Episode 3

Dengan pelan ku coba membangunkan Yani. Namun Yani tak membuka matanya. Kucoba lagi menarik tangannya. Yani masih terlelap. Akhirnya kuambil air yang ada di dalam gelas dengan tangan ku lalu ku kibaskankan ke arah Yani.

Yani merasa kedinginan di sekitar wajahnya. Ia mengucek ngucek matanya.

"Ayo berangkat, "kataku.

" Kemana, "jawab Yani.

" Kamu tadi mimpi dimana sampai lupa dengan rencana kita. Ayo pakai sarungnya. Ingat jangan berisik nanti semua pada bangun,"kataku menarik tangan Yani supaya Ia mengikutiku.

Tepat jam 00.00 aku danYani keluar dari rumah menuju tempat persembunyian. Tempat itu berada diluar pekarangan rumah Dinda. Kebetulan disana ditumbuhi semak ilalang. Kuatur tubuhku dan Yani dalam posisi jongkok hingga tak ada yang bisa melihat kami.

Sejam kemudian, "Mendingan kita pulang aja deh, Mi" celutuk Yani.

"Ssst..bentar lagi, "jawabku.

Ku berikan headset beserta HP kepada Yani agar Ia tak merasa bosan.

" Untung aja tadi sebelum berangkat pakai a*tan, kalau enggak bentol-bentol deh digigit nyamuk"keluh Yani .

"Disini kan sarang nyamuk semua,"gerutu Yani lagi.

Kreeeeek

Terdengar suara pintu rumah kak Dinda terbuka. Dan munculah Dinda dengan membawa senter. Sepertinya Dinda mau pergi.

Kulihat jam ditangan menunjukan pukul setengah dua malam. Mau kemana Kak Dinda malam-malam begini.

Kulihat Kak Dinda berjalan sendiri tanpa ditemani Mak Suardi. Kami mengikuti Kak Dinda diam-diam. Sengaja kuberi jarak agar kak Dinda tak mengetahui keberadaan kami.

Dipersimpangan jalan langkah Kak Dinda terhenti. Disana ada warung kopi dan sudah lama warung itu tidak beroperasi. Kak Dinda duduk dikursi panjang yang terbuat dari kayu.

Hampir sejam an kami memperhatikan dari kejauhan Kak Dinda duduk disana tanpa perubahan.

Seorang pria dengan menggunakan motor berhenti tepat didepan warung. Orang itu mengulurkan tangannya, hendak memberikan sebuah amplop putih yang sudah dilipat kearah Kak Dinda. Dengan sigap Kak Dinda langsung meraih amplop tersebut.

Setelah amplop sampai ketangan Kak Dinda, laki-laki tersebut langsung tancap gas. Sayang wajah pria tadi tak kelihatan sama sekali karena tertutup helmnya.

Kak Dinda pun beranjak dan melangkah kembali pulang kerumahnya.

"Kak Dinda ternyata kura-kura dalam perahu. Pintar banget main kucing-kucingan, "kata Yani setelah melihat pemandangan yang baru saja dilihatnya.

" Terus kita selanjutnya bagaimana lagi, Mi"

"Penyelidikan bagian satu hari ini selesai. Ayo kita pulang dan beristirahat, "kataku semangat sebab hasilnya tidak sia-sia.

Kak Dinda masih berhubungan dengan lelaki yang telah menghamilinya. Bahkan Ia menerima dengan baik semua yang telah di berikan tanpa ada kemarahan yang terpancar darinya.

"Haah bagian satu? Berarti masih ada lagi kelanjutannya?" tanya Yani.

"Ups jangan keras-keras nanti seluruh kompleks terjaga kan masih malam. Masih jam 3 subuh,"kataku sambil menaruh telunjuk dibibir.

"Sekarang sudah mulai terungkap, satu persatu akan terbongkar dengan sendirinya. Tapi siapakah gerangan pria yang memberikan amplop itu. Apa ayah anak yang dikandung Kak Dinda atau hanya seorang kurir saja? "kataku setelah sampai dan rebahan dikamar Yani.

" Hoaam, "kuap Yani memejamkan mata lalu terlelap.

"Heran nih anak. Gampang banget tidurnya," kata ku sambil ngucek-ngucek rambut Yani.

"Makasih ya sudah temenin aku. Mari kita lanjutkan petualangan ini kepulau kapuk, "ujarku sambil memejamkan mata dan tersenyum.

Akhirnya aku dan Yani bangun kesiangan . Setelah mencuci muka akupun pamit pulang kerumah.

" Habis begadang? "tanya Papa sesampainya kudirumah .

" Nggak bagus anak gadis suka begadang. Apalagi dirumah orang lain, "tambah papa lagi.

" O.. eh.. Baik pa, "jawabku.Sejak papa dan mama bercerai. Aku memilih tinggal bersama Papa dan menghargai perasaan orang yang lebih memperhatikanku, menyayangi ku dibandingkan dengan mama.

Mama yang terlalu sibuk dengan bisnis hingga Ia lupa dengan keluarganya sendiri. Seringkali mama tidak pulang untuk mengurus bisnisnya yang harus dilakukannya sampai keluar kota. Makanya aku lebih memilih tinggal bersama Papa.

Walaupun Papa hanya pegawai kecil, namun Ia selalu ada untuk kami, anak-anaknya. Aku dan Anthony, adikku.

Kulihat Papa sudah mengalihkan matanya di koran, ah, ternyata suasana sudah mencair.

"Aku kedalam dulu ya, Pa, "kataku pelan.

" Mmm, "Papa masih berkosentrasi pada korannya.

Di dalam kamar, kembali kumerenung.

Lekat dalam fikiranku tentang kejadian tadi malam. Apalagi sosok pria yang ditemui Kak Dinda. Sebenarnya apa isi amplop yang diserahkan itu. Apakah sejumlah duit buat keperluan Kak Dinda? Apakah benar pria itu yang menghamili Kak Dinda. Ku ingat lagi perawakan pria itu. Tubuhnya tinggi besar, mengenakan jaket hitam dengan sepatu olahraga berwarna putih. Itu saja yang mencolok dari pria itu selebihnya biasa saja. Ditambah kepalanya yang tertutup helm sehingga wajahnya sulit untuk dikenali.

Terpopuler

Comments

D.R.S

D.R.S

penasaran ak thor

2021-03-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!