Episode 5

"Ehm, Yan, gimana kabar Kak Dinda ? "tanya ku pada Yani saat kami nongkrong di teras rumah Yani.

Berhubung hari ini adalah malam minggu jadi Aku kembali menikmati malam yang panjang di rumah Yani.

Daripada di rumah, sepi banget kayak kuburan. Papa dengan korannya sesekali nonton bola kalau ada siaran langsung. Biasanya hari sabtu bola bakal live lagi ditelevisi swasta. Pasti Papa sudah duduk di depan televisi. Sedangkan si cupu Anthony pasti sudah berkutat dengan buku-buku ilmiahnya buat persiapan olimpiade sains minggu depan.

"Nggak tahu. Udah lama nggak liat"

"Kita mampir yuk kerumah kak Dinda. Siapa tahu Dia butuh teman ", usulku.

" Ayo. Siapa takut"

Kami pun berjalan menuju rumah Kak Dinda yang tak jauh dari rumah Yani.

Setelah sampai di pintu pagar, kebetulan terlihat Kak Dinda duduk diteras sendiri.

"Masuklah pagarnya tak terkunci, "Teriak mak Suardi langsung nongol dari jendela saat melihat kami diluar.

" Apa kabar Mak dan Kak Dinda? "tanya ku.

" Baik. Ini kebetulan Mak bikin gorengan dan teh anget. Mari diminum, "kata mak Suardi sembari membawa nampan berisi pisang goreng dan tiga cangkir teh.

" Tak usah repot Mak. Kami hanya ingin menjenguk Kak Dinda "

" Ah, nggak repot kok, "balas Mak sambil kembali masuk ke dalam rumah.

" Kak Dinda sehat?"perhatian ku kini tertuju pada Kak Dinda yang sedari tadi kami datang hanya menundukkan kepala.

Kak Dinda menggelengkan kepala,"Mulas banget".

"Apa kita kerumah sakit aja,"tanya Yani padaku.

"Kebidan aja, "bantahku sebab kalau kerumah sakit jauh dan memerlukan kendaraan.

" Bidan kan tugasnya juga bantu ngelahirin. Ayo Kak Din kita kesana, "tambahku cemas.

" Mak kita pamit dulu ya bawa Kak Dinda ke bidan, "kata Yani dengan suara yang keras agar terdengar oleh Mak Suardi.

Dengan sigap Mak sudah muncul dihadapan kami.

" Tak usah ke Bidan biar Mak panggil aja dukun beranak yang tinggal di belakang masjid"

"Tapi mak..., "kata Yani serba salah.

" Kalian disini aja. Tolong jaga Dinda biar Mak jemput dulu orangnya, "secepat kilat Mak Suardi sudah berlalu pergi menyusul dukun beranak itu.

" Aduuuhh Perutku sakit sekali, "erang Kak Dinda sambil memegang perutnya.

" Gimana ini, Mi? "

"Kak Dinda tenang ya tenang. Tarik nafas kemudian hembuskan," kataku sambil memperagakan peregangan dada. Tarik nafas lepaskan. Ini kupelajari saat Kak Santi mau melahirkan dua hari yang lalu.

Beberapa menit kemudian kesakitan Kak Dinda sudah mulai reda. Ia pun meminum teh yang ada di atas meja.

Mak Suardi datang bersama dengan seorang wanita yang diperkirakan umurnya juga tak seberapa jauh dari mak Suardi.

"Gimana Din, sudah mulai merasa mau melahirkan?"tanya wanita itu.

"Belum Mak, cuma tadi perut Dinda sakit banget, "jelas Dinda memelas.

" Biar mak periksa dulu, "kata mak itu sambil meraba raba perut Kak Dinda.

" Aduh. Sakit mak, "erang Kak Dinda.

" Itu anakmu menendang tangan mak,"kata mak tersenyum.

"Aduh, mulai terasa sakit lagi, "

" Ayo masuk kedalam rumah. Perlengkapan. Melahirkannya sudah mak siapkan, "kata Mak Suardi.

Aku dan Yani memapah Kak Dinda ke kamar dan membaringkannya di kasur.

Kak Dinda mulai mengejan dengan nafas yang terputus-putus. Aku tak kuasa melihat kesakitan begitu. Langsung ku ingat mama yang melahirkan ku. Aku mendadak merindukan mama. Pasti mama kesakitan juga seperti Kak Dinda waktu melahirkanku.Hingga air mataku jatuh tak terbendung.

"Mi. Kenapa menangis tersedu begitu, "bisik Yani.

" Aku ingat Mamaku , Yan. Aku jadi merasa berdosa telah membenci mama"

"Aku juga ingat Ibu. Nanti pulang aku janji bakal jadi anak baik buat ibuku, "Yani pun ikut menangis.

Setelah tiga jam menunggu proses melahirkan akhirnya Kak Dinda berhasil dengan menghadirkan seorang makhluk mungil ke dunia ini.

Melihat bayi keluar dari rahim Kak Dinda, Yani tiba tiba pingsan.

" Yani,,, kamu kenapa,, sadar Yan, "kataku pada Yani yang sudah jatuh lunglai ke lantai.

Setelah beberapa saat Yani pun sadar.

" Entah kenapa perutku mules dan mata berkunang-kunang saat bayinya keluar, "alasan Yani kenapa Ia bisa pingsan.

Keadaan Kak Dinda juga sudah membaik begitu pun bayinya, sudah ada dalam gendongan Kak Dinda untuk memberikan ASI pertama.

Aku dan Yani pamit pulang kerumah. Kulihat kondisi Yani masih lesu jadi kuantar dulu Yani sampai kerumahnya ,baru kemudian kulanjutkan pulang ke rumahku.

Dirumah langsung ku basuh badan dengan air sebanyak - banyaknya. Tak kupedulikan sudah larut malam dengan hawa sangat dingin menusuk ketulang.

Pengalaman melihat orang yang melahirkan adalah pengalaman yang sangat berarti untukku. Perjuangan Kak Dinda untuk melahirkan seorang anak sangat menakjubkan. Perjuangan antara hidup dan mati. Sehingga membuat rasa benci ku pada mama mulai terkikis.

"Dari mana, Mi. Jam segini baru mandi?"bunyi guyuran air saat kumandi membuat Papa terbangun.

"Tadi di rumah Kak Dinda yang rumahnya dekat dengan Yani. Kak Dinda baru saja melahirkan bayi perempuan, "jelasku.

" Bagaimana kondisinya, apakah persalinannya lancar? "

" Lancar, Papa. Berkat bantuan dukun beranak yang tinggal dibelakang mesjid"

"Oh, mak Jamilah. Beliau sudah terkenal dengan keahliannya membantu orang melahirkan "

" Papa kenal ya? "

" Ya pasti kenal lah. Sebab yang melahirkan papa kedunia ini dulunya adalah Ibu dari mak Jamilah itu. Keahlian yang turun temurun , "cerita Papa.

"Sekarang kamu istirahat besok kan masih sekolah. Walau banyak kegiatan di luaran, kamu tak boleh melalaikan pendidikan formalmu ya, Mi"

"Baik. Papa,"jawabku.Aku janji akan melakukan yang terbaik untuk Papa,tambahku dalam hati.

Terpopuler

Comments

RN

RN

5 like rate favorite hadir feedback totok pembangkit saling dukung kk

2021-07-05

0

DeputiG_Rahma

DeputiG_Rahma

full like, semngat upnya kak..
mampir ya❤❤❤

2020-12-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!