My Cold Husband
Riuh tepuk tangan menjadi akhir dari sebuah proses syuting di Hotel Ocean Blue. Medisya Laluna, sebagai perwakilan dari divisi pemasaran Sagara Company menunduk hormat pada setiap kru yang sudah bekerja keras untuk membantunya. Tangannya terjulur untuk menjabat tangan Pak Anugrah selaku pimpinan dari Bintang Media.
"Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk bekerja sama dengan Sagara Company, pak," ucapnya sopan.
"Tidak perlu, seharusnya saya yang berterima kasih karena telah mempercayakan pemasaran properti kalian di media kami," balas Pak Anugrah.
Senyum Medisya tersungging lebar. Perempuan itu mengangguk sekali lagi kemudian pamit undur diri. Ia menemui rekan kerjanya yang dengan setia menunggunya sejak tadi.
"Huh!" Helaan nafas itu terdengar dari mulut Medisya. "Capek banget aku. Gara-gara kamu nih, nggak jaga kesehatan! Jadi aku kan yang kena imbasnya!"
Ayunda hanya terkekeh mendengarnya. Tadinya memang ia yang ditugaskan untuk melakukan syuting iklan hotel baru perusahaannya. Namun karena kondisi tubuhnya yang tidak stabil membuatnya memaksa Medisya untuk menggantikan posisinya.
"Harusnya tuh kamu berterima kasih sama aku, Sya! Kalau aku nggak sakit, kapan coba kamu bakalan ikut pengiklanan besar-besaran kek gini? Dari dulu 'kan kamu cuma kebagian sebar poster," cibir Ayunda berhasil mengundang decakan sebal temannya.
"Sialan!" Umpat Medisya pelan.
Netranya melirik jam yang melingkar manis di tangannya. Kemudian menatap Ayunda malas.
"Kerjaan aku udah selesai 'kan?" Tanyanya. Ia sungguh berharap Ayunda mengangguk agar dirinya bisa segera pulang.
Tapi Ayunda justru berdecak kecil. "Enak aja! Kamu harus mengantar surat kontrak kita dengan Bintang Media pada Pak Alvian," cetus Ayunda.
Medisya melotot mendengarnya. Tidak tidak! Ia tidak bisa melakukan hal itu. Alvian adalah anak dari Abraham, sang pemilik perusahaan. Pria itu adalah pewaris utama Sagara Company.
Banyak yang mengatakan bahwa Alvian berhati dingin. Pria itu tidak akan segan membentak karyawan yang melakukan kesalahan di depan umum. Ya, meskipun Medisya belum pernah melihat hal itu langsung, tetap saja ia merasa takut.
"Ayuuu," rengek Medisya kesal. "Nggak mau, ah! Kamu 'kan bisa antar sendiri. Udah sembuh juga!"
"Bukan nggak mau, Sya. Tapi di surat kontrak itu tertera nama kamu sebagai perwakilan dari divisi kita. Ya kamu lah yang harus kasih surat itu," balas Ayunda menjelaskan.
"Jahat banget," keluh Medisya. Meski enggan, ia tetap meraih kertas penting di meja mereka dan menyimpan itu di tas kerjanya.
"Harus sekarang?"
Ayunda mengangguk mengiyakan. Kemudian beranjak berdiri dan berpamitan. "Aku pulang duluan, ya? Setauku jadwal Pak Alvian hari ini sampai malam. Kalau kamu mau, kamu bisa temui dia nanti. Sekarang istirahat aja dulu."
Medisya bergumam pelan. Ia membiarkan Ayunda pergi karena tugas perempuan itu hanya memantaunya melakukan syuting iklan. Ayunda memiliki anak yang menunggunya di rumah. Jadi Medisya bisa memaklumi kondisi Ayunda.
Mau tidak mau Medisya menghubungi Jihan, sekretaris Alvian, untuk membuat janji temu dengan CEO muda itu.
"Hallo, Bu Jihan," sapanya ketika panggilannya tersambung.
Ia menghela nafas berat ketika Jihan membalasnya dan menanyakan alasan Medisya menelponnya.
"Saya ingin bertemu Pak Alvian untuk menyerahkan surat kontrak kerja sama kita dengan Bintang Media. Apa saya bisa menemuinya hari ini juga, Bu?"
Medisya menunggu Jihan berbicara dengan seseorang melalui interkom. Mungkin dengan Alvian. Yang jelas Jihan menanyakan kesibukan orang itu.
"Anda bisa bertemu dengan beliau jam 7 malam nanti, Bu Medisya. Tapi jika anda keberatan, saya akan membuatkan janji temu untuk besok pagi. Bagaimana?"
Yang benar saja! Jam 7 malam itu di luar jam kerjanya. Malas sekali jika harus menemui Alvian di jam itu.
Tapi jika dipikirkan lagi, akan lebih bagus menemui Alvian malam ini juga. Selain karena Medisya ingin pekerjaannya selesai hari ini juga, ia juga bisa menghindari rasa malu jika Alvian mengoreksi kesalahannya di depan rekan kerja Medisya. Di jam itu pasti seluruh rekan kerjanya sudah pulang. Kecuali yang masih punya kepentingan lain.
"Tidak, bu. Saya akan menemuinya malam ini juga," putus Medisya.
###
Medisya mematut dirinya di kaca besar yang terdapat di lobi perusahaannya. Malam ini ia memakai kemeja putih lengan pendek dan kerah berbentuk V neck yang dipadukan dengan rok span motif kotak yang pendeknya di atas lutut serta di percantik dengan belahan rok itu di paha kirinya.
Setelah begitu percaya diri, ia segera masuk ke dalam lift untuk menuju ke ruangan Alvian. Sialnya, Jihan menghubunginya sejam yang lalu. Mengatakan bahwa perempuan itu tidak bisa mengantarnya ke ruangan Alvian karena ada kepentingan keluarga. Jadi Medisya harus benar-benar menyiapkan mentalnya untuk menghadapi Alvian seorang diri.
Jika di lobi tadi masih ada beberapa orang yang berlalu lalang, berbeda dengan di lantai atas. Koridor di sini sangat sepi. Membuat kulit tubuh Medisya meremang seketika.
Berbekal doa dan keyakinannya, ia tetap melangkah menuju satu ruangan yang sangat megah. Terdapat satu set meja dan kursi di samping pintu berwarna coklat. Jelas sekali bahwa itu adalah meja kerja Jihan.
Tidak mau berlama-lama di sana, Medisya langsung menghampiri pintu coklat yang kokoh itu dan mengetuknya pelan.
Hampir tiga kali ia melakukan hal itu, sampai akhirnya ia mendengar intruksi masuk dari dalam sana. Dengan berat hati ia masuk ke dalamnya.
Medisya mengernyit bingung ketika mendapati bau alkohol yang sangat menyengat. Belum sampai di situ, kebingungannya bertambah ketika pintu coklat tadi mengeluarkan bunyi bip.
Untungnya ia segera sadar dan tetap menjaga keprofesionalannya dalam bekerja. Medisya menatap ragu pada Alvian yang tengah memandangnya dengan mata yang memerah.
"Permisi, Pak Alvian. Saya ke sini untuk mengantarkan--"
"Duduk," sela Alvian dingin.
Benar apa kata orang, Alvian terlihat sangat menakutkan. Entah kenapa rasa percaya diri Medisya menguap seketika.
Medisya mengikuti perkataan Alvian. Ia duduk sesopan mungkin di kursi empuk khusus tamu itu.
"Pak Alvian, saya--"
Lagi-lagi perkataan Medisya terpotong oleh Alvian. Namun kali ini pertanyaan Alvian membuatnya kebingungan.
"Setelah menghancurkan semuanya, kamu masih berani datang ke hadapanku?" Tanya Alvian.
Jelas sekali Alvian sedang menahan rasa marahnya. Terbukti dengan kedua tangan pria itu yang saling bertautan sangat kuat di atas meja.
Berbeda dengan Medisya yang mengangkat kedua alisnya dengan bibir sedikit terbuka. Ia benar-benar tidak mengerti dengan pertanyaan Alvian.
"Maksudnya, pak?" Tanya Medisya meminta penjelasan.
"Jangan pura-pura lugu! Aku sudah muak dengan kepalsuanmu itu!"
Alvian menatap Medisya sangat tajam. Sampai Medisya sendiri salah tingkah di tempatnya.
Sampai kemudian netranya terpaku pada tiga botol wiski di samping tangan kiri Alvian. Bodoh! Medisya merutuki dirinya sendiri karena kelemotannya dalam berpikir.
Sudah jelas ia mencium bau alkohol sejak pertama kali melangkahkan kakinya di ruangan ini, tapi baru sekarang ia sadar bahwa Alvian sedang mabuk!
Medisya bergegas merapikan tasnya dan beranjak berdiri. Segera mungkin ia menghindari kemungkinan buruk yang bisa membahayakan dirinya.
"Maaf, pak. Tapi sepertinya saya akan menemui Pak Alvian besok pagi. Saya permisi," pamit Medisya dibalas kekehan kecil dari Alvian. Namun percayalah, Alvian justru terlihat sangat mengerikan saat ini.
"Hebat sekali. Datang seenaknya terus pergi begitu saja. Apa sekarang itu menjadi hobimu, Clara?"
Medisya mengabaikan racauan Alvian. Ia sadar, Alvian sedang merasa marah pada seseorang. Mungkin dengan perempuan yang pria itu sebut tadi.
Mata Medisya melebar ketika pintu coklat tadi terkunci. Ia mencoba menaik-turunkan engsel pintu itu. Namun tidak ada pergerakan yang terjadi.
Tubuhnya menegang ketika Alvian ikut beranjak. Meski mabuk, tapi pria itu masih cukup tenaga untuk melangkah dengan tenang. Mendekati Medisya.
"Waktumu bermain-main sudah selesai. Sekarang giliranku untuk menghancurkanmu, Clara," lirih Alvian pelan namun mampu membuat Medisya hampir menangis di sana.
###
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Nitha Sulistia
Nyimak..
2021-10-11
0
Nazwa Auliya Putri
bab 20
2021-09-07
0
Aprilia
keren thor ceritanya
2021-08-08
0