Bab 2 Kehancuran Medisya

Tubuh Medisya bergetar hebat saat jarak antara dirinya dengan Alvian semakin menipis. Ia sudah tidak bisa menghindar lagi karena punggungnya sekarang sudah menabrak dinding.

"Pak Alvian, anda membuat saya takut," ucap Medisya dengan suara seraknya. Sungguh, sekarang ini ia sedang menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Kamu pikir aku akan peduli?" Sarkas Alvian.

Pria itu sudah berdiri tepat di hadapannya. Membuat Medisya semakin beringsut. Ia ingin berlari namun lengannya langsung dicekal oleh Alvian.

"Tolong, pak. Saya ingin pulang." Medisya mencoba menepis tangan Alvian. Namun gagal, kekuatannya tidak sebanding dengan pria itu.

"Clara--"

"Saya bukan Clara! Saya Medisya, pak! Karyawan anda dari divisi pemasaran! Tolong jangan berbuat semena-mena atau saya laporkan anda ke polisi!" Seru Medisya mengancam.

Mendengarnya membuat Alvian tertawa meremehkan. "Sebelum kamu melapor polisi, saya akan menghancurkan kamu terlebih dulu."

Medisya menggeleng kuat ketika jemari Alvian mengusap pipinya. "Ah ya, dimana calon suami kamu itu, Clara? Apa dia tau kamu menemuiku? Aku penasaran, bagaimana reaksinya ketika aku menyentuhmu seperti ini."

"AKU BUKAN CLARA!" Seru Medisya sembari terisak. Ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Ia benar-benar takut sekarang ini.

"Ssst! Tidak perlu takut. Aku hanya akan memberi balasan kecil atas segala kelakuanmu, Clara. Kamu bisa saja menikah dengan kekasihmu itu. Tapi aku tidak akan membiarkannya menikmati tubuhmu, sebelum aku tentunya," ucap Alvian pelan.

Medisya sudah berusaha untuk melepaskan diri. Namun semua itu sia-sia. Tenaganya justru habis karena terus memberontak.

Tapi ia tidak mau menyerah. Hidupnya bukan untuk diperlakukan seperti ini. Medisya hanya berharap ia sedang bermimpi buruk. Ia ingin bangun dari mimpinya ini!

Kesadaran Medisya kembali ketika Alvian bergerak ingin menciumnya. Ia terus menghindar. Namun Alvian menahan tengkuknya dengan kuat.

"Tolong lepaskan aku," kata Medisya memohon. Ia tidak ingin menjadi pelampiasan amarah Alvian.

Medisya mungkin akan menerimanya jika Alvian hanya membentak atau mengusirnya. Tapi tidak dengan merenggut kehormatannya.

Dengan sisa tenaga Medisya mengangkat tangannya, dan--

Plak!!

--tamparan keras itu mendarat sempurna di pipi Alvian.

"*******!" Umpatan kecil itu keluar dari mulut Alvian.

Pria itu menatap Medisya tajam. Bahkan Medisya sendiri semakin bergetar karenanya.

"Mau bermain kasar, eh?" Tanya Alvian pelan sembari mengusap sudut bibirnya yang sedikit terluka. "Tidak masalah, aku turuti kemauanmu."

Alvian menjambak rambut panjang Medisya dan menyeret perempuan itu ke sebuah ruangan yang berisi ranjang serta meja dan sofa kecil di sudut ruangan itu.

"Lepaskan aku, Al. Kumohon, aku bukan Clara!" Lirih Medisya disela-sela isakannya.

Namun Alvian mengabaikannya. Laki-laki itu justru melepaskan jasnya serta dua kancing atas kemejanya.

Tubuh Medisya terhempas ke ranjang berukuran king size itu. Kemudian Alvian merangkak naik ke atasnya.

"Alvian sadarlah! Aku bukan Clara, hiks." Medisya memukul tubuh Alvian dengan kuat. Berharap pria itu melepaskannya. Tapi Alvian justru menarik kemeja Medisya hingga beberapa kancingnya terlepas.

"Aku akan membuatmu merasakan kehancuranmu, Clara. Salahkan dirimu yang mempermainkan diriku," ucap Alvian kemudian memulai permainannya.

Ia tidak memperdulikan isakan Medisya. Hatinya tidak luluh dan matanya semakin menggelap. Yang ada di pikirannya sekarang adalah membuat wanita di bawahnya merintih kesakitan. Alvian menikmati raut terluka Medisya ketika ia merenggut paksa kesucian gadis itu.

###

"Arghhh, brengsek!"

Alvian mengacak-acak rambutnya kasar. Sejak tadi ia terus mengumpat dan menendang apapun yang ada di dekatnya.

Ia merasa marah pada dirinya sendiri ketika bangun tidur di samping seorang gadis. Parahnya lagi ia dan gadis itu tidak mengenakan sehelai benangpun. Dari wajah sembab gadis itu, jelas sekali membuktikan bahwa ia telah melakukan kesalahan besar.

Netranya terus memandang sebuah kartu nama yang ia dapatkan dari tas kerja gadis itu yang tergeletak di dekat pintu masuk ruangannya.

Medisya Laluna. Gadis itu adalah salah satu bawahannya di perusahaan ini.

Sekali lagi Alvian mengumpat. Ini semua salahnya karena tidak bisa mengendalikan diri ketika mendapat kabar bahwa Clara, wanita yang berstatus sebagai tunangannya, akan menikah dengan pria lain.

Bodohnya, Alvian melampiaskan kemarahannya dengan meminum berapa gelas wiski. Di kantornya pula! Untung saja bukan Jihan yang menjadi korbannya. Karena wanita itu sudah memiliki suami.

Meskipun begitu ia tetap merasa bersalah pada Medisya. Gadis itu jelas sekali terluka. Terlebih Alvian mendapati bercak darah di sprei putih ranjangnya. Tidak perlu dipertanyakan lagi, Alvian telah memperkosa seorang gadis!

Sedikitnya Alvian bersyukur karena bangun di pukul 4 pagi. Keadaan kantornya masih sepi. Tentu saja! Tidak ada orang yang bekerja di jam sepagi ini. Alvian sempat meminta satpam perusahaannya untuk mematikan seluruh cctv di kantor ini. Ia akan membawa Medisya ke apartemennya sebelum gadis itu membuka mata. Alvian tidak mau semua karyawannya mengetahui hal bejatnya ini.

Tok tok tok...

Alvian menghela nafasnya lega kemudian bergegas membuka pintu ruang kerjanya. Di sana orang kepercayaan Alvian berdiri dengan wajah bantalnya. Gio memukul pelan bahu Alvian dengan tangannya yang menenteng sebuah papper bag.

"Lo ngebuat gue kayak orang gila, ****!" Kesal Gio.

Pasalnya Alvian menelponnya dan menyuruhnya untuk mencarikan baju tidur wanita beserta pakaian dalamnya. Gio tentu saja dibuat kalang kabut. Beruntung karena kekasihnya mau menemani Gio mencarikan keperluan bosnya itu.

Alvian yang tidak memiliki waktu untuk menanggapi lebih memilih marampas papper bag itu dan menyerahkan kartu nama Medisya pada Gio.

"Cari tau tentang wanita itu. Gue butuh informasinya hari ini juga!" Titahnya tak terbantahkan.

"Siapa di--"

Brakk!!

Alvian menutup kembali pintunya. Membiarkan Gio berteriak kesetanan di luar sana. Waktunya akan percuma untuk sekedar menanggapi Gio.

Sejenak ia menetralkan deru nafasnya. Sejak tadi Alvian susah untuk mengatur ketenangannya.

Tidak ingin membuang waktu lagi, Alvian segera masuk ke dalam kamar. Ia menatap lekat gadis yang masih terlelap di dalam selimut tebalnya. Terlihat tenang. Namun Alvian yakin gadis itu akan berteriak histeris ketika bangun dari tidurnya.

Kepala Alvian sangat berat sekarang. Selain karena efek alkohol yang belum hilang. Ia juga terus terbayang-bayang oleh ingatannya tentang penolakan Medisya semalam. Meskipun samar, tapi Alvian masih merasakan beberapa sakit di tubuhnya yang disebabkan oleh pukulan serta cakaran Medisya di punggungnya.

Alvian bisa saja membangunkan Medisya. Memberikan setumpuk uang untuk tutup mulut serta menyuruh Medisya melupakan kejadian semalam. Namun ia merasa bahwa tanggung jawabnya lebih dari itu.

Setelah sekian lama menimbang, Alvian mengeluarkan baju yang dibawa Gio tadi. Mau tidak mau ia harus memakaikan baju itu pada Medisya. Tidak mungkin 'kan ia membawa Medisya dalam keadaan telanjang ke apartemennya?

###

Terpopuler

Comments

Joen Marlina Lengkey

Joen Marlina Lengkey

lanjut

2021-04-05

0

Syavira Vira

Syavira Vira

lanjut

2021-01-16

0

Ha_sya

Ha_sya

cerita nya menarik ka ❤️

salam manis dari Berjodoh dengan Duda 🤗

2021-01-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal Kehancuran
2 Bab 2 Kehancuran Medisya
3 Bab 3 Trauma
4 Bab 4 Hamil?
5 Bab 5 Menikah?
6 Bab 6 Pernikahan
7 Bab 7 Mual
8 Bab 8 Kekhawatiran Alvian
9 Bab 9 Sakit
10 Bab 10 Merasa bersalah?
11 Bab 11 Panggilan Yang Sopan
12 Bab 12 Selalu Ragu
13 Bab 13 Medisya dan Anaknya
14 Bab 14 USG Trans V
15 Bab 15 Ke Rumah Alvian
16 Bab 16 Sentuhan Kecil
17 Bab 17 Mulai Menyayangi
18 Bab 18 Kepercayaan Vs Keraguan
19 Bab 19 Mamah Mertua
20 Bab 20 Undangan Pernikahan
21 Bab 21 Obrolan yang Menghangatkan
22 Bab 22 Dia Adikku
23 Bab 23 Merindukan kehangatan
24 Bab 24 Kemarahan Alvian
25 Bab 25 Memilih Gaun
26 Bab 26 Kekhawatiran Medisya
27 Bab 27 Alvian Menangis?
28 Bab 28 Abraham Murka
29 Bab 29 Memilih Pulang
30 Bab 30 Lebih Dekat
31 Bab 31 Ibu dari anakku
32 Bab 32 Semakin Merasa Bersalah
33 Bab 33 Saling Memaafkan
34 Bab 34 Keputusan Abraham
35 Bab 35 Merasa Rendah
36 Bab 36 Kecupan singkat
37 Bab 37 Dia istriku
38 Bab 38 Malu
39 Bab 39 Can I?
40 Bab 40 Sebuah Rencana
41 Bab 41 Bertemu Tania
42 Bab 42 Candaan Gio dan Aurel
43 Bab 43 Sindrom Kehamilan Simpatik
44 Bab 44 Resepsi Pernikahan
45 Bab 45 Resepsi Pernikahan 2
46 Bab 46 Malam Bergairah
47 Bab 47 Hanya Menyayangimu
48 Alvian Sagara & Medisya Laluna
49 Bab 48 Sering Marah
50 Bab 49 Alvian yang Sebenarnya
51 Bab 50 Pesan Melinda
52 Bab 51 Kembali Peduli
53 Bab 52 Komunikasi
54 Bab 53 Makan Siang
55 Bab 54 Perjodohan Lily
56 Bab 55 Medisya atau Lily?
57 Bab 56 Reno Brengsek
58 Bab 57 Medisya sakit
59 Bab 58 Entah sejak kapan
60 Bab 59 Kemarahan Satria
61 Bab 60 Kecemburuan Medisya
62 Bab 61 Sayang Vs Cinta
63 Bab 62 Persiapan pernikahan Lily
64 Bab 63 Aku Mencintaimu
65 Bab 64 Rumah Baru
66 Bab 65 Terlalu Bodoh
67 Bab 66 Naluri Seorang Ayah
68 Bab 67 Pelukan Hangat
69 Bab 68 Teman Masalalu
70 Bab 69 Sembilan Bulan
71 Bab 70 Satu Kompleks
72 Bab 71 Bukan Penantian
73 Bab 72 Pembukaan
74 Pengumuman
75 Bab 73 Baby Boy
76 Bab 74 Tes DNA
77 Pengumuman
78 75 Pulang
79 Pernikahan Paksa
80 Bab 76 Kembali
81 Bab 77 Dia Kembali
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1 Awal Kehancuran
2
Bab 2 Kehancuran Medisya
3
Bab 3 Trauma
4
Bab 4 Hamil?
5
Bab 5 Menikah?
6
Bab 6 Pernikahan
7
Bab 7 Mual
8
Bab 8 Kekhawatiran Alvian
9
Bab 9 Sakit
10
Bab 10 Merasa bersalah?
11
Bab 11 Panggilan Yang Sopan
12
Bab 12 Selalu Ragu
13
Bab 13 Medisya dan Anaknya
14
Bab 14 USG Trans V
15
Bab 15 Ke Rumah Alvian
16
Bab 16 Sentuhan Kecil
17
Bab 17 Mulai Menyayangi
18
Bab 18 Kepercayaan Vs Keraguan
19
Bab 19 Mamah Mertua
20
Bab 20 Undangan Pernikahan
21
Bab 21 Obrolan yang Menghangatkan
22
Bab 22 Dia Adikku
23
Bab 23 Merindukan kehangatan
24
Bab 24 Kemarahan Alvian
25
Bab 25 Memilih Gaun
26
Bab 26 Kekhawatiran Medisya
27
Bab 27 Alvian Menangis?
28
Bab 28 Abraham Murka
29
Bab 29 Memilih Pulang
30
Bab 30 Lebih Dekat
31
Bab 31 Ibu dari anakku
32
Bab 32 Semakin Merasa Bersalah
33
Bab 33 Saling Memaafkan
34
Bab 34 Keputusan Abraham
35
Bab 35 Merasa Rendah
36
Bab 36 Kecupan singkat
37
Bab 37 Dia istriku
38
Bab 38 Malu
39
Bab 39 Can I?
40
Bab 40 Sebuah Rencana
41
Bab 41 Bertemu Tania
42
Bab 42 Candaan Gio dan Aurel
43
Bab 43 Sindrom Kehamilan Simpatik
44
Bab 44 Resepsi Pernikahan
45
Bab 45 Resepsi Pernikahan 2
46
Bab 46 Malam Bergairah
47
Bab 47 Hanya Menyayangimu
48
Alvian Sagara & Medisya Laluna
49
Bab 48 Sering Marah
50
Bab 49 Alvian yang Sebenarnya
51
Bab 50 Pesan Melinda
52
Bab 51 Kembali Peduli
53
Bab 52 Komunikasi
54
Bab 53 Makan Siang
55
Bab 54 Perjodohan Lily
56
Bab 55 Medisya atau Lily?
57
Bab 56 Reno Brengsek
58
Bab 57 Medisya sakit
59
Bab 58 Entah sejak kapan
60
Bab 59 Kemarahan Satria
61
Bab 60 Kecemburuan Medisya
62
Bab 61 Sayang Vs Cinta
63
Bab 62 Persiapan pernikahan Lily
64
Bab 63 Aku Mencintaimu
65
Bab 64 Rumah Baru
66
Bab 65 Terlalu Bodoh
67
Bab 66 Naluri Seorang Ayah
68
Bab 67 Pelukan Hangat
69
Bab 68 Teman Masalalu
70
Bab 69 Sembilan Bulan
71
Bab 70 Satu Kompleks
72
Bab 71 Bukan Penantian
73
Bab 72 Pembukaan
74
Pengumuman
75
Bab 73 Baby Boy
76
Bab 74 Tes DNA
77
Pengumuman
78
75 Pulang
79
Pernikahan Paksa
80
Bab 76 Kembali
81
Bab 77 Dia Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!