Episode 4

"Hai, kak Dinda. Cerah banget mukanya. Dapet rejeki nomplok nih kayaknya," kata Yani saat melihat kakak Dinda lewat depan rumahnya.

"Mau tahu aja, "balas Dinda.

"Hahahaha,kalau dapat rejeki itu dibagi-bagi, jangan diumpetin "

" Yeee maunya, "jawab kak Dinda sewot.

" Kapan brojolnya, Kak, "tanyaku.

" Mau kasih kado ya pakai nanya"

"Cowok apa cewek, Kak Dinda"

"Belom tahu"

"Segede gitu perutnya belum diperiksa?"Yani ikut nanya juga.

"Periksa? Periksa apa?? "Kak Dinda balik bertanya.

" Dukun, "jawab Yani ketus.

" Ah, bukan.Kebidan atau kedokter, "potongku.

"Buat apa? "

"Capek deh"

"Buat memeriksa janin dalam kandungan. Seperti jantungnya diperiksa. Agar bayinya sehat,"jelasku

"Nah adalagi namanya USG, "tambah Yani.

" Apalagi tuh. KUEGE?

"U..... S.....G.... Bisa liat bayi yang didalam perut "

" Kalian berdua nggak masuk akal aja. Liat bayi dalam perut. Maksudnya ngintip gitu"

"Huahahahah, "Aku dan Yani tertawa hampir bersamaan.

"Pakai alat yang bisa menampilkan keadaan bayi di dalam layar mirip televisi," jelasku sesederhana mungkin agar Kak Dinda mengerti.

"Alat? "

" Iya sebuah alat yang ditempel diperut kak Dinda trus bayinya bisa muncul dimonitor gitu, "jelasku lagi. Setidaknya begitulah yang kulihat saat mengantar sepupuku kedokter kandungan belum lama ini.

" Belum pernah kedokter soalnya"

"Biar kami yang antar ke dokter. Kalau kak Dinda mau sih,"usulku.

"Kutanya mak dulu"

"Kalau anaknya lahir mau dikasih nama apa? "

"Belum tahu"

"Kak Dinda lebih suka mana, anaknya cowok atau cewek?

"Cowok "

" Bagus itu Kak Dinda biar ada yang jagain kak Dinda dan mak"

"Tapi cewek juga cakep. Biar bisa bantu kak Dinda dan mak, "timpal Yani.

Kulihat senyum terukur dibibir Kak Dinda. Perlahan dielusnya perut yang semakin membesar itu.

" Ngomong-ngomong ke dokternya mahal nggak? "

" Nggak kok kak Din. Cuma seratus ribu, "kataku.

" Besok kalian mau nggak nganter kesana? "

" Sabtu aja Kak Din. Kami pulang sekolah cepat hari itu, "jawabku sambil melihat ke Yani meminta persetujuannya.

" Ya udah sabtu sore, "kata Yani.

" Aku pergi dulu ya"

"Mau kemana Kak? "

" Mau shoping"

"Cie.. Cie yang baru dapat am"

Buru-buru kututup mulut Yani. Aku tak mau Kak Dinda curiga kalau kami tahu bahwa Ia diberi amplop yang berisi uang oleh seseorang.

*****

Sesuai janji kami, hari sabtu sesudah sekolah usai, kami mengantar Kak Dinda pergi kedokter kandungan tempat saudara sepupuku biasa memeriksakan kandungannya.

Perjalanan kesana tidak membutuhkan angkutan umum, kami bertiga cukup berjalan kaki sebab tempat praktek dokter itu hanya satu kilometer saja dari pemukiman kami.

Setelah memeriksa denyut jantung janin dan USG, "Selamat bayinya perempuan. Perkiraan lahirnya 1 bulan lagi"

" Perbanyak makan buah-buahan ya agar bayinya tambah sehat, "tambah dokter.

" Baik bu, "jawab Dinda.

" Oh, ya. Bagaimana kabar Santi? "

" Ternyata dokter masih mengingat saya. Kak Santi alhamdulillah baik bu. Seminggu lagi mau melahirkan kalau tak salah. Sebab perutnya sudah mulai terasa sakit,"jelasku tentang keadaan sepupuku yang tinggalnya disebelah rumahku.

"Itu namanya kontraksi. Tanda mau melahirkan. Jika sudah terasa sangat sakit, atau mengeluarkan cairan sebaiknya lekas dibawa kerumah bersalin ya"

"Baik bu dokter. Terima kasih atas penjelasannya, "kataku seraya mengalaminya.

" Dinda juga jaga kesehatan ibu dan bayinya. Saat ini bayinya dalam posisi sungsang. Lakukan gerakan senam ibu hamil seperti gerakan sujud. Biasanya bayi akan berputar, "jelas bu dokter pada Kak Dinda.

" Baik, Dokter, "balas Kak Dinda.

" Saya akan berikan vitamin agar bayinya tambah sehat ya, "kata bu dokter sambil membungkus beberapa buah kapsul kedalam plastik kecil. Lalu memberikannya pada Kak Dinda.

" Harganya berapa? "tanya Kak Dinda ragu saat menerima obat itu.

" Biaya pemeriksaan seratus lima puluh ribu rupiah ditambah vitamin seratus ribu jadi totalnya dua ratus lima puluh ribu rupiah saja"

"Tapi saya cuma bawa uang seratus lima puluh rupiah, Bu, "kata Kak Dinda menyerahkan semua uang disakunya pada Bu Dokter.

" Kebetulan saya punya dua puluh ribu rupiah, "kataku meletakkan uang tersebut bersama uang Kak Dinda di atas meja.

" Aku cuma ada sepuluh, "Yani ikut menyerahkan sisa uang jajan nya.

" Ya udah. Nanti sisanya biar saya yang tambahkan. Bawa saja obatnya"

"Maka...sih,Bu dokter, "ujar Kak Dinda gugup.

" Terimakasih banyak, Bu. Sekarang kami pamit pulang. Assalamualaikum, "kataku sambil berdiri.

" Waalaikumsalam"

"Gimana Kak Din. Legakan sudah tahu kalau bayinya sehat. Jadi nggak ragu lagi saat beli perlengkapan bayi. Kak Dinda juga sudah bisa cari nama yang sesuai. Ya kan Mi? "kata Yani setelah keluar dari ruang praktek dokter.

" Yup, "balas ku dengan penuh semangat.

Aku senang bisa membantu kak Dinda. Dengan mendekati nya secara halus begini, aku yakin segalanya akan terungkap. Dan bayi dalam kandungan Kak Dinda akan mengetahui keberadaan bapaknya yang selama ini menjadi misteri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!