Kembali

"Aku akan kembali esok pagi. Arigatou & Sayonara," ucap Hani dingin, beranjak kembali ke kamarnya.

(Terima kasih & selamat tinggal)

"Kakakmu hamil..." ucap Kotaro dengan suara bergetar.

Hani menghentikan langkahnya tepat di depan pintu, tangannya terulur meraih handle pintu yang akhirnya terhenti di udara.

"Dia hamil, makanya dia menolak pernikahan ini karena merasa tidak pantas. Dia tidak mau mengkhianati kalian. Tolong mengertilah, dia juga bersedih"

Hani berbalik dan melihat Naoki yang tampak terkejut, sama halnya dengan dirinya. Itu artinya Naoki sama sekali tidak tahu tentang hal ini. Hani sedikit bimbang, tetap mempertahankan egonya atau mendampingi kakaknya yang sedang dalam kondisi mental yang tidak baik.

"Itu bukan urusanku" ucapnya acuh. Hani tetap masuk ke kamarnya. Mengabaikan bisikan malaikat yang memintanya peduli pada gadis yang hanya selisih setahun darinya.

Hani masih ingat sikap Maruko saat ia dan teman sekelasnya, Takuto Inoue pergi ke taman bermain.

FLASHBACK

Hani sedang membidik kaleng di depannya dengan serius, Inoue dengan sengaja mengacaukan konsentrasinya dengan meniup-niup telinga Hani yang saat itu belum berjilbab. Hani merasa risih dan akhirnya tembakannya meleset. Inoue tertawa terpingkal-pingkal karena tidak ada satu kalengpun yang tumbang oleh peluru karet yang Hani arahkan.

"Aku akan tunjukkan seperti apa snipper sejati bekerja," celotehnya usai ia mengakhiri tawanya.

Hani mengerucutkan bibirnya pertanda marah, ia bersedekap tak jauh dari posisi Inoue berdiri.

"Jika aku bisa menjatuhkan semua kalengnya, kamu harus jadi pacarku," pintanya sambil mengerlingkan mata.

Hani diam saja, bagaimanapun ia juga menyukai Inoue.

Klang klang klang

Inoue berhasil menjatuhkan semua kalengnya dan mendapatkan sebuah boneka beruang sebagai hadiahnya. Hani tersenyum bahagia karena sebentar lagi boneka itu akan jadi miliknya, dan jika Inoue serius dengan perkataannya, mereka akan berkencan, menjadi sepasang kekasih.

Hani membayangkan akan menjalani hari-hari yang indah di SMA bersama Inoue tahun depan.

"Untukmu," ucapnya seraya menyodorkannya pada Hani.

Hap

"Arigatou, Inoue-kun" ucap Maruko menyambar boneka yang belum sempat Hani ambil itu. Tangan Hani berhenti di udara. Detik berikutnya Maruko menggandeng lengan Inoue dan menyunggingkan senyum termanisnya.

Hani dan Inoue terpaku dan saling pandang, tidak mengerti keadaan yang tiba-tiba ini. Inoue berusaha melepas pegangan Maruko tapi gagal karena gadis berambut coklat itu memegangnya dengan sangat erat.

"Inoue-kun, aku menyukaimu. Ayo kita berkencan," ucapnya manja.

"Mm... Maaf aku tidak..." Inoue masih berusaha melepaskan diri.

"Aah, Hani-chan apa kamu belum mengatakannya pada Inoue? Kamu bahkan meninggalkan surat cintaku begitu saja" Maruko mulai merajuk.

"Nani?" Hani tak mengerti maksud ucapan kakaknya.

(Apa?)

"Inoue-kun, aku meminta Hani memberikan ini untukmu. Aku menuliskannya semalaman tapi ia mengabaikanku dan meninggalkan surat ini begitu saja," Maruko mengadu dengan wajah memelasnya, menunjukkan surat berwarna merah jambu di tangan kirinya.

"Surat? Kakak tidak..." Hani coba membela diri bahwa yang dikatakan kakaknya tidak benar.

"Hani-chan, kamu mencoba mengkhianatiku?" Maruko memotong pertanyaan Hani, "Kamu tahu aku menyukai Inoue sejak lama tapi kamu justru berusaha mendekatinya? Bukankah kamu bilang akan membantuku, kenapa jadi begini? Aku tidak masalah jika harus bersaing denganmu tapi bukan dengan cara berkhianat seperti ini," Maruko pura-pura marah.

"Apa?" Hani benar-benar tak mengerti situasi ini. Maruko tidak pernah mengatakan apapun soal Inoue, jadi kenapa hari ini ia bersikap seolah-olah dikhianati oleh Hani?

Maruko mengerlingkan sebelah matanya, meminta Hani mengikuti sandiwaranya. Hani terdiam di tempatnya, tak percaya sikap menjijikkan Maruko. Maruko rela menjatuhkannya demi mendapat perhatian Inoue.

"Hani-chan," panggil Inoue.

Hani mundur dan berbalik pergi. Berlari sekuat tenaga meninggalkan keduanya. Kembali ke rumah dengan mengayuh sepedanya sambil menangis.

FLASHBACK END

Sejak saat itu Hani mengabaikan Inoue dan selalu menghindarinya. Bahkan sampai kelulusan sekolah ia tak pernah membalas pesan dari Inoue. Karena kejadian itu sikap Hani berubah, ia jadi pendiam dan tak pernah mau berbicara dengan Maruko. Lebih menutup diri dan tak mudah percaya pada siapapun.

Tak disangka, masalah terjadi dengan ayah dan ibunya yang membuat mereka harus berpisah. Diam-diam ayah 'bermain' di luar dan membuat ibu kecewa. Ibu memilih berpisah dan membawa Hani kembali ke Indonesia.

Ibu meminta Hani tidak kembali ke Jepang, tapi Maruko membodohinya malam itu. Ia mengatakan ayah kritis di rumah sakit, Hani yang panik langsung memesan tiket pesawat malam itu juga dan baru menghubungi ibunya sesaat sebelum check in. Ibu mencegahnya tapi Hani bersikeras tetap pergi.

Kembali ke ruang tengah, Kotaro duduk di sebelah Naoki dengan wajah penuh penyesalan.

"Dia dulu tidak begitu," ucapnya lirih, "Dia gadis yang periang dan penuh senyum. Aku dan Maruko mengkhianati kepercayaannya. Dia menutup diri karena kebodohan dan keegoisan kami," ungkapnya.

Naoki terdiam menyimak. Kotaro menceritakan kejadian yang membuat Hani berubah, juga sebab ia berpisah dengan ibu Hani.

"Tolong jaga Haniku," ucapnya di akhir pengakuannya.

Naoki mengangguk sebelum menyusul Hani masuk ke kamar. Meninggalkan pria 50 tahun yang tengah menyesali masa lalunya itu.

Beberapa baju tertata di atas ranjang. Hani sedang mengambil koper yang ada di atas lemari dengan bantuan kursi. Tangannya yang mungil tak terlihat kesulitan meski mengangkat koper yang cukup besar itu. Naoki mendekat, langsung meraih koper itu dan meletakkannya di lantai. Menyembunyikannya di belakang tubuhnya.

"Aku ikut," ucapnya menahan tangan Hani yang hendak meraih koper di belakang Naoki. Hani menatapnya tajam penuh kemarahan.

"Tidak," tolak Hani, tangannya tetap berusaha menggapai koper warna hitam itu. Naoki masih berusaha menghalanginya dengan segala cara. Hani memaksakan diri dan membuatnya semakin dekat dengan badan Naoki.

Cup

Naoki mencium pipi Hani untuk mengalihkan perhatiannya, dan ternyata cara itu berhasil. Tubuh Hani menegang seketika, ia tidak bergerak selama beberapa detik. Ia sangat terkejut karena perlakuan Naoki yang tidak ia duga barusan. Memanfaatkan keadaan itu, Naoki menarik tangan Hani dan mendudukkannya di ranjang, berhadapan dengannya.

"Dengarkan aku," ucapnya pelan, menatap wajah chubby istrinya.

Hani terdiam, mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Lihat aku." pintanya kemudian.

Hani tidak menggubris dan tetap berpaling tak ingin menatap lawan bicaranya. Dia grogi, bagaimanapun mereka masih orang asing yang baru bertemu kemarin. Terlebih Naoki yang tadi mencium pipinya membuatnya salah tingkah dan malu.

"Istriku, lihat aku," pinta Naoki dengan sabar.

Hani semakin salah tingkah mendengar panggilan Naoki padanya. Hani menarik tangannya dari genggaman Naoki dan berbalik memunggunginya.

"Lihat aku atau mau kucium lagi?" Naoki mulai menggodanya dan berhasil membuat Hani menatapnya detik itu juga. Raut wajahnya tak seperti tadi, ia terlihat lebih tenang meski rona merah masih nampak di wajahnya. Naoki tersenyum menyadari Hani gagal memasang wajah seramnya kali ini.

"Masih marah?" Naoki semakin melebarkan senyum menampakkan deretan gigi putihnya, Hani menunduk malu karena Naoki memandangnya terus menerus.

Beberapa menit berlalu tanpa ada aktivitas apapun. Naoki menikmati pemandangan di depannya dengan senang hati, sementara Hani merasa gondok sendiri karena Naoki mendiamkannya dan terus tersenyum. Perlahan Hani mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap mata Naoki.

"Sudah?" Ken mendekatkan wajahnya ke depan wajah Hani, hanya berjarak beberapa centimeter saja, "Dengarkan aku,"

Nafas Hani tercekat, wajahnya memanas tanpa sebab, "Jangan terlalu dekat," pintanya lirih.

Naoki tersenyum dan menarik kepalanya ke belakang, masih dengan senyum yang tak hilang dari wajahnya.

"Hani-chan... Semua orang pernah melakukan kesalahan. Kita tidak bisa mengambil keputusan yang tidak merugikan siapapun, bahkan terkadang kita merugikan diri kita sendiri,"

"Intinya saja," sela Hani yang membuat Naoki memegang kedua pundak Hani.

"Baiklah. Aku mengakuinya. Aku juga bersalah dalam hal ini. Aku membiarkanmu dijebak oleh Maruko. Tapi bagaimanapun juga itu bukan sepenuhnya salahku karena kamu juga bodoh dengan menuruti perintahnya,"

Hani tampak sebal mendengar Naoki mengatainya bodoh, tapi hal itu benar adanya. Kalau saja ia mendengarkan ibunya malam itu, tapi sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur.

"Apa kamu tahu apa hukuman terberat untuk para pengkhianat?" Naoki mengisyaratkan tanda kutip dengan kedua jarinya saat mengucapkan pengkhianat, "Mereka menghabiskan seluruh waktunya untuk menyesali perbuatan jahatnya. Setiap hela nafas yang ia ambil penuh dengan harapan bahwa ia tidak akan melakukan kebodohan itu lagi di masa depan. Dan setiap hela nafas yang ia keluarkan, ia berharap waktu kembali agar ia bisa memperbaikinya. Tapi itu hal yang tak mungkin kan?"

Hani terdiam mendengar penjelasan Naoki, mencoba menerima alasan yang akan diberikan Naoki atas nama ayah dan kakaknya.

"Aku tidak akan memintamu memaafkan paman dan Maruko. Aku memintamu untuk memaafkan dirimu sendiri. Kamu berhak melepaskan luka itu agar kamu bisa bebas bahagia dengan masa depanmu. Apa yang terjadi, semua kehendak Allah. Apa kamu akan menentangNya?"

Lagi-lagi Hani hanya bisa membenarkan pernyataan Naoki, ia selama ini menganggap Maruko merebut Inoue darinya. Padahal ia amat sangat tahu bahwa mereka hanya teman, sebatas orang yang bertemu setiap hari. Bahkan tanpa Maruko kacaukan pun, mereka akhirnya akan berpisah karena keputusan ibu untuk kembali ke Indonesia.

Entah kenapa alasan Naoki kali ini bisa masuk ke dalam hatinya. Apalagi Naoki menyebut nama Allah, yang membuatnya ingat bahwa semua yang terjadi tak mungkin luput dari penglihatanNya.

"Maaf," gumam Hani pada akhirnya.

"Jangan meminta maaf padaku. Minta maaflah pada dirimu sendiri. Kamu berhak bahagia dengan caramu sendiri,"

Hani mengangguk, "Terima kasih," ucapnya lirih seraya menatap mata Naoki yang hanya dibalas dengan senyuman.

"Hmm... Ini tidak gratis," goda Naoki sambil memajukan wajahnya.

"Apa?" Hani memundurkan wajahnya mencoba menghindari suaminya.

Naoki melepaskan tangannya yang sedari tadi berada di pundak Hani dan beranjak mengambil koper yang sempat mereka perebutkan tadi. Ia dengan cekatan memasukkan baju-baju Hani ke dalam koper, "Besok pagi kita mampir ke rumah ambil bajuku. Aku ingin bertemu ibumu," ucapnya serius.

Hani masih terdiam di tempatnya, menyaksikan Naoki yang menggantikan tugasnya mengemas baju.

"Sudah pesan tiketnya?" tanya Naoki sambil meraih ponselnya di atas nakas.

"Belum," jawab Hani.

"Berikan kartu identitasmu, aku pesan sekarang," pintanya tanpa mengalihkan pandangan dari smartphone nya.

5 menit berlalu, Hani duduk di depan Naoki yang sedang asyik berselancar di dunia maya.

"Sudah beres, penerbangannya jam 11 siang,"

"Terima kasih," lagi-lagi hanya itu yang bisa Hani katakan.

"Hey..." Naoki mengangkat sebelah alisnya, "Bukankah sudah ku bilang ini tidak gratis? Kamu tahu kan apa maksudnya?" Naoki mencoba memancing Hani.

"Itu... Aku tidak tahu," jawabnya lirih mulai salah tingah.

"Benar tidak tahu? Aku suamimu dan kamu istriku," Naoki semakin semangat menggoda Hani yang mulai memerah wajahnya. Ia mendekatkan tubuhnya ke arah Hani yang semakin kalang kabut dibuatnya.

"Itu... Aku..."

*******

Aduh apa yang bakal terjadi nih?

Kok author baper sendiri yaa 😂😂

Jangan lupa dukung author dengan like, komen and favorit yaa 🤗

Hanazawa easzy ♡

Terpopuler

Comments

🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅁🄸🄽🄰👻ᴸᴷ

🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅁🄸🄽🄰👻ᴸᴷ

pepeeettt truuuss

2020-12-11

1

Nafisyah Hummairoh

Nafisyah Hummairoh

ciiaaaa... jd gak mandi ne thorrr ke bablasan seru nyaaaa

2020-10-14

2

Shii An

Shii An

Ada nggak yaa Naoki do kehidupan nyata? 😅

2020-10-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!