My Cold Husband

My Cold Husband

Bab 1 Awal Kehancuran

Riuh tepuk tangan menjadi akhir dari sebuah proses syuting di Hotel Ocean Blue. Medisya Laluna, sebagai perwakilan dari divisi pemasaran Sagara Company menunduk hormat pada setiap kru yang sudah bekerja keras untuk membantunya. Tangannya terjulur untuk menjabat tangan Pak Anugrah selaku pimpinan dari Bintang Media.

"Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk bekerja sama dengan Sagara Company, pak," ucapnya sopan.

"Tidak perlu, seharusnya saya yang berterima kasih karena telah mempercayakan pemasaran properti kalian di media kami," balas Pak Anugrah.

Senyum Medisya tersungging lebar. Perempuan itu mengangguk sekali lagi kemudian pamit undur diri. Ia menemui rekan kerjanya yang dengan setia menunggunya sejak tadi.

"Huh!" Helaan nafas itu terdengar dari mulut Medisya. "Capek banget aku. Gara-gara kamu nih, nggak jaga kesehatan! Jadi aku kan yang kena imbasnya!"

Ayunda hanya terkekeh mendengarnya. Tadinya memang ia yang ditugaskan untuk melakukan syuting iklan hotel baru perusahaannya. Namun karena kondisi tubuhnya yang tidak stabil membuatnya memaksa Medisya untuk menggantikan posisinya.

"Harusnya tuh kamu berterima kasih sama aku, Sya! Kalau aku nggak sakit, kapan coba kamu bakalan ikut pengiklanan besar-besaran kek gini? Dari dulu 'kan kamu cuma kebagian sebar poster," cibir Ayunda berhasil mengundang decakan sebal temannya.

"Sialan!" Umpat Medisya pelan.

Netranya melirik jam yang melingkar manis di tangannya. Kemudian menatap Ayunda malas.

"Kerjaan aku udah selesai 'kan?" Tanyanya. Ia sungguh berharap Ayunda mengangguk agar dirinya bisa segera pulang.

Tapi Ayunda justru berdecak kecil. "Enak aja! Kamu harus mengantar surat kontrak kita dengan Bintang Media pada Pak Alvian," cetus Ayunda.

Medisya melotot mendengarnya. Tidak tidak! Ia tidak bisa melakukan hal itu. Alvian adalah anak dari Abraham, sang pemilik perusahaan. Pria itu adalah pewaris utama Sagara Company.

Banyak yang mengatakan bahwa Alvian berhati dingin. Pria itu tidak akan segan membentak karyawan yang melakukan kesalahan di depan umum. Ya, meskipun Medisya belum pernah melihat hal itu langsung, tetap saja ia merasa takut.

"Ayuuu," rengek Medisya kesal. "Nggak mau, ah! Kamu 'kan bisa antar sendiri. Udah sembuh juga!"

"Bukan nggak mau, Sya. Tapi di surat kontrak itu tertera nama kamu sebagai perwakilan dari divisi kita. Ya kamu lah yang harus kasih surat itu," balas Ayunda menjelaskan.

"Jahat banget," keluh Medisya. Meski enggan, ia tetap meraih kertas penting di meja mereka dan menyimpan itu di tas kerjanya.

"Harus sekarang?"

Ayunda mengangguk mengiyakan. Kemudian beranjak berdiri dan berpamitan. "Aku pulang duluan, ya? Setauku jadwal Pak Alvian hari ini sampai malam. Kalau kamu mau, kamu bisa temui dia nanti. Sekarang istirahat aja dulu."

Medisya bergumam pelan. Ia membiarkan Ayunda pergi karena tugas perempuan itu hanya memantaunya melakukan syuting iklan. Ayunda memiliki anak yang menunggunya di rumah. Jadi Medisya bisa memaklumi kondisi Ayunda.

Mau tidak mau Medisya menghubungi Jihan, sekretaris Alvian, untuk membuat janji temu dengan CEO muda itu.

"Hallo, Bu Jihan," sapanya ketika panggilannya tersambung.

Ia menghela nafas berat ketika Jihan membalasnya dan menanyakan alasan Medisya menelponnya.

"Saya ingin bertemu Pak Alvian untuk menyerahkan surat kontrak kerja sama kita dengan Bintang Media. Apa saya bisa menemuinya hari ini juga, Bu?"

Medisya menunggu Jihan berbicara dengan seseorang melalui interkom. Mungkin dengan Alvian. Yang jelas Jihan menanyakan kesibukan orang itu.

"Anda bisa bertemu dengan beliau jam 7 malam nanti, Bu Medisya. Tapi jika anda keberatan, saya akan membuatkan janji temu untuk besok pagi. Bagaimana?"

Yang benar saja! Jam 7 malam itu di luar jam kerjanya. Malas sekali jika harus menemui Alvian di jam itu.

Tapi jika dipikirkan lagi, akan lebih bagus menemui Alvian malam ini juga. Selain karena Medisya ingin pekerjaannya selesai hari ini juga, ia juga bisa menghindari rasa malu jika Alvian mengoreksi kesalahannya di depan rekan kerja Medisya. Di jam itu pasti seluruh rekan kerjanya sudah pulang. Kecuali yang masih punya kepentingan lain.

"Tidak, bu. Saya akan menemuinya malam ini juga," putus Medisya.

###

Medisya mematut dirinya di kaca besar yang terdapat di lobi perusahaannya. Malam ini ia memakai kemeja putih lengan pendek dan kerah berbentuk V neck yang dipadukan dengan rok span motif kotak yang pendeknya di atas lutut serta di percantik dengan belahan rok itu di paha kirinya.

Setelah begitu percaya diri, ia segera masuk ke dalam lift untuk menuju ke ruangan Alvian. Sialnya, Jihan menghubunginya sejam yang lalu. Mengatakan bahwa perempuan itu tidak bisa mengantarnya ke ruangan Alvian karena ada kepentingan keluarga. Jadi Medisya harus benar-benar menyiapkan mentalnya untuk menghadapi Alvian seorang diri.

Jika di lobi tadi masih ada beberapa orang yang berlalu lalang, berbeda dengan di lantai atas. Koridor di sini sangat sepi. Membuat kulit tubuh Medisya meremang seketika.

Berbekal doa dan keyakinannya, ia tetap melangkah menuju satu ruangan yang sangat megah. Terdapat satu set meja dan kursi di samping pintu berwarna coklat. Jelas sekali bahwa itu adalah meja kerja Jihan.

Tidak mau berlama-lama di sana, Medisya langsung menghampiri pintu coklat yang kokoh itu dan mengetuknya pelan.

Hampir tiga kali ia melakukan hal itu, sampai akhirnya ia mendengar intruksi masuk dari dalam sana. Dengan berat hati ia masuk ke dalamnya.

Medisya mengernyit bingung ketika mendapati bau alkohol yang sangat menyengat. Belum sampai di situ, kebingungannya bertambah ketika pintu coklat tadi mengeluarkan bunyi bip.

Untungnya ia segera sadar dan tetap menjaga keprofesionalannya dalam bekerja. Medisya menatap ragu pada Alvian yang tengah memandangnya dengan mata yang memerah.

"Permisi, Pak Alvian. Saya ke sini untuk mengantarkan--"

"Duduk," sela Alvian dingin.

Benar apa kata orang, Alvian terlihat sangat menakutkan. Entah kenapa rasa percaya diri Medisya menguap seketika.

Medisya mengikuti perkataan Alvian. Ia duduk sesopan mungkin di kursi empuk khusus tamu itu.

"Pak Alvian, saya--"

Lagi-lagi perkataan Medisya terpotong oleh Alvian. Namun kali ini pertanyaan Alvian membuatnya kebingungan.

"Setelah menghancurkan semuanya, kamu masih berani datang ke hadapanku?" Tanya Alvian.

Jelas sekali Alvian sedang menahan rasa marahnya. Terbukti dengan kedua tangan pria itu yang saling bertautan sangat kuat di atas meja.

Berbeda dengan Medisya yang mengangkat kedua alisnya dengan bibir sedikit terbuka. Ia benar-benar tidak mengerti dengan pertanyaan Alvian.

"Maksudnya, pak?" Tanya Medisya meminta penjelasan.

"Jangan pura-pura lugu! Aku sudah muak dengan kepalsuanmu itu!"

Alvian menatap Medisya sangat tajam. Sampai Medisya sendiri salah tingkah di tempatnya.

Sampai kemudian netranya terpaku pada tiga botol wiski di samping tangan kiri Alvian. Bodoh! Medisya merutuki dirinya sendiri karena kelemotannya dalam berpikir.

Sudah jelas ia mencium bau alkohol sejak pertama kali melangkahkan kakinya di ruangan ini, tapi baru sekarang ia sadar bahwa Alvian sedang mabuk!

Medisya bergegas merapikan tasnya dan beranjak berdiri. Segera mungkin ia menghindari kemungkinan buruk yang bisa membahayakan dirinya.

"Maaf, pak. Tapi sepertinya saya akan menemui Pak Alvian besok pagi. Saya permisi," pamit Medisya dibalas kekehan kecil dari Alvian. Namun percayalah, Alvian justru terlihat sangat mengerikan saat ini.

"Hebat sekali. Datang seenaknya terus pergi begitu saja. Apa sekarang itu menjadi hobimu, Clara?"

Medisya mengabaikan racauan Alvian. Ia sadar, Alvian sedang merasa marah pada seseorang. Mungkin dengan perempuan yang pria itu sebut tadi.

Mata Medisya melebar ketika pintu coklat tadi terkunci. Ia mencoba menaik-turunkan engsel pintu itu. Namun tidak ada pergerakan yang terjadi.

Tubuhnya menegang ketika Alvian ikut beranjak. Meski mabuk, tapi pria itu masih cukup tenaga untuk melangkah dengan tenang. Mendekati Medisya.

"Waktumu bermain-main sudah selesai. Sekarang giliranku untuk menghancurkanmu, Clara," lirih Alvian pelan namun mampu membuat Medisya hampir menangis di sana.

###

Terpopuler

Comments

Nitha Sulistia

Nitha Sulistia

Nyimak..

2021-10-11

0

Nazwa Auliya Putri

Nazwa Auliya Putri

bab 20

2021-09-07

0

Aprilia

Aprilia

keren thor ceritanya

2021-08-08

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal Kehancuran
2 Bab 2 Kehancuran Medisya
3 Bab 3 Trauma
4 Bab 4 Hamil?
5 Bab 5 Menikah?
6 Bab 6 Pernikahan
7 Bab 7 Mual
8 Bab 8 Kekhawatiran Alvian
9 Bab 9 Sakit
10 Bab 10 Merasa bersalah?
11 Bab 11 Panggilan Yang Sopan
12 Bab 12 Selalu Ragu
13 Bab 13 Medisya dan Anaknya
14 Bab 14 USG Trans V
15 Bab 15 Ke Rumah Alvian
16 Bab 16 Sentuhan Kecil
17 Bab 17 Mulai Menyayangi
18 Bab 18 Kepercayaan Vs Keraguan
19 Bab 19 Mamah Mertua
20 Bab 20 Undangan Pernikahan
21 Bab 21 Obrolan yang Menghangatkan
22 Bab 22 Dia Adikku
23 Bab 23 Merindukan kehangatan
24 Bab 24 Kemarahan Alvian
25 Bab 25 Memilih Gaun
26 Bab 26 Kekhawatiran Medisya
27 Bab 27 Alvian Menangis?
28 Bab 28 Abraham Murka
29 Bab 29 Memilih Pulang
30 Bab 30 Lebih Dekat
31 Bab 31 Ibu dari anakku
32 Bab 32 Semakin Merasa Bersalah
33 Bab 33 Saling Memaafkan
34 Bab 34 Keputusan Abraham
35 Bab 35 Merasa Rendah
36 Bab 36 Kecupan singkat
37 Bab 37 Dia istriku
38 Bab 38 Malu
39 Bab 39 Can I?
40 Bab 40 Sebuah Rencana
41 Bab 41 Bertemu Tania
42 Bab 42 Candaan Gio dan Aurel
43 Bab 43 Sindrom Kehamilan Simpatik
44 Bab 44 Resepsi Pernikahan
45 Bab 45 Resepsi Pernikahan 2
46 Bab 46 Malam Bergairah
47 Bab 47 Hanya Menyayangimu
48 Alvian Sagara & Medisya Laluna
49 Bab 48 Sering Marah
50 Bab 49 Alvian yang Sebenarnya
51 Bab 50 Pesan Melinda
52 Bab 51 Kembali Peduli
53 Bab 52 Komunikasi
54 Bab 53 Makan Siang
55 Bab 54 Perjodohan Lily
56 Bab 55 Medisya atau Lily?
57 Bab 56 Reno Brengsek
58 Bab 57 Medisya sakit
59 Bab 58 Entah sejak kapan
60 Bab 59 Kemarahan Satria
61 Bab 60 Kecemburuan Medisya
62 Bab 61 Sayang Vs Cinta
63 Bab 62 Persiapan pernikahan Lily
64 Bab 63 Aku Mencintaimu
65 Bab 64 Rumah Baru
66 Bab 65 Terlalu Bodoh
67 Bab 66 Naluri Seorang Ayah
68 Bab 67 Pelukan Hangat
69 Bab 68 Teman Masalalu
70 Bab 69 Sembilan Bulan
71 Bab 70 Satu Kompleks
72 Bab 71 Bukan Penantian
73 Bab 72 Pembukaan
74 Pengumuman
75 Bab 73 Baby Boy
76 Bab 74 Tes DNA
77 Pengumuman
78 75 Pulang
79 Pernikahan Paksa
80 Bab 76 Kembali
81 Bab 77 Dia Kembali
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1 Awal Kehancuran
2
Bab 2 Kehancuran Medisya
3
Bab 3 Trauma
4
Bab 4 Hamil?
5
Bab 5 Menikah?
6
Bab 6 Pernikahan
7
Bab 7 Mual
8
Bab 8 Kekhawatiran Alvian
9
Bab 9 Sakit
10
Bab 10 Merasa bersalah?
11
Bab 11 Panggilan Yang Sopan
12
Bab 12 Selalu Ragu
13
Bab 13 Medisya dan Anaknya
14
Bab 14 USG Trans V
15
Bab 15 Ke Rumah Alvian
16
Bab 16 Sentuhan Kecil
17
Bab 17 Mulai Menyayangi
18
Bab 18 Kepercayaan Vs Keraguan
19
Bab 19 Mamah Mertua
20
Bab 20 Undangan Pernikahan
21
Bab 21 Obrolan yang Menghangatkan
22
Bab 22 Dia Adikku
23
Bab 23 Merindukan kehangatan
24
Bab 24 Kemarahan Alvian
25
Bab 25 Memilih Gaun
26
Bab 26 Kekhawatiran Medisya
27
Bab 27 Alvian Menangis?
28
Bab 28 Abraham Murka
29
Bab 29 Memilih Pulang
30
Bab 30 Lebih Dekat
31
Bab 31 Ibu dari anakku
32
Bab 32 Semakin Merasa Bersalah
33
Bab 33 Saling Memaafkan
34
Bab 34 Keputusan Abraham
35
Bab 35 Merasa Rendah
36
Bab 36 Kecupan singkat
37
Bab 37 Dia istriku
38
Bab 38 Malu
39
Bab 39 Can I?
40
Bab 40 Sebuah Rencana
41
Bab 41 Bertemu Tania
42
Bab 42 Candaan Gio dan Aurel
43
Bab 43 Sindrom Kehamilan Simpatik
44
Bab 44 Resepsi Pernikahan
45
Bab 45 Resepsi Pernikahan 2
46
Bab 46 Malam Bergairah
47
Bab 47 Hanya Menyayangimu
48
Alvian Sagara & Medisya Laluna
49
Bab 48 Sering Marah
50
Bab 49 Alvian yang Sebenarnya
51
Bab 50 Pesan Melinda
52
Bab 51 Kembali Peduli
53
Bab 52 Komunikasi
54
Bab 53 Makan Siang
55
Bab 54 Perjodohan Lily
56
Bab 55 Medisya atau Lily?
57
Bab 56 Reno Brengsek
58
Bab 57 Medisya sakit
59
Bab 58 Entah sejak kapan
60
Bab 59 Kemarahan Satria
61
Bab 60 Kecemburuan Medisya
62
Bab 61 Sayang Vs Cinta
63
Bab 62 Persiapan pernikahan Lily
64
Bab 63 Aku Mencintaimu
65
Bab 64 Rumah Baru
66
Bab 65 Terlalu Bodoh
67
Bab 66 Naluri Seorang Ayah
68
Bab 67 Pelukan Hangat
69
Bab 68 Teman Masalalu
70
Bab 69 Sembilan Bulan
71
Bab 70 Satu Kompleks
72
Bab 71 Bukan Penantian
73
Bab 72 Pembukaan
74
Pengumuman
75
Bab 73 Baby Boy
76
Bab 74 Tes DNA
77
Pengumuman
78
75 Pulang
79
Pernikahan Paksa
80
Bab 76 Kembali
81
Bab 77 Dia Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!