KAK DINDA
Terus terang awalnya Aku tak begitu mengenal sosok Dinda,yang kutahu saat itu hanya seorang gadis yang selalu sholat lima waktu berjama'ah kemasjid bersama ibunya.
"Eh, ngomong-ngomong nih yah, Kak Dinda itu umurnya berapa si, koq setiap hari ibunya diintilin terus ," iseng kubertanya pada Yani, teman ku setelah sepintas melihat Dinda lewat didepan kami.
"Yaiyalah anak kesayangan emaknya, "
" Kesayangan sih kesayangan, masak kayak perangko gitu, dimana ada Kak Dinda pasti ada emaknya,"timpalku.
"Wah, jangan-jangan kamu ngiri nih, Kak Dinda punya emak sedangkan kamu nggak, tenang aja aku siap jadi perangko buat kamu, "kata Yani sambil memelukku.
" Ih, sembarangan. Aku tuh cuma penasaran sama Kak Dinda udah segede gitu mestinya jalan ama pacarnya,, malah sama maknya mulu. Tapi Kak Dinda itu sekolah nggak sih, "tanyaku lagi sama Yani yang kebetulan rumahnya dekat dengan rumah Kak Dinda.
"Gimana mau sekolah, tinggal kelas mulu, "kata Yani sambil tersenyum.
"Akhirnya maknya nggak mau Dinda lanjutin sekolahnya, hanya sampai kelas lima aja kalau nggak salah," tambah Yani lagi.
"Sayang yah, cantik gitu otaknya kurang, "gumamku.
Masih ingat dalam benakku, saat Kak Dinda menggeser shafku waktu shalat padahal Dia yang telat datang saat sholat asyar di masjid. Entah apa maksudnya melakukan itu. Apa dengan kehadiran aku yang paling kecil diantara jemaah yang lain bisa memutuskan shaf sholat berjama'ah . Daripada dongkol kemudian merusak kekhusukan sholatku, lebih baik kurubah tempat sholat, yah sejak saat itu Aku selalu sholat di shaf kedua.
Hari ini rencananya pulang sekolah Aku ketempat Yani mau mengerjakan tugas bersama Yani,dirumahnya.
Setelah makan siang, kulaksanakan rencana itu. Dan Kebetulan rumah Yani dekat dengan rumah Kak Dinda,terbesitlah keinginan lewat rumah Dinda walau rumahnya agak diujung gang.
Pelan kuperhatikan rumah itu nampak asri, ada tanaman dipekarangannya. Nampak rumah itu terlihat biasa saja dan terkesan sunyi tak berpenghuni, apakah orang rumahnya pada tidur semua. Padahal hari masih siang, suhu masih terasa panas. Ketetap melangkah perlahan, Aku tak mau ada yang mencurigai pengintaianku ini. Yang tidak ada sedikitpun punya maksud tertentu.
Hari ini seperti biasa aku sholat asyar nya di masjid. Di masjid yang menjadi ikonik tempat aku tinggal saat ini merupakan mesjid tertua dikotaku jadi tak heran arsitektur bangunannya kuno,seakan akan kebudayaan India dan Cina melekat menjadi satu pada masjid. Tak heran kan aku suka shalat dimasjid ini yang kebetulan jaraknya sangat dekat, hanya dibatasi jalan raya dari rumahku.
Setelah mengambil air wudhu, aku berpapasan dengan kak Dinda. Sepintas mataku tertuju pada bagian perut kak Dinda yang seperti agak janggal, keliatan membesar. Astagfirullah aku kan sudah ambil wudhu. Bergegas ku berjalan kedalam masjid saat imam sudah mengumandangkan qomat,tanda shalat akan segera dimulai.
Rasa penasaranku akhirnya terjawab, ternyata benar kalau Kak Dinda memang hamil, sangat jelas sekali kalau perutnya semakin lama semakin membesar.
"Kamu lesu banget hari ini, Yan, "kata ku pada Yani saat pulang sekolah.
"Iya nih, semalam habis begadang," jawab Yani.
"Nanti bang Rhoma marah loh Ani kalau kamu begadang terus, "ledekku.
" Huahaha "
"Itu semua gara gara kakakmu, Si Dinda itu. Pak RT semalam kerumahnya. Eh, yang ikut rame banget. Bikin gaduh, "gerutu Yani.
" Ngapain pak erte nyariin Dinda"
"Nanyaiin siapa yang hamilin Dia. Lah, orang nggak punya suami begitu tiba-tiba hamil kan aneh"
"Ya ampun,,, trus kak Dinda ngaku, "tanyaku lagi.
"Nggak. Sebel banget liatnya. Sampai pak erte berbusa mulutnya nanyaiin, nggak ada jawaban sedikit pun"
"Emaknya gimana? "
" Sama saja dengan anaknya. Si emak nggak tahu siapa yang menghamili anaknya. Sambil nangis mak Suardi bilang 'aku nggak tahu,,, huhuhu,,,, ditanyain diam aja,,, huhuhu,,' akhirnya pak erte dan para penonton pulang dengan kecewa, "cerita Yani.
" Setelah pak erte dan warga yang tadi unjuk rasa pulang ke rumahnya masing-masing. Eh, Mak Suardi tetap meraung raung, "tambah Yani lagi.
" Harusnya yang datang itu bu erte. Biasanya wanita lebih sensitif"
"Iya juga sih. Tapi ibuku takut melihat Mak Suardi yang mencak-mencak"
"Tak adakah keluarga dekat Kak Dinda selain mak Suardi "
" Setahu ku sejak dulu mak Suardi hanya tinggal berdua saja dengan anaknya, Kak Dinda "
"Kasihan Mak Suardi. Walau selalu bersama dengan anaknya. Ternyata Mak Suardi pernah lengah juga"
"Pak erte semalam juga menegur Mak Suardi karena tak bisa menjaga anaknya. Makin padahal tangisnya"
"Apa Kak Dinda tak bergetar jiwanya melihat maknya segitu histeris. Maksudku ngaku aja biar Maknya nggak ngerasa di kibulin ama anaknya. Ya kan? "
"Kak Dinda hanya diam mematung tak bicara sedikitpun. Duduk disamping Maknya sambil kepala tertunduk"
"Aneh banget "
" Pokoknya hari ini sampai di rumah kupesankan sama Ibu agar tak diganggu. Aku mau tidur sampai besok pagi "
" Balas dendam ama bantal, "kataku meledek Yani yang dari sekolah tadi merindukan bantalnya.
" Yap. Dadah Mi. Sampai jumpa besok"
Aku hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatku ini yang sedang kena sindrom ngantuk akut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
delissaa
Dukungan 🌷 sudah mendarat ya Ka semangat terus 💪
2021-09-17
0
delissaa
aku mampir ka saling dukung yuk langsung aku fav semangat ya ❤️
2021-09-17
0
pinnacullata pinna
halo thor aku mampir nih, dan memberikan like
dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah 🙏☺️☺️
2021-01-10
1