berdering, dengan malas Ia mengangkat.
"Hallo?"
["Setengah jam lagi ada meeting di restoran Bahari bersama perusahaan DCU grup."]
Arion mengernyit tak suka saat tahu dari siapa penelphone ini, "Masuk ke ruangan saya sekarang," perintahnya lalu mematikan panggilan itu.
Enak saja memberitahunya lewat telphone. Arion akan menghukum wanita itu karena bersikap tak sopan pada atasannya, sebenarnya Arabelle pernah bekerja tidak sih?! Pintu ruangannya tiba-tiba terbuka dengan keras. Lihatkan wanita itu benar-benar bar-bar, tidak punya sopan santun.
"Apa anda punya sopan santun Nona Deolinda?"
Arabelle berdecak malas mendengar ledekan itu, sepertinya bosnya itu akan mengerjai nya lagi. Arabelle bisa membaca hanya lewat ekspresi wajahnya saja.
"Oh sepertinya memang gak punya ya, padahal sekolahnya tinggi tapi ya gitu."
"Ada apa?!" ketus Ara.
"Saya gak mau ya kamu ngasih tahu jadwal lewat telphone, pokoknya setiap ada apa-apa harus temui saya langsung."
"Males."
"Ya udah jangan kerja."
Arabelle lagi-lagi hanya berdecak mendengar sikap so' berkuasa pria itu. Rasanya Ia gemas sekali ingin mencabik-cabik wajah Arion, mematahkan hidungnya yang mancung. Hah? Arabelle segera menggeleng karena tidak sengaja memuji.
"Kenapa? Lagi ngebayangin apa-apa ya sama saya?"
"Jijik!"
Arion mengangkat bahunya, "Tadi kenapa nelpone?"
"Ck, saya bilang setengah jam lagi ada meeting di restoran Bahari dengan perusahaan DCU grup." Tuli ya Arion itu?
"Kenapa harus di restoran?"
"Ya mana saya tahu."
"Kok gak tau sih?! Sana telphone dulu kenapa harus di restoran meetingnya. Mau meeting atau mau makan sih gak jelas banget."
Arabelle mengelus dadanya mencoba bersabar menghadapi sikap semena-mena bosnya itu. Jangan sampai Ia mengumpat, oh tidak baik.
Arabelle sudah tobat!
Dengan penuh kekesalan di dada, wanita itu melangkah keluar dari sana.
Setelah melihat pintu ruangannya tertutup dengan keras, Arion tidak bisa menahan tawanya lagi. Mood paginya jadi baik seketika karena berhasil membuat Arabelle kesal. Sungguh menyenangkannya bisa mengerjai wanita itu.
Padahal walaupun Arya tak memberitahunya, Arion sebenarnya sudah tahu apa jadwalnya. Ia bukan bos bodoh yang hanya mengandalkan sekertaris, Arion adalah bos yang telaten dan teliti.
Tanpa menunggu lama, Arion terlebih dahulu merapihkan penampilan nya lalu keluar ruangan. Saat keluar Ia melihat Ara yang baru saja akan masuk, otomatis mereka bertabrakan.
"Aduhh," ringis Arabelle sambil mengusap jidatnya.
"Buruan, nanti telat!"
Arion berjalan terlebih dahulu tanpa memperdulikan Ara yang sedang bersiap-siap. Sepanjang perjalanan ke bawah, Ara menggerutu sebal melihat tingkah menyebalkan dari bosnya.
Baru saja dua hari bekerja di sini, tapi Ia seakan sudah tak kuat jika setiap hari harus di kerjai. Wanita itu menatap mobil hitam yang di dalamnya terlihat Arion, dan tanpa permisi Ia ikut masuk lalu duduk di kursi depan.
"Ngapain kamu di sini?!" tanya Arion sinis.
Ara mengernyitkan keningnya bingung, "Ya kan kita mau pergi ke retoran itu buat meeting."
"Ya tapi kenapa kamu masuk ke mobil saya?"
"Hah? Kan saya sekertaris kamu."
"Ya terus kalo sekertaris saya harus gitu semobil, gak sopan banget sih!"
Arabelle menatap benci Arion, Ia pun terpaksa kembali turun dan tidak lama mobil hitam itu pun pergi. Rasanya Ara ingin menangis, Ia kesal mendapat perilaku semena-mena Arion. Tak tahukah jika Ia sakit hati dengan sikap pria itu? Ara menghapus kasar air matanya sebelum memesan taxi online.
Jangan pikirkan pria brengsek itu, batinnya.
Lima belas menit kemudin Arabelle baru sampai restoran itu karena terjebak macet. Dengan tergesa Ia bertanya dimana ruangan untuk di jadikan meeting pada pelayan, dan setelah tahu Iapun segera pergi ke lantai dua dimana di adakannya meeting.
Awalnya Ia ragu untuk mengetuk pintu itu, tapi jika tidak maka dirinya akan semakin terlambat. Dengan keberanian, akhirnya Ara mengetuk pelan lalu membuka pintu itu. Semua orang di dalam langsung menatapnya bingung, dan tentu saja membuatnya malu.
"Maaf saya terlambat," gugup Arabelle.
"Anda siapa?"
"Saya sekertaris pak Arion."
"Ah silahkan duduk."
Arabelle pun buru-buru duduk disamping Arion, untung saja kursi itu kosong mungkin memang khusus untuknya. Baru saja duduk pria di sampingnya langsung membisikan sesuatu di telinganya.
"Telat lo, awas ya gue punya hukuman!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Alanna Th
sdh prnh baca, tp lupa critanya n kpn bacanya. mo baca ulang, thor 🤔👍👍👍😍😂🤣
2023-07-06
0
decasha
telat jg karena lo boss
2022-02-18
0
Sri Widjiastuti
ada bpknya si Finn jg. biar pisah g tanggung jwb kah si arion??
2021-07-04
2