Sani terbangun di sebuah ruangan yang terasa sangat asing baginya. Kalau dilihat-lihat secara keseluruhan, ruangan itu nampak seperti sebuah kamar dengan interior klasik.
Kamar itu hanya di terangi lampu minyak yang di gantung di setiap tiangnya. Sedangkan dindingnya terlihat jelas, hanya terbuat dari susunan batu-bata yang disusun tanpa pelur.
"Ini dimana? Apakah sekarang aku berada dalam mimpi yang lain?" gumamnya pelan.
Sani terkejut begitu mendapati sosok laki-laki yang tertidur dengan posisi duduk di sisi tempatnya. Laki-laki itu tidur dengan menyilangkan kedua tangannya sebagai alas kepala.
Kalau di lihat-lihat, sepertinya laki-laki ini adalah laki-laki kurang ajar yang ia temui tadi siang. Kalau itu benar, maka itu berarti Sani harus segera kabur sebelum sosok itu terjaga.
Dengan hati-hati, Sani berusaha untuk turun dari ranjangnya. Namun sebelum ia berhasil menurunkan kakinya, ia merasakan sakit dan berat di bagian lututnya
Setelah memeriksa, Sani tahu bahwa ternyata kaki kirinya bengkak sampai kelututnya. Ia melihat lututnya di bubuhi sesuatu berwarna hijau dengan tekstur seperti pasta, yang terlihat hampir kering di atas lukanya. Sebisa mungkin, Sani masih terus mencoba untuk menggerak-gerakkan kakinya.
Namun bukannya kakinya yang bergerak, justru ranjangnya lah yang bergoyang karna gerakan kakinya. Dengan begitu, Sani berhasil membangunkan laki-laki yang terlelap di sisinya itu.
"Sial!" umpat Sani kesal.
Si Laki-laki yang terbangun itu langsung mendongak dan menatap Sani dengan matanya yang merah. Wajah tampannya terlihat kusut, dengan dahi yang sedikit mengernyit.
"Uumh San, kau sudah bangun ternyata. Bagaimana kakimu? Masih sakit, tidak? " tanya laki-laki itu sambil mengucek-ngucek matanya.
Sani hanya diam saja, ragu untuk menjawab pertanyaan laki-laki tersebut.
"Oh aku hampir lupa. Tadi nini tabib bilang, aku harus memberikan ramuannya padamu begitu kau sadar. Tunggu sebentar, aku akan mengambilnya!" katanya sebelum keluar sebentar.
Tak lama kemudian, laki-laki itu kembali lagi dengan sebuah gelas tradisional yang terbuat dari tembikar di tangannya.
"Nah, Ini obatmu. Ayo cepat minumlah! " ucap laki-laki itu sambil memberikan gelasnya pada Sani.
Namun Sani hanya membalasnya dengan menggelengkan kepala!
"Kenapa San?"
"Aku tidak mau meminumnya. Aku tidak percaya denganmu!" jawab Sani dengan nada bicaranya yang terdengar ketus.
"San? Kenapa lagi-lagi bicara begitu? Apa yang membuatmu tak percaya pada mas? Seharian mas tak henti-hentinya khawatir dan terus menungguimu disini! "
Sani masih diam, tak tahu harus menjawab apa?
"Iriasa, Ada apa denganmu? Ini aku... Kerta Suamimu!"
Sani tercengang, dan menatap mata laki-laki yang mengaku suaminya itu nampak sedikit berkaca-kaca. Dari sorot matanya terlihat bahwa ia tidak sedang berbohong. Terasa sangat tulus dan bersungguh-bersungguh.
"Tunggu, apakah kamu baru saja menyebutkan namaku?" tanya Sani agak kaget begitu mendengar laki-laki itu menyebutkan nama depannya dengan benar.
Sani juga baru menyadari bahwa, laki-laki itu terus saja menyebutkan nama panggilannya setiap kali mereka bicara.
"Bagaimana kamu tahu nama depanku dengan benar? Sebenarnya kau ini siapa?"
Laki-laki itu tak langsung menjawab pertanyaan Sani. Ia hanya terus menatap mata Sani sambil mengulas senyum di sudut bibirnya.
"Tentu saja mas tahu. Mas, kan tadi sudah bilang? Mas ini suamimu Sani." Jawab laki-laki itu dengan tenang dan mantap.
Heh? Benar-benar sudah gila!
Ada apa dengan mimpinya kali ini? Kenapa ia belum juga bangun dari mimpi aneh ini?
"Berhenti mengaku sebagai suamiku! Aku ini belum pernah punya pacar apalagi punya suami! Ini acara supertrap kan heh? Mana kameranya? Aku mau cut.. ! Cut Cut..!" kata Sani dengan menaikkan nada bicaranya.
"Kamu bicara apa San? Mas sungguhtak mengerti apa yang kau katakan. Dan, apa itu kamera? "
Benar-benar sudah tidak waras. Ini benar-benar acara prank yang keterlaluan. Mereka sampai mempersiapkan properti dan menyewa aktor yang sangat pintar berakting seperti ini. Saat ini Sani benar-benar sudah kehabisan akal untuk menghadapi situasi yang menurutnya sangat aneh.
Dimulai dari kejadian saling cumbu yang ia terima secara spontan tadi siang. Lalu saat ia jatuh, sehingga membuat kakinya menjadi terluka begini? Dan juga setelan baju anehnya ini? Apa-apaan semua ini? Benar-benar tidak masuk akal.
Nnyuut...!
Kakinya yang bengkak terasa berdenyut lagi.
"Aduh...!" rintihnya sambil berusaha memegang kakinya yang bengkak.
Dengan cepat, laki-laki itu segera mencegah tangan Sani yang hampir berhasil menyentuh kakinya yang sakit.
"Jangan dipegang! Luka-nya sudah di bersihkan dan di beri obat. Sebaiknya, minumlah dulu ramuan ini, mungkin saja bisa mengurangi rasa sakitnya." Ucap laki-laki itu sambil memberikan gelas berisi ramuan yang ia tawarkan tadi.
Sani masih ragu, antara menerimanya atau tidak? Tapi saat ini, sepertinya ia tak punya pilihan lain selain menerima ramuan itu.
"Baiklah, berikan gelas itu padaku!"
"Nah, minumlah! "
Dengan terpaksa, akhirnya Sani menerima ramuan yang rasanya tak karuan itu lalu menenggak-nya hingga habis. Saat ini ia hanya harus meminum ramuan ini saja dan bangun dari mimpi yang aneh ini secepatnya.
Sani mengembalikan gelas yang sudah kosong itu pada si lelaki. Ia berpikir untuk mengucapkan terimakasih, namun di urungkannya setelah mengingat kelakuannya tadi siang.
"Sekarang beristirahat-lah! Nini tabib bilang, besok akan datang kembali untuk memeriksa lukamu."
''Ya... ya.... terserah kau saja...! ''
"Tidurlah sekarang. Mas tidak akan pergi kemana-kemana. Mas akan menungguimu disini! "
"Tidak! Jangan tidur disini denganku. Kau tidurlah saja di tempat lain."
"Ooh, tidak tidak. Mas tidak akan tidur bersama denganmu, San. Mas hanya akan terjaga sambil menungguimu."
"Aku tak perlu kau jaga sampai seperti itu. Kau pergi saja, aku akan baik-baik saja. "
Laki-laki itu terdiam sejenak, menatap Sani dengan matanya yang terlihat kecewa. Dadanya tampak naik, menghela nafas panjang.
"Baiklah! Malam ini mas akan tidur di kamar tamu. Panggil saja mas jika butuh sesuatu"
Sani masih diam tak menyahut.
"Tidurlah!"
Laki laki itu menunduk. ia mengambil posisi bersiap mencium kening Sani sebagai ucapan selamat tidur. Namun Sani malah mundur menghindar darinya.
"Kau mau apa? "
"Aah... Tidak, lupakan! Cepat tidurlah. "
Ssukk... Ssukk..
Laki-laki itu hanya mengusap halus kepala Sani sebelum akhirnya menghilang di balik pintu.
"Dasar mesum! Huh! "
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Pojok ngawur,
Sani:
"Berhenti mengaku sebagai suamiku! Aku ini belum pernah punya pacar, apalagi punya suami? "
Si laki-laki:
"Wah... Mbak jones ya? "😂😂😂
😡😡😡😡😤😤
Jangan lupa tap like dan favoritnya, ya? 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
anggita
Ramuan🙄
2021-03-29
0
Nova Shi
Agas dan Mikha menyapa dari Antara CEO dan Tukang Ojek ❤️
2021-01-23
2
🌹Dina Yomaliana🌹
5 like dan rate 5 langsung mendarat💕💕💕
2021-01-17
1