Gomennasai

"Lo udah .... Mmm..." Naya kesulitan mengeluarkan pertanyaannya," Lo sama Naoki, kalian udah itu??" tanyanya hati-hati takut Hani tersinggung dan marah lagi.

"Belum," jawab Hani enteng, "Gue lagi dapet,"

"Yaah... Penonton kecewa," celoteh Amel tapi buru-buru menutup mulutnya setelah mendapat tatapan tajam Irene.

"Peace Han.." Amel menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya pada Hani, tanda meminta sahabatnya itu agar tidak marah.

Tuk

Hani menjitak kepala Amel pelan dan membuat si empunya meringis.

"Kuliah lo gimana?" tanya Naya setelah menyeruput lemon tea nya sampai tandas ke dasar gelas, menyisakan bongkahan es berbentuk kubus itu.

"Ngga gimana-gimana sih. Emang kenapa?"

"Ya, kan lo udah nikah sama Naoki. Lo bakal ikut dia balik ke Jepang kan? Atau Naoki yang bakal tinggal disini?" sambung Naya, si gadis mungil dengan lesung pipi itu.

"Ngga tau nanti. Kita belum sampe sana obrolannya," Hani meletakkan kepalanya di meja, menatap ke arah Naoki yang kini berada di balkon, menikmati semilir angin yang mulai terasa hangat, "Ngga tau dia bakal ijinin gue kerja lagi apa engga,"

"Ya tinggal resign aja sih Han, apa susahnya?" timpal Amel.

"Gue udah terlanjur nyaman disana. Mereka udah kaya keluarga gue. Dan sekalinya kita bisa ungkapin suatu kasus, ada kebanggan tersendiri,"

"Tapi, pernah ada ancaman ngga buat lo atau tante Yura?" Irene tampak khawatir.

"Ngga sih. Kan ngga ada yang tau identitas penyidik KPK selain pihak intern."

"Lo udah kasih tau tentang kerjaan lo?" Naya menatap ke arah Naoki yang mulai mendekati mereka.

"Belum,"

"Han.. Dia muslim kan?" Amel menatap Hani penasaran.

Tuk

Kali ini tangan Naya yang berhasil mendarat di tempurung kepala si kacamata bulat, "Pertanyaan lo ngga butuh jawaban, SARA tuh. Lagian apa hubungannya keyakinan sama kerjaan dia?"

"Yee... Sapatau kaan," Amel mencoba membela diri, "Dari kita berempat, Hani yang paling selektif milih cowo. Diajak kencan ngga mau, dikenalin tanya muslim bukan, kalo aja si Inoue itu muslim, mungkin mereka udah nikah,"

Hening

Amel segera menutup mulutnya. Kali ini dia keceplosan, lupa permintaan Hani beberapa saat lalu yang memintanya tak menyebutkan nama itu lagi.

Memang dari mereka berempat, Amel yang paling ceroboh dan tidak bisa jaga mulut. Dia seringkali kelepasan seperti tadi. Hani yang biasanya paling sabar menghadapinya, tapi entah kenapa emosinya kali ini tampaknya sedang menipis stok kesabarannya, mungkin efek hormonal juga berpengaruh.

"Gue cabut ya Ren. Makasih traktirannya," Hani segera menghampiri Naoki yang hanya berjarak beberapa meter di belakangnya, "Ayo pulang," ajaknya seraya menggandeng lengan Naoki yang hanya mengangguk. Hani mencoba tersenyum di depan suaminya.

"Mulut lo ya Mel," Naya mencubit bibir Amel yang otomatis mengerucut karena merasa bersalah.

"Han, sorry gue kelepasan lagi," ucap Amel menghadang Hani yang bersiap menuruni anak tangga pertamanya bersama Naoki.

"Sorry Mel, kita pulang dulu. Gue capek," Hani berjalan menyamping, mencari celah antara Amel dan pembatas tangga. Naoki dengan setia mengekor di belakangnya.

"Yaah, gue salah ya? Hani marah sama gue Ren," Amel mengadu pada Irene yang tengah membersihkan meja mereka dibantu oleh Naya.

"Salah lo sendiri. Rasain tuh akibatnya, makanya jaga tuh mulut," sewot Naya membawa nampan berisi gelas dan piring kotor ke dapur, meninggalkan Amel dan Irene yang tampak tenang.

"Hani cuma lagi capek. Besok juga baikan kok,"

"Beneran?" Amel ragu.

"Iya, tenang aja,"

*******

19.30 WIB

Naoki melipat sajadah nya setelah menyelesaikan sholat 'isya, lalu menghampiri Hani yang sedang masak di dapur.

"Masak apa?" Naoki mendekat dan mulai mengendus masakan istrinya itu.

"Telur balado," jawabnya singkat tanpa ekspresi.

Naoki menatap wajah Hani di depannya, berbeda sekali dengan wajah imutnya kemarin malam saat ia berhasil menggodanya.

"Kamu kenapa?"

"Ngga papa," jawabnya ketus. Dengan cekatan ia mengambil piring dan mengisinya dengan nasi setelah mematikan kompor.

Naoki mendekat dan membantu Hani memasukkan telur baladonya ke mangkuk melamin berwarna hijau itu dan membawanya ke meja.

Keduanya makan dalam diam, Hani juga tampaknya tidak ingin mengatakan apapun. Ia bahkan tak menatap Naoki selama makan.

"Aku yang akan mencucinya. Kamu mandilah dengan air hangat agar tubuhmu segar,"

Hani berlalu tanpa menjawab sepatah kata pun. Naoki mencoba tersenyum melihat istrinya yang mulai menjauh. Dia tau istrinya sedang badmood, di resto tadi sekilas ia mendengar mereka membicarakan Inoue. Mungkin itu yang membuat Hana uring-uringan setelahnya.

30 menit berlalu

Hani keluar dari kamar mandi lengkap dengan piyama tidurnya, rambutnya terbungkus handuk yang mengular di atas kepalanya. Detik berikutnya ia duduk di depan meja rias berniat membersihkan wajahnya. Sekilas ia melihat Naoki dari pantulan bayangan cermin di depannya. Kacamata yang bertengger di atas hidung semakin membuatnya terlihat imut.

Seolah tau sedang diperhatikan, Naoki menutup bukunya dan beralih memandang Hani di cermin. Mata keduanya bertemu dan membuat Hani terpaksa melihat ke arah lain. Membuka laci dan mengambil kapas pembersih sebelum mengelapnya ke wajah.

Naoki mendekat dan berdiri tepat di belakang Hani, "Dimana hairdryernya?"

Hani menoleh sekilas sebelum membuka laci no 2 dari bawah, mengambil pengering rambut dan memberikannya pada Naoki. Dengan cekatan Naoki membantu Hani mengeringkan rambutnya setelah melepas handuknya.

"Kenapa kamu begitu baik padaku?" tanya Hani yang menatap Naoki dari cermin. Yang ditanya hanya tersenyum.

"Karena kamu istriku," jawabnya lugas.

"Aku bahkan tidak mengenalimu, dan sampai sekarang aku tidak memiliki perasaan apapun padamu,"

"Aku tahu. Nanti kamu tidak akan bisa berpaling. Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku," ucapnya dengan percaya diri.

Hani menepis tangan Naoki yang bersemayam di kepalanya, "Aku menyukai orang lain," ucapnya lemah, "Gomen ne" lanjutnya.

(Maaf)

"Takuto-kun kan?"

Glek

Hani menelan ludahnya dengan susah payah.

"Ayah sudah menceritakan semuanya, dan tanpa kamu tahu, dia adalah sepupuku,"

Mata Hani terbelalak menatap suaminya dari cermin. Tak butuh waktu lama untuknya berdiri dan berbalik menatap Naoki.

"Se... Sepupu?"

Naoki mengangguk sekali, "Dia tidak bisa hadir di pernikahan kita kemarin karena sedang ada di Prancis," jelasnya.

Hani speechless dan kembali duduk di kursinya. Ia tak percaya dengan fakta yang barusan ia dengar. Orang yang selama ini ia hindari justru sekarang menjadi keluarga dekatnya. Hani bangkit dan berjalan menuju pintu keluar saat Naoki tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Jangan pergi," ucapnya tepat di telinga kanan Hani, "Maaf tidak mengatakannya sejak awal. Aku baru mendengarnya semalam dari ayah. Gomennasai,"

"Aku haus," jawab Hani seraya melepaskan tangan Naoki yang menahan perutnya dengan paksa. Baru selangkah maju, Naoki menarik pinggangnya dan membalikkan badannya membuat mereka berhadapan.

Cup

Naoki mencium kening Hani dan kemudian memeluknya. Membawanya menikmati ritme detak jantungnya yang terdengar dari telinga kiri Hana.

"Gomennasai Hana-chan,"

(Maafkan aku)

***********

Arigatou & see you next chapter.

Bye,

With love,

Hanazawa Easzy

Terpopuler

Comments

Ai Hodijah

Ai Hodijah

aku suka kalau ada bhs asingnya yang di translite,jadi dapat ilmu baru

2023-01-09

0

Chundasah Cholil

Chundasah Cholil

Cerita ini bagus. Bahasanya enak, tdk membingungkan. Gimana caranya agar banyak yg menikmati (membacanya) Thor?

2020-10-30

1

Alina_piqaQ

Alina_piqaQ

Author dah jatuh cinta ma Hana & Ken
Jadi.x selalu salah nulis
Q.maaf kan 😂😂 😂😂😂😂

2020-10-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!