Si tampan

Silau sekali!

Sani memicingkan matanya sedikit dan mengintip dari sela jemarinya. Ia memastikan cahaya apa yang kini membuat matanya terasa silau? "Oh, ternyata cahaya itu berasal dari sinar matahari? Pantas!" gumamnya pelan.

Sani mulai mengedarkan pandangan ke sekeliling ia berada. Di atasnya ia lihat banyak daun bambu menjuntai dari ranting-ranting kecil pohonnya. Cuacanya cerah, langit-pun berwarna biru terang. Suara kicauan burung, terdengar saling bersahutan di sana-sini.

Ia juga mendengar suara air mengalir entah dari mana asalnya? Suara itu membuat suasana di sini menjadi sangat tenang dan damai. Sani juga merasakan permukaan empuk dan nyaman yang kini menahan tubuhnya.

Sepertinya itu bukanlah permukaan kasur ataupun karpet yang nyaman. Ia tahu karena teksturnya sedikit basah dan geli ia merabanya. Sentuhan-nya semakin intens untuk mengenali benda apa itu?

Baru saja ia berniat untuk bangun dari posisinya saat sebuah tangan merangkulnya dari samping. Refleks! Sani menoleh ke arah pemilik tangan yang kini tengah menahannya.

Blussh...! Seketika pipinya terasa hangat saat mendapati sebuah hal di luar dugaan. Karena hanya jarak lima senti saja, hidungnya hampir menabrak hidung seorang lelaki yang pulas di sampingnya.

 Deg... Deg... Deg... Suara detak jantungnya yang berdegup kencang sampai terdengar dengan jelas. Sani benar-benar gugup mengahadapi situasi seperti ini. Ini adalah pengalaman pertamanya bisa sedekat ini dengan seorang laki-laki.

Wajah itu terlihat sangat tenang dengan kedua mata yang menutup rapat. Nafasnya keluar-masuk secara teratur, dana terasa hangat memenuhi wajah Sani.

Sangat Harum.

 

🍀🍀🍀🍀🍀🍀

 

Sani hafal dengan kumis tipis dan bibir ini.Dia adalah laki laki yang sama. Ya, ini adalah laki-laki yang selalu datang di dalam Mimpinya itu.

''Aah... Benar saja ada laki laki ini, karena ini mimpi kan?'' batin Sani ambil memerhatikan laki laki yang masih pulas itu dengan seksama.

Laki laki itu memakai ikat kepala dari kain jarik berwarna coklat yang di lipat agak kecil. Ia memiliki rambut yang rapi dengan sedikit gelombang unik di ujungnya.

Laki-laki ini mempunyai bentuk hidung yang tidak mancung, juga tidak pendek. Dipadukan dengan kumis tipis yang rapi, membuat laki-laki ini enak di pandang.

Berikutnya, perhatian Sani jatuh pada bibirnya yang terkatup. Bibir itu bulat, dengan sedikit warna merah yang samar. Sebenarnya, warna bibir merah itu nampak kontras dengan kulit sawo matang-nya. Tapi entah kenapa, justru inilah yang memberikan pesona tersendiri di mata Sani.

Tanpa sadar Sani semakin mendekatkan wajahnya supaya ia bisa memandangi laki-laki itu dengan jarak yang lebih dekat.

''Laki-laki yang tampan!" gumamnya dalam hati. "Kenapa mimpi bisa se-'nyata' ini? Ah, andai saja aku punya pacar setampan ini."

Sssrret... Ssret...!

Pelan, tangannya mulai tergoda untuk mengusap pipi lelaki itu dengan lembut dan santai. Ia melakukannya dengan sangat hati-hati dan menjaga supaya sosok yang masih terlelap itu tidak terbangun karena ulahnya.

 

"Pakai foam apa sih, kok pipi-nya bisa halus gini? Hehehe...." Ucapnya di tengah kesibukan belaian itu.

Sani suka dengan tekstur wajah laki-laki ini. Rasanya tidak terlalu halus, namun cukup ter-rawat untuk ukuran wajah seorang laki-laki.

Tak berhenti di situ, tangannya yang nakal ternyata mulai berani untuk turun, dan meraba bibir bulat yang sejak tadi sudah menarik perhatiannya. Telunjuknya di arahkan memutar mengikuti garis bibir yang masih mengatup itu.

Di ulang ulang terus gerakannya mengelilingi garis bibir bulat si tampan . Semakin di perhatikan, semakin membuat Sani tergoda untuk menempelkan bibirnya di sana.

 

"Hah... Sepertinya aku sudah gila!" bisik Sani dengan pipi merah.

Aneh sekali mimpinya kali ini. Sani benar-benar merasa sadar dan seolah terjaga di sana. Bisa sedekat dan se-intens ini dengan laki-laki tampan yang tak dikenal membuat sesuatu dalam dadanya bergejolak tak beraturan.

"Sudah cukup! Aku harus bangun sekarang juga." Gumamnya saat mulai sadar bahwa sejak tadi ia hanya terus mengagumi pesona si lelaki.

Pelan, ia mencoba memindahkan tangan besar si lelaki yang sejak tadi melingkar di pinggangnya. Uuh, tangannya sangat kekar dan berat.

Namun Sani masih belum membenarkan posisinya, saat tiba-tiba ia melihat kepik yang terbang dan hinggap di bibir bulat si tampan. Otaknya langsung berfikir tentang bagaimana cara mengusir hewan kecil yang mengganggu itu tanpa membangunkannya?

"Aku tahu caranya... "

 

"Ffuuh, Fffuuhh...!"

Dengan hati-hati, Sani mulai meniup kepik yang masih menari-nari di atas bibir si tampan. Sehalus mungkin, ia terus berusaha untuk mengusir si pengganggu kecil itu.

Tanpa sadar, Sani terus mendekatkan wajahnya pada bibir si tampan. Pandangannya tak berpindah, hanya tertuju pada si kepik dan bibir bulat itu.

Tidak, perhatiannya sudah beralih! Sani tak lagi mengincar pengganggunya. Justru kini ia hanya terfokus pada bibir si tampan saja. Aah... Celaka! Sani sedikit membuka bibirnya, bersiap untuk mengecup bibir yang masih terkatup itu!

 

"Ccupp." Bibir mereka-pun bertemu selama beberapa detik

 

Tunggu...! Tidak, bukan dirinya yang mengecup bibir itu duluan. Tapi bibir itu sudah menempel terlebih dahulu sebelum Sani sempat menyambarnya.

  

"Hai, kenapa kaget begitu? Apa kau tidak pernah lihat orang tampan tidur, hmm?"

"Hah?" Sani merasakan suaranya tercekat di tenggorokan.

"Mas sudah bangun dari tadi kok! Hehehe..."

Sani melotot kaget! Apa itu barusan? Jantungnya hampir saja copot karena first kiss yang mendadak itu. Dan sekarang laki-laki itu bilang sudah bangun sejak tadi?

"Mati aku!" batinnya mengutuk.

Sani segera berusaha untuk menenangkan dirinya. Ia mencoba untuk tidak panik menghadapi sesuatu yang di luar dugaannya ini. Haah... Pasti ini hanya mimpi, kan?

"San? Kenapa diam saja?" tanya sosok tampan itu penasaran.

"Aa... Anu.. "

"Oh, ternyata yang tadi masih kurang ya? Eeemm.... Mau mas tambah lagi?"

Hah?

"Tti... Tidak, tunggu.... "

Laki laki itu ******* bibir Sani kembali sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya. Tanpa permisi laki-laki itu menyambar bibir Sani begitu saja.

Sementara itu tangannya mulai bereaksi untuk menahan kepala Sani, supaya ia bisa lebih memperdalam ciumannya. Ia memberikan ciuman yang pelan, sekaligus lembut pada Sani. Nampaknya ia sudah sangat lihai memainkannya!

Tidak ada suara yang bisa keluar dari mulut Sani. Sani sendiri juga seperti tersihir dengan permainan saling cumbu itu. Laki-laki itu semakin mendekatkan posisinya dan meraih pinggang Sani. Pinggang yang ramping itu di peluk erat dan menahannya di dalam pelukan tubuhnya yang hangat!

Jeesss!!

Hal itu berhasil membuat sesuatu dalam tubuh Sani mulai terasa panas.Terasa ada percikan kembang api di dalam perutnya.

 

Tidak...!

Hentikan!

Aku tidak mengenalmu!

 

Kalimat kalimat itu hanya tercekat di tenggorokan Sani tanpa ada sepatah kata-pun yang keluar.

Ttunggu... Hentikan!

Namun suaranya masih tertahan, tak mau keluar dari tempatnya. !

 

Akhirnya, tidak ada sesuatu yang bisa terdengar dari mulutnya. Sesekali hanya terdengar suara-suara aneh yang lebih terdengar seperti meracau.

🍀🍀🍀🍀🍀

Jangan lupa tinggalkan like dan coment.

Terimakasih, sudah mampir 😘😘😘

Terpopuler

Comments

Rahma AR

Rahma AR

mampir... me and you😊

2022-03-01

0

catdoll_11

catdoll_11

ish..ish..ish..sore² baca ginian..
sendirian pula

2022-01-01

0

anggita

anggita

👌👌

2021-03-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!