Episode 2

Perut Kak Dinda semakin hari semakin besar. Kak Dinda tetaplah Kak Dinda. Sebagian orang yang melihat nya banyak yang iba dan kasihan, melihat beban yang begitu berat dipikulnya. Mengandung dengan tiada suami siaga yang mendampinginya. Memang disana ada mak Suardi, tapi apalah daya wanita tua ringkih itu.

Sebagian lagi ada orang disekitarnya memandang sebelah mata dan tak sedikit yang mencemoohnya.

"Din,nanti kalau anakmu lahir trus Dia nanya Bapaknya mana?kamu bakal jawab apa? "tanya Mak Iyah waktu ketemu Dinda diwarung dekat rumah, kebetulan Aku juga ada disana.

" Bilang aja Bapaknya udah mati, "ujar Dinda bergegas pergi. Dari kejauhan kulihat Kak Dinda menundukkan kepala menyembunyikan airmatanya.

Ah, kasihan juga Kak Dinda. Belum juga anaknya lahir sudah ditambah pula beban pikiran seperti itu.

*****

" Beneran, Yan. Kamu nggak tau siapa laki-laki yang hamilin Kak Dinda? "tanya ku saat mengerjakan PR di rumah Yani.

" Iya. Kenapa? Kamu masih Penasaran? "

"Nggak. Cuma masak nggak liat sih siapa yang pernah datang kerumah Kak Dinda," kataku pelan.

"Apa perlu kita selidiki saja, Yan, "tambahku sambil menatap Yani, berharap Ia menyetujui rencanaku.

" Caranya? "

" Kita pantau, siapa saja yang pernah datang kerumah Kak Dinda"

"Nggak ada tuh, laki-laki yang kerumah Dinda, kemaren yang datang cuma pak erte, nggak mungkin kan kalau pak erte,, haah astagfirullah,, "

" Yah,, jelas nggak ada lah,, kalau siang. Bagaimana nanti malam kita intai? "usulku.

" Ihhhhi ngeri ah, nanti bukannya ketemu orang malah ketemu kunti, "kata Yani bergidik.

" Tenang aja. Kan ada aku, kunti bakalan takut, "ucapku berani.

Demi menemukan jawaban dari teka teki ini aku harus kuat menghadapi rintangan apapun. Termasuk kunti dan teman-temannya.

" Nanti malam sekitar jam 00.00 aku kerumah mu, kamu jangan tidur ya, setibanya aku, kita langsung berangkat "ujarku meyakinkan Yani agar nanti malam berjalan sesuai rencana.

" Mang kita mau berangkat kemana?" Rajuk Yani sambil mengaruk garuk kepalanya. Sesungguhnya Yani tidak tertarik dengan Dinda. Andaikan disuruh mengintai Roy, cowok gacoannya, tanpa diminta pun Ia bersedia.

"Aku sudah temukan tempat pengintaian yang bagus, pokoknya tenang aja, semua bakal aman koq,"kataku lagi.

"Lagian besok kan malam minggu. Daripada bengong dirumah mikirin doski ama cemewewnya mending jagain lilin eh ikut rencana aku ding"

"Oke deh. Tapi kamu malam nanti abis isya langsung kerumahku.Takutnya aku ketiduran "

" Oke. Siiip, "ujarku sambil nunjukin jempol pada Yani.

*****

Sesuai rencana, jam 20.00 aku kerumah Yani setelah pamit sama Papa dengan alasan banyak tugas kelompok yang harus diserahkan senin esok.

Sambil rebahan dikamar Yani menunggu pas tepat tengah malam, Aku dan Yani sempatin baca komik yang baru Yani beli.

"Mi, aku boleh nanya nggak? Tapi Jangan marah ya, "kata Yani tiba-tiba.

"Hmmm,"jawabku sembari menekuk kedua alis.

" Serius nih,,, apa sih manfaatnya tahu tentang ayah dari anak yang dikandung Dinda? "

" Nggak ada. Cuma kasihan Kak Dinda kondisinya seperti itu, "jawabku.

" Misal. Ini misal ya, kalau penyelidikan kita berhasil, lelaki itu mesti kita apain? "

"Mesti kita interogasi. Tapi kita lihat saja nanti. Sekarang fokus kemisi pertama aja, oke?"

"Oh ya. Ngomong-ngomong berapa lama kita ngintai rumah Dinda, Mi? "

" Nggak lama kok. Jam tigaan baru kita balik"

"Oooeemmji"teriak Yani.

"Sebelum aku kerumahmu, aku mampir ke warung beli permen kopi**. Lumayan buat ngusir ngantuk, "kataku membaginya dengan Yani.

" Asyik. Kalau pakai ini aku siap tempur deh"

"Kamu punya kain sarung nggak? "tanyaku.

" Buat apalagi tuhhh. Ada sih di lemari Ibuku. Kan setiap mau ramadhan dapet jatah dari kantor ayahku"

"Buat kamuflase "

" Huahaha kayak mau ikut perang saja"

"Anggap saja begitu. Kita mau berperang menegakkan kebenaran "

Yani tertawa terpikal pikal sampai ke kamar Ibunya untuk mengambil sarung.

" Niii anak seperti kesurupan . Tertawa tak jelas begitu, "Ibu Yani heran melihat anaknya.

"Hahahaha itu si Mia ada aja hahahaha"

"Untuk apa pakai kain sarung segala. Nggak cukup ya selimutnya "

" Iya, Bu. Yani pinjam sarung ayah dulu ya"

Untung Ibunya Yani tak bertanya lagi. Kalau nggak Yani pasti akan membocorkan rencana.

"Rasanya aku batal ikut hoaam ngantuk banget "

" Eitsss jangan tidur dulu. Ini makan permen dulu, "kataku membuka bungkus permen kemudian menyuapinya kemulut Yani.

Setelah permennya habis, ternyata tak mampan. Mata Yani tetap tak bisa di ajak kompromi.

" Masih pukul sepuluh. Bagaimana aku tidur sebentar. Nanti kalau sudah tiba saatnya bangunin aku lagi"

Yani memejamkan matanya dan tidur meliuk seperti kucing. Tak tega juga aku melarangnya tidur.

Aku memeriksa lagi peralatan yang ku bawa didalam tas. Kuamati teropong yang sengaja kubeli. Teropong ini bisa digunakan dalam suasana gelap ataupun terang. Tinggal menyeting pada tombol yang sudah disediakan.

Sengaja kumatikan kamar Yani untuk membuktikan kemampuan teropong ini. Yani kelihatan berwarna hijau sebagai identifikasi makhluk hidup.

Keren banget teropong ini pikirku. Pantas harganya lumayan mahal. Hingga menguras isi celenganku.

Rasa ngantuk sekilas juga menghinggapi ku. Buru-buru kulawan dengan memakan satu buah permen.

Mendengarkan suara musik di headset dari handponeku juga bermanfaat untuk menahan kantuk. Timbul ideku untuk membawanya nanti saat melakukan misi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!