SanSekerta (Kembali Menemukanmu)

SanSekerta (Kembali Menemukanmu)

Apa yang terlupa?

"Kembalilah San, kumohon kembalilah......" Ucap laki-laki itu dengan matanya yang nampak sembab.

Samar-samar Sani melihat sosok laki-laki yang menatapnya dengan raut wajah yang terlihat sedih. Laki-laki itu sedang bersimpuh dan memeluk hangat tubuhnya.

"Sani.... Tolong jangan meninggalkan aku seperti ini. Kumohon kembalilah.... " Suaranya terdengar bergetar saat mengucapkan kalimat itu.

"Tidaaakkk....!"

.

.

.

Sani mengerjap-ngerjapkan matanya dengan pelan karena silau oleh lampu terang yang terpasang di atasnya. Tubuhnya terbaring di atas kasur berbau alkohol dan obat. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan berada dimana dirinya sekarang?

Sani terduduk di atas ranjang besi yang setiap ranjangnya di tutup tirai putih yang panjang. Di sebelahnya, menggantung sebuah cairan infus yang terhubung di tangannya. Ini pasti di Rumah sakit? Ya, tidak salah lagi!

Pelan, ia sandarkan punggungnya di tepi ranjang besi itu! Kepalanya sedikit pusing, dengan pandangan yang masih berkunang kunang.Sepertinya, tadi ia mendengar suara seseorang menyuruhnya pulang. Antara sadar atau tidak, tapi entah mengapa suaranya terdengar sangat familiar di telinganya?

Sani berusaha mengingat penyebab keberadaannya disini. Samar-samar ia seperti menangkap sebuah kejadian! Ada mobil yang menghantam sisi depan motornya. Tubuhnya terpental jauh di atas trotoar, lalu orang-orang berdatangan, dan nenek? Ia ingat saat membonceng nenek bersamanya.

Secepatnya Sani berusaha bangun dari tempat tidur untuk mencari nenek. Ia tak peduli dengan kepalanya berdenyut tak karuan seperti hampir meledak. Susah payah ia paksa tubuhnya yang masih gemetar untuk turun dari ranjangnya.

Sani lalu memaksa untuk melangkahkan kaki nyeri-nya yang di baluti perban setinggi lutut itu dengan hati-hati. Ia seakan tak menghiraukan pandangan heran pasien lain, yang menatapnya dengan 'aneh' dari bilik mereka masing-masing. Karena sekarang tujuannya hanya satu, yakni mencari nenek!

Sani melangkah sambil bertumpu pada gantungan infus yang di gunakannya sebagai tongkat. Satu per-satu ia buka tirai pada bilik di samping tempatnya di rawat. Namun ia kecewa saat tak bisa menemukan pasien seperti yang di harapkannya. Ia hanya menjumpai dua orang laki-laki yang tidur di ranjang masing-masing dan beberapa pembesuk yang memandanginya sejak tadi.

Hati Sani makin tak karuan memikirkan kemungkinan terburuk yang berkelebat di benak-nya. Apakah nenek tidak bisa di selamatkan? Ataukah karena kondisinya saat ini membutuhkan perawatan khusus? Aah... Entahlah, Sani harus tetap mencari tahu!

Dengan tertatih Sani berhasil menuju pintu. Ia masih berusaha meraih gagangnya, demi mencari tahu keberadaan nenek yang ia maksud. Namun sebelum tangannya sempat memutar gagang itu, Sani hampir terlonjak saat pintunya terbuka secara tiba-tiba. Ia hanya melongo melihat dua orang berpakaian perawat masuk.

"Loh, mbak sudah sadar? Mbak mau kemana?" tegur salah seorang perawat ramah.

"Iya, sus! Saya mau keluar sebentar saja." Sahut Sani singkat.

"Mbak, tolong jangan banyak bergerak dulu ya? Kan, mbak baru sadar?!" bujuk perawat yang lain.

"Tapi sus, "

"Memang, mbak Sani mau kemana?" potong perawat penasaran.

"Ah, saya mau mencari nenek sus!"

"Nenek?" ulang kedua perawat tersebut sambil berpandangan satu sama lain. Jelas sekali mereka sedang menampakkan raut wajah kebingungan.

"Iya, nenek! Nenek yang saya bonceng saat kecelakaan itu loh, sus?"

"Nenek siapa mbak? Mbak Sani ini di bawa kemari seorang diri, lho. Tanpa seorang nenek ataupun kakek. Khik... kikk.. kikk.. " Goda mereka bersahutan dengan sedikit bercanda.

"Loh, tapi sus.... "

"Sudah sudah, mbak ini kan baru siuman? Nah, malah jalan jalan seperti ini. Ayo, kami antar kembali ke ranjang! "

"Tunggu sebentar sus,"

"Ya?"

"Apakah korban kecelakaan itu hanya saya sendiri? "

"Dari yang saya dengar, korban yang terluka adalah pengemudi mobil dan pengendara motor! Tapi tidak ada penumpang lain yang di temukan di tempat kejadian. Baik mobil maupun motor, kalian sama-sama tidak membawa penumpang!" jelas perawat pertama singkat.

"Tapi itu nggak mungkin sus! Karena saya sangat yakin bahwa pada saat kejadian tersebut, posisi saya sedang membonceng seorang nenek." Sangkal Sani yakin.

Namun kedua perawat itu hanya menggeleng pelan sebagai jawaban-nya.

 

"Begini mbak, kami juga tidak bisa memberi banyak informasi yang mbak butuhkan. Tapi saran saya, mungkin sebaiknya mbak istirahat dulu sementara ini. Nanti kalau kondisi mbak sudah membaik, pihak kepolisian akan datang untuk memberi keterangan yang lebih detail." Sambung perawat kedua yang terlihat iba padanya.

Sani hanya diam tak tahu harus bicara apa?! Pikirannya masih kesana kemari penuh rasa penasaran! Ia merasa belum menemukan jawaban yang ia harapkan. Ini benar-benar sangat aneh?!

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

 

Seorang laki-laki dan perempuan terlihat tengah duduk duduk santai di bawah salah satu pohon yang terlihat rindang. Mereka sedang asyik berbincang dan menikmati makanan berdua. Sesekali terdengar tawa renyah yang bersahutan di antara keduanya.

"San, boleh mas bilang sesuatu?" bisik si laki-laki lembut.

"Boleh!"

"Tapi janji ya? jangan sombong nanti? "

"Ini mas jadi ngomong apa cuma mau tebak-tebakan saja?"

"Hahaha... iya iya, mas ngomong! Emm... Sepertinya makin hari masakan yang kamu buat makin enak saja." Pungkasnya mantap di akhir kalimatnya.

Perempuan yang di panggil 'San' itu langsung tersenyum senang mendengar pujian dari si lelaki. Pipi mulusnya seketika merona karena malu. Aah, manisnya!

"Mas menggoda Sani lagi ya?" rajuk si perempuan manja.

"Nah, kan? Sekarang kau malah menuduh mas menggodamu?"

"Hahaha... Ya, ya... Sani percaya!"

"Kalau menurut penilaian mas, rasa enak masakan kali ini karena racikan bumbu yang kau buat sudah terasa lebih pas dari biasanya." Sambung si lelaki memberi penjelasan.

"Benarkah? Ah, senangnya... " Si perempuan-pun semakin melebarkan senyumnya mendengar pujian dari lelaki itu.

"Sekarang senyum senyum sendiri kamu San? Seneng ya dipuji begitu? "

"Hehehe... Mas kok tahu sih!" Sahut si perempuan makin manja.

Matanya berbinar puas memandangi si lelaki yang makan dengan lahapnya. Sesekali si perempuan tersenyum sendiri melihat si lelaki memenuhi mulutnya dengan makanan sampai membuat kedua pipinya menggelembung.

 

"Kenapa melihat mas makan sampai senyum senyum begitu? Apa jangan-jangan?"

"Aapp.. Apaan, mas ngganggu orang bahagia aja! " gelagap perempuan itu, saat tertangkap basah sedang mencuri-curi pandang.

"Bahagia? Wah mas hebat dong, bisa membuat orang bahagia hanya dengan makan saja?"

"Eh, bbu... Bukan begitu!" ujar si perempuan semakin gelagapan.

"Lalu?"

"Maksudnya, bahagia karena masakan San sudah cocok saja. Iya, seperti itu.... "

"Ooh... begitu?" sahut si lelaki sambil manggut manggut, seolah paham.

"Eh... Tapi kalau boleh jujur, mas boleh ngomong sesuatu?"

"Boleh, kok! Mas mau ngomong apa?"

"Sebenarnya, mas suka masakanmu bukan karena sekedar rasanya enak saja. Apa kau mau tahu alasannya?" pancing si lelaki mulai menggoda penasaran perempuannya.

"Ya, tentu."

Sambil memandang lurus ke dalam mata si perempuan, laki-laki itu berkata:

"Mas menyukai makanan ini karena yang memasak adalah kau. Selain masakan yang kau buat, semua masakan akan terasa hambar di lidahku."

 Bbllush...

 Pipi si perempuan langsung merah mendengarnya. Matanya semakin tak bisa lepas, memandangi si lelaki yang hampir menghabiskan makanannya.

Si lelaki terus mengunyah makanan yang di bungkus dalam daun pisang itu. Terkadang sesekali tangannya mengusap keringat yang merembes pada kumis tipisnya. Mengapa bahkan di saat mengunyah makanan seperti itu, bibirnya yang tipis terlihat sangat se....

Wwuuss... Tiba tiba angin bertiup menerbangkan debu-debu di depan mereka.

Si perempuan langsung berdiri mengibas ngibas debu yang menempel pada seluruh tubuhnya. Ia terbatuk batuk, karna banyak debu yang menyapu wajahnya.

Tangannya meraih pipinya yang putih dan mulus untuk membersihkan sisa-sisa debu yang menempel. Namun ia terkejut saat mendapati tangan besar berotot itu sudah di sana. Tangan itu bergerak teratur, mengusapnya lembut untuk membersihkan debu di pipi mulus itu.

Ddrrrt...! Seketika seperti ada aliran listrik yang menjalari seluruh tubuhnya! Hangat dan terbakar!

 

Si perempuan terus memperhatikan wajah si lelaki yang nampak serius membersihkan debu di pipinya. Wajah mereka menjadi sangat dekat sekali. Sampai-sampai ia bisa merasakan hangat nafas lelaki itu di pipinya.

Ccuppp! Tanpa sadar, ia baru saja mengecup bibir tipis itu.

"Mas, sepertinya aku telah benar-benar menyukaimu..." Bisiknya pelan, hampir tak terdengar.

Awalnya si lelaki terlihat agak kaget saat menerima ciuman yang terkesan tiba-tiba. Namun akhirnya ia pun tersenyum, dan semakin mendekatkan wajahnya

 

"Aku juga benar benar menyukaimu, San." Balasnya nakal, sambil memainkan lidah di telinga perempuannya!

Ia terus tersenyum, sambil menarik pelan dagu cantik itu mendekat ke arahnya.

Dan mereka pun saling berpagut di antara banyaknya debu yang semakin berterbangan.

 

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Hai...

Perkenalkan ini novel pertamaku!

Jangan lupa untuk memberikan apresiasi kalian ya?

Terimakasih sudah mampir!

Aku tunggu like, komen dan Favoritnya.

Sampai jumpa

Terpopuler

Comments

Azki Rikza

Azki Rikza

apik kayak e iki...
dari covernya lumayan menarik...

2022-01-01

0

HIATUS

HIATUS

Mampir membawa like thor 💞

2021-04-29

0

Sisca Audriantie 💙

Sisca Audriantie 💙

🤍

2021-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!