Bab 3 Trauma

"Jadi dia tinggal bersama orang tua angkatnya?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut Alvian setelah Gio menceritakan latar belakang gadis itu. Tidak banyak yang penting. Gio hanya mengatakan bahwa orang tua kandung Medisya sudah tidak ada. Perempuan itu dibesarkan oleh orang tua angkatnya di bagian ujung kota.

Gio membenarkan pertanyaan Alvian. Sekarang ia menatap sahabatnya serius.

"Tugas gue udah selesai. Sekarang giliran lo cerita ke gue," ucap Gio menagih janji Alvian untuk menceritakan mengapa pria itu ingin tau informasi tentang Medisya. "Gue harap yang ada di pikiran gue sekarang nggak benar," lanjut Gio.

Alvian tersenyum masam. "Tapi sepertinya apa yang lo pikirkan sekarang adalah kenyataan. Lo pikir buat apa gue nyuruh lo beli baju wanita, hah?"

"Al--"

"Gue memperkosa Medisya. Di ruangan gue sendiri, Gi," sela Alvian membuat Gio mematung di tempatnya.

"Al, lo bukan tipe orang yang sembarangan nyentuh wanita--"

"Tapi nyatanya gue nyentuh Medisya, Gi! Gue udah merenggut masa depannya!" Seru Alvian menghentikan Gio yang mencoba menyangkal kenyataan itu.

"Ini semua karena Clara?"

Gio tertawa meremehkan saat Alvian mengusap wajahnya kasar. Seakan mengiyakan pertanyaannya. "Gue benar, kan? Gara-gara wanita sialan itu, lo sampai menodai gadis itu, Al!"

Alvian menjambak rambutnya kesal. Gio memang sudah berulang kali mengatakan bahwa Clara tidak serius menjalin hubungan dengan Alvian. Wanita itu hanya mengincar hartanya. Namun Alvian terus menutup mata dan telinganya.

"Udahlah! Semuanya udah terjadi, Gi! Lagian--"

Prang!!!

Suara benda pecah itu berhasil mengalihkan konsentrasi mereka. Alvian bergegas berdiri, tapi netranya melihat Gio melakukan hal yang sama. Bahkan pria itu hendak berlari ke kamar Alvian. Untungnya tangan Alvian berhasil menghentikannya.

"Keluar, Gi!" Usir Alvian. Ia tidak ingin Gio ikut campur terlalu dalam.

"Urus dulu cewek itu, brengsek!" Sentak Gio sampai Alvian hampir terjatuh. Ia segera berlari, tapi suara Alvian kembali menghentikannya.

"Gue bisa sendiri, Gi! Gue akan tanggung jawab atas Medisya. Jadi tolong, keluar dari apartemen ini sekarang juga. Beri gue privasi."

Sejenak Gio menatap Alvian. Laki-laki itu sedikit ragu. Ia takut sahabatnya akan salah mengambil langkah. Namun ia juga sadar akan posisinya. Sahabatnya itu memang perlu privasi. Apalagi hal ini menyangkut masa depan mereka.

Dengan berat hati Gio mengangguk pelan. Ia meraih jaketnya. Lalu sedikit menoleh ke pintu kamar Alvian ketika suara benda berjatuhan terdengar dari dalamnya.

"Jangan sampai lo salah langkah," pesan Gio sembari menepuk bahu Alvian.

Setelah Gio benar-benar pergi. Alvian bergegas membuka pintu kamarnya. Ia terbelalak melihat kondisi kamarnya sangat berantakan. Terlebih ketika netranya menangkap sosok Medisya yang menatapnya ketakutan di pojok kamar.

"Medisya," panggilnya hampir tanpa suara. Alvian berjalan pelan menghampiri wanita itu.

"PERGI!" Seru Medisya dengan suara bergetar. Wanita itu semakin mengeratkan kedua tangannya yang memeluk lututnya sendiri.

"BERHENTI DI SANA! AKU BILANG PERGI! JANGAN MENDEKAT!"

Tidak memperdulikan teriakan Medisya, Alvian tetap mendekati perempuan itu. Ia menekuk kakinya, mencoba mensejajarkan dirinya dengan tubuh Medisya.

"Hey, tenanglah," ucap Alvian sembari berusaha menyentuh wajah Medisya. "Aku tidak akan menyakitimu," lanjutnya.

"TAPI KAMU SUDAH MENYAKITIKU, BRENGSEK!"

Tangan Medisya terangkat guna memukul Alvian. Membuat Alvian mengeraskan rahangnya. Bukan, bukan karena Medisya memukulnya. Tapi karena ia melihat darah yang mengalir dari genggaman tangan perempuan itu.

Tanpa berlama-lama Alvian langsung mencekal tangan itu dan berusaha melepaskan pecahan kaca yang digenggam Medisya.

"Lepaskan, bodoh! Kamu bisa mati karena ini!" Bentaknya keras sampai Medisya terlonjak kaget.

"Itu bagus! Lebih baik aku mati dari pada hidup dengan hina seperti ini!" Seru Medisya.

Alvian mengabaikannya. Setelah berhasil membuang pecahan kaca itu, ia langsung membopong tubuh Medisya. Membawanya ke kamar tamu yang kondisinya masih rapi.

Ia segera menelfon dokter pribadinya untuk datang. Karena Alvian tidak bisa mengobati luka itu sendiri. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah mengikat luka itu dengan dasinya agar darah Medisya berhenti mengalir.

"Maaf," cetusnya singkat.

"Maafmu tidak bisa merubah keadaan!" Balas Medisya di sela-sela isakannya. "Apa salahku sampai-sampai kamu melampiaskan segalanya padaku!"

Alvian tidak menolak pukulan-pukulan yang diberikan Medisya untuknya. Ia hanya diam sampai Medisya berhenti dengan sendirinya.

"Aku benar-benar minta maaf, Medisya. Semuanya terjadi di luar kesadaranku!"

"Sudahku bilang maafmu tidak ada gunanya untukku!"

Medisya menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia sudah lelah menangis. Tapi air matanya tidak juga berhenti. Tidak ada yang mengerti rasanya menjadi dirinya. Kejadian semalam benar-benar menghancurkan hidupnya. Apalagi sekarang ia tertahan di tempat asing ini.

"Aku akan menikahimu," ucap Alvian lantang.

Medisya menegang di tempatnya. Ia menggeleng cepat. Menikah bukanlah hal sepele. Apalagi Alvian menikahinya hanya karena rasa tanggung jawab. Medisya tidak mau rumah tangganya nanti hancur karena tidak ada cinta di dalamnya.

###

Medisya memeluk tubuhnya sendiri. Angin malam dari balkon apartemen Alvian sedikit membuatnya kedinginan. Namun ia enggan beranjak dari sana.

Seharian ini Medisya terlalu banyak menangis. Ia lelah. Matanya juga sakit. Jadi ia memaksa air matanya untuk berhenti. Percuma juga, menangispun tidak akan merubah apa yang sudah terjadi.

Tentang Alvian, pria itu entah kemana. Setelah mengatakan akan menikahi Medisya, dokter pribadi Alvian datang untuk mengobati lukanya. Alvian mengatakan akan mengantar dokter itu ke depan. Tapi sampai sekarang pria itu belum kembali.

Sejujurnya Medisya tidak memperdulikan kepergian Alvian. Namun keberadaannya di sini tidaklah benar. Ia ingin pulang. Pria itu mengurungnya di sini.

Tanpa di suruh memorinya memutar ulang kejadian ketika Alvian menyentuhnya. Hal itu membuat rasa takutnya kembali. Ia tidak bisa menikah dengan pria monster itu.

Sialnya di saat ketakutannya kembali, Alvian justru datang. Pria itu membuka pintu balkonnya. Dapat Medisya lihat sebuah kelegaan di netra Alvian ketika mendapati dirinya di sana.

"Masuklah, aku membawa makanan untukmu. Kamu pasti lapar, kan?"

Medisya menggeleng pelan. Membuat Alvian mendesah kecil dan mendekatinya. Tidakkah Alvian mengerti bahwa Medisya merasa tidak aman sekarang?

"Jangan mendekat!" Serunya. Medisya menegang ketika punggungnya menabrak besi pembatas balkon. Apalagi melihat jarak mereka semakin menipis.

"Berhenti di sana! Menjauhlah dariku."

"Medisya--"

"Berhenti atau aku akan melompat dari sini!" Ancam Medisya sembari mengangkat jari telunjuknya.

"Jangan macam-macam! Ayolah, aku tidak akan menyakitimu!"

"Tidak! Aku ingin pulang!"

"Aku akan mengantarmu. Tapi nanti setelah kamu makan."

Tidak ingin membuang-buang waktu untuk berdebat, Alvian memilih untuk mencekal lengan Medisya dan memaksa perempuan itu untuk masuk ke dalam.

"Lepaskan aku, kumohon!"

Alvian menulikan telinganya. Ia menghempaskan tubuh Medisya ke sofa dan menyodorkan sepiring nasi goreng sea food pada perempuan itu.

"Aku akan mengantarmu setelah makanan itu habis!"

###

Terpopuler

Comments

Niela Nielawati

Niela Nielawati

Syukaaa ceritanya,lanjut thorr😍

2021-09-09

0

Joen Marlina Lengkey

Joen Marlina Lengkey

kasian medisya

2021-04-05

0

Syavira Vira

Syavira Vira

lanjut🤦🏼‍♀️🤦🏼‍♀️

2021-01-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal Kehancuran
2 Bab 2 Kehancuran Medisya
3 Bab 3 Trauma
4 Bab 4 Hamil?
5 Bab 5 Menikah?
6 Bab 6 Pernikahan
7 Bab 7 Mual
8 Bab 8 Kekhawatiran Alvian
9 Bab 9 Sakit
10 Bab 10 Merasa bersalah?
11 Bab 11 Panggilan Yang Sopan
12 Bab 12 Selalu Ragu
13 Bab 13 Medisya dan Anaknya
14 Bab 14 USG Trans V
15 Bab 15 Ke Rumah Alvian
16 Bab 16 Sentuhan Kecil
17 Bab 17 Mulai Menyayangi
18 Bab 18 Kepercayaan Vs Keraguan
19 Bab 19 Mamah Mertua
20 Bab 20 Undangan Pernikahan
21 Bab 21 Obrolan yang Menghangatkan
22 Bab 22 Dia Adikku
23 Bab 23 Merindukan kehangatan
24 Bab 24 Kemarahan Alvian
25 Bab 25 Memilih Gaun
26 Bab 26 Kekhawatiran Medisya
27 Bab 27 Alvian Menangis?
28 Bab 28 Abraham Murka
29 Bab 29 Memilih Pulang
30 Bab 30 Lebih Dekat
31 Bab 31 Ibu dari anakku
32 Bab 32 Semakin Merasa Bersalah
33 Bab 33 Saling Memaafkan
34 Bab 34 Keputusan Abraham
35 Bab 35 Merasa Rendah
36 Bab 36 Kecupan singkat
37 Bab 37 Dia istriku
38 Bab 38 Malu
39 Bab 39 Can I?
40 Bab 40 Sebuah Rencana
41 Bab 41 Bertemu Tania
42 Bab 42 Candaan Gio dan Aurel
43 Bab 43 Sindrom Kehamilan Simpatik
44 Bab 44 Resepsi Pernikahan
45 Bab 45 Resepsi Pernikahan 2
46 Bab 46 Malam Bergairah
47 Bab 47 Hanya Menyayangimu
48 Alvian Sagara & Medisya Laluna
49 Bab 48 Sering Marah
50 Bab 49 Alvian yang Sebenarnya
51 Bab 50 Pesan Melinda
52 Bab 51 Kembali Peduli
53 Bab 52 Komunikasi
54 Bab 53 Makan Siang
55 Bab 54 Perjodohan Lily
56 Bab 55 Medisya atau Lily?
57 Bab 56 Reno Brengsek
58 Bab 57 Medisya sakit
59 Bab 58 Entah sejak kapan
60 Bab 59 Kemarahan Satria
61 Bab 60 Kecemburuan Medisya
62 Bab 61 Sayang Vs Cinta
63 Bab 62 Persiapan pernikahan Lily
64 Bab 63 Aku Mencintaimu
65 Bab 64 Rumah Baru
66 Bab 65 Terlalu Bodoh
67 Bab 66 Naluri Seorang Ayah
68 Bab 67 Pelukan Hangat
69 Bab 68 Teman Masalalu
70 Bab 69 Sembilan Bulan
71 Bab 70 Satu Kompleks
72 Bab 71 Bukan Penantian
73 Bab 72 Pembukaan
74 Pengumuman
75 Bab 73 Baby Boy
76 Bab 74 Tes DNA
77 Pengumuman
78 75 Pulang
79 Pernikahan Paksa
80 Bab 76 Kembali
81 Bab 77 Dia Kembali
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1 Awal Kehancuran
2
Bab 2 Kehancuran Medisya
3
Bab 3 Trauma
4
Bab 4 Hamil?
5
Bab 5 Menikah?
6
Bab 6 Pernikahan
7
Bab 7 Mual
8
Bab 8 Kekhawatiran Alvian
9
Bab 9 Sakit
10
Bab 10 Merasa bersalah?
11
Bab 11 Panggilan Yang Sopan
12
Bab 12 Selalu Ragu
13
Bab 13 Medisya dan Anaknya
14
Bab 14 USG Trans V
15
Bab 15 Ke Rumah Alvian
16
Bab 16 Sentuhan Kecil
17
Bab 17 Mulai Menyayangi
18
Bab 18 Kepercayaan Vs Keraguan
19
Bab 19 Mamah Mertua
20
Bab 20 Undangan Pernikahan
21
Bab 21 Obrolan yang Menghangatkan
22
Bab 22 Dia Adikku
23
Bab 23 Merindukan kehangatan
24
Bab 24 Kemarahan Alvian
25
Bab 25 Memilih Gaun
26
Bab 26 Kekhawatiran Medisya
27
Bab 27 Alvian Menangis?
28
Bab 28 Abraham Murka
29
Bab 29 Memilih Pulang
30
Bab 30 Lebih Dekat
31
Bab 31 Ibu dari anakku
32
Bab 32 Semakin Merasa Bersalah
33
Bab 33 Saling Memaafkan
34
Bab 34 Keputusan Abraham
35
Bab 35 Merasa Rendah
36
Bab 36 Kecupan singkat
37
Bab 37 Dia istriku
38
Bab 38 Malu
39
Bab 39 Can I?
40
Bab 40 Sebuah Rencana
41
Bab 41 Bertemu Tania
42
Bab 42 Candaan Gio dan Aurel
43
Bab 43 Sindrom Kehamilan Simpatik
44
Bab 44 Resepsi Pernikahan
45
Bab 45 Resepsi Pernikahan 2
46
Bab 46 Malam Bergairah
47
Bab 47 Hanya Menyayangimu
48
Alvian Sagara & Medisya Laluna
49
Bab 48 Sering Marah
50
Bab 49 Alvian yang Sebenarnya
51
Bab 50 Pesan Melinda
52
Bab 51 Kembali Peduli
53
Bab 52 Komunikasi
54
Bab 53 Makan Siang
55
Bab 54 Perjodohan Lily
56
Bab 55 Medisya atau Lily?
57
Bab 56 Reno Brengsek
58
Bab 57 Medisya sakit
59
Bab 58 Entah sejak kapan
60
Bab 59 Kemarahan Satria
61
Bab 60 Kecemburuan Medisya
62
Bab 61 Sayang Vs Cinta
63
Bab 62 Persiapan pernikahan Lily
64
Bab 63 Aku Mencintaimu
65
Bab 64 Rumah Baru
66
Bab 65 Terlalu Bodoh
67
Bab 66 Naluri Seorang Ayah
68
Bab 67 Pelukan Hangat
69
Bab 68 Teman Masalalu
70
Bab 69 Sembilan Bulan
71
Bab 70 Satu Kompleks
72
Bab 71 Bukan Penantian
73
Bab 72 Pembukaan
74
Pengumuman
75
Bab 73 Baby Boy
76
Bab 74 Tes DNA
77
Pengumuman
78
75 Pulang
79
Pernikahan Paksa
80
Bab 76 Kembali
81
Bab 77 Dia Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!