dipaksa menikah

Terkadang manusia butuh menanggis, tidak peduli muda ataupun tua, semua punya hak untuk menanggis. Karna sebenarnya menanggis adalah obat untuk hati yang telah lelah.

Dari pada diam menahan air mata yang nanti nya meledak menjadi rasa putus asa, lebih baik keluarkanlah meski kau dianggap cengeng. Karna perlu diingat, yang tau benar dirimu hanyalah dirimu. Mereka, orang diluar sana hanyalah piguran yang diharuskan hadir untuk mewarnai hidupmu. Jadi, jangan sok kuat lagi yah.

**

“Dimana aku?” sahut ku menatap sekitar. Ruangannya sangat asing seperti tengah di rumah sakit. Tidak ada siapapun hanya suara detak jarum jam yang menghisi keheningan.  Aku terdiam lantas melirik kearah jendela. Pikiranku mulai berkelana. Hingga akhirnya bertemu dengan masa lalu yang menyayat hati.

Tak bisa di tahan lagi, air mata sudah mengalir deras diwajah ku. rasanya dunia ini seakan berhenti. Aku bahkan tak bisa melihat keindaham langit saat ini. seolah sekejur tubuh ku telah mati rasa.  Rasa sakit mulai menyeruak kembali di dalam hati. Spontan aku meremas dadaku kuat berusaha menetralisir kekecewaan dan kesediahan atas ketiadaan  seluruh keluarga ku. meski aku tak ingin bersedih apalagi menanggis tapi rasa pilu tak bisa aku bantahkan.

Dari balik pintu ruangan seseorang tengah memperhatikan gadis yang di belinya. Dalam hatinya berdecak kesal saat melihat air mata gadis itu mengalir begitu saja membasahi kedua pipinya. Ratna masih belum menyadari kehadiran rega.

Ceklek..

Suara pintu terbuka. Laki - laki yang memiliki tinggi semapai itu berjalan mendekati ku. keningku berkerut memamasang wajah tak suka saat melihat laki-laki di hadapan ku.  spontan aku memalingkan wajah berusaha tidak melihat pria itu.

Gilaa … gua di cuekin. Ucap Rega dalam batinya kesal.

Mau apa lagi coba di. gumam Ratna dalam hati.

“Kamu harus nurut sama aku,  aku tidak peduli kamu setuju atau tidak! Yang penting kamu harus tau kalau kamu sekarang adalah budak ku, MENGERTI!” ucap Rega tegas memegang dagu ku kuat. Matanya menatap tajam mataku. Aku hanya diam menelan  salaviaku menatap tak percaya pemuda kejam di depanku.

“Hmm, TIDAK MAU!” tegas ku menolak permintaan nya. ia pun mengepalkan tangannya kuat menandakan jika ia tidak setuju dengan pernyataan ku barusan. Wajahnya sudah merah padam seperti hendak marah.

Aku segera memejamkan mata dan menunggu pukulan pria tadi yang kapan pun bisa mendarat di bagian wajahku.

Kenapah dia? Sepertinya sedang ketakutan? Apakah aku menakutinya?” tanya Rega dalam batin melihat perempuan didepanya menunduk takut hingga tubuhnya sedikit bergetar.

Emosi Rega seketika reda menatap sendu gadis di depannya.

“Sudahlah …, kamu istirhat dulu aja, gak usah mikirin yang lain, tapi inget! KAMU ADALAH BUDAK KU. mengeti!?” Rega melepaskan tanganya dan pergi berlalu meninggalkan ku.

“AKU BUKAN BUDAK KAMU! CAMKAN ITU!” teriak ku kencang. Rega tak bergeming masih berjalan seolah tak peduli. Pintu kamar pasien pun tertutup.  Aku mendecak kesal melihat tingkah  pemuda barusan. Rega berdiri tepat di balik pintu ruangan Ratna. Ia memengang dadanya. Ada perasaan yang tidak bisa dia mengerti. Sesuatu yang berkecambuk didadanya yang belum perna ia rasakan sebelumnya. Ini bukan perasaan marah tapi perasaan lain yang baru bagi Rega.

Kenapah  aku bisa selunak itu …, gumam Rega dalam hati. Mengingat ngingat kejadian barusan.

“Hmm, sudah lah…, mungkin cuman kebetulan, gak usah mikir aneh aneh deh rega,” ucap Rega pada dirinya sendiri. Rega berjalan pergi meninggalakan ruangan Ratna menuju bagian administrasi. Membayar semua biaya perwatan Ratna, lantas pergi menuju parkiran.  Roni terlihat berdiri disamping mobil merah disana. Rega berjalan menghampiri mobil itu.

“Rega? Udah selesai ketemu  sama nona Ratna?” tanya Roni sebagai sahabat Rega. Rega mengangguk , Lalu masuk kedalam mobil. Roni pun mengerti langsung berlari kecil menuju tempat kemudi.

“Kekantor ya, Ron,” ucap Rega singkat. Roni mengagguk melajukan mobil ketempat yang diminta.

Terlihat dari spion mobil depan, Rega termenung menatap keluar jendela. Tatapanya seolah tengah memikirkan sesuatu. Roni mengernyitkan dahi  melihat tingkah sahabatnya yang diluar dari biasanya.

“Rega …, Rega …,” sahut Roni berusaha menyadarkan Rega. Namun, Rega masih tak bergeming. Roni pun merasa khawatir lantas membunyikan klason mobil. Rega menoleh dengan tatapan kaget kearah Roni.

“Kenpah, Roni?” Tanya Rega pada Roni. Roni tersenyum.

“Heheh, lagian kamu ngelamun aja, dari tadi aku manggilin kamu loh, kamu lagi mikirin apa si, ampe ngelamun gitu,” ucap Roni diiringi tawa renyah. Rega mengangguk dan menggaruk sedikit tengkuk lehernya.

“Sorry, Ron,” ucap Rega singkat. ia segera mengeluarkan benda pipih disakunya.

Nafas ku keluar begitu berat. Rasanya aku sudah tidak kuat dengan cobaan yang ada saat ini. mataku tak lagi bisa melihat langit indah seperti dulu. rasanya masih baru kemarin mereka ada tapi ternyata seminggu berlalu tanpa mereka. aku masih belum bisa menerimanya. Dada ini terasa sesak. Bahkan aku sama sekali tak menginginkan hidup ini. aku ingin ikut bersama mereka namun, aku tak bisa, karna allah membenci perbuatan itu.

“Ya Allah ..., apa yang harus aku lakukan …, “ rintih ku menatap langit. Tak terasa air mata turun sangat deras diiringi masa lalu yang berputar dibenakku. Menatap langit dengan tatapan sendu.

“Apa yang harus aku lakukan, “ Tanya ku parau menatap langit dengan mata sebab.Sesekali aku mengusap air mata yang jatuh. Lalu kembali menangis berusaha melampiaskan perih didalam hati.  tak sadar aku kembali pingsan ditengah tangisanku.

“Alhamdulillah, Den Rendi sudah sadar, “ ucap seorang pelayan di sampingnya. Segera berlari mengambil telpon rumah hendak menghubungi keluarga Rendi. Rendi melihat sekitar, matanya masih samar lantas menoleh kearah perempuan disampingnya.

Samar-samar tampak seperti Ratna, membuatnya seketika menangis dan langsung mendekapnya erat.

“Aku bersyukur kamu baik baik saja Ratna,” ucap Rendi penuh kelegaan. Tangan mengusap kepala perempuan dipelukannya.

“Den Rendi …, ini saya Mbok Sumi,” ucap Mbok Sumi pembantu setia keluarga Rendi. Rendi tersentak kaget mendengar suara Mbok Sumi, segera ia melepaskan pelukanya dan menatap pemilik suara itu.

“Eeeeh, Mbok Sumi? Kenapah disini? Ratna mana?” Tanya Rendi melihat sekitar. Berharap tiba-tiba ia melihat Ratna. Namun matanya sama sekali tak menemukan keberadaan Ratna. Beberapa saat kemudian hatinya kembali dirudung duka. Mbo Sumi diam tak menjawab pertanyaan Rendi.

Rendi mengerti jika Ratna memang tak ada di rumahnya saat ini, Rendi kembali menatap Mbo Sumi.

“Mbo Sumi, apa yang terjadi setelah aku pingsan kemarin?” Tanya ku menatap serius kearah Mbok Sumi.

“Setelah Den Rendi pingsan Nona Ratna di bawa paksa oleh beberapa orang berbaju hitam. Setelah itu saya tidak tau lagi apa yang terjadi dengan Nona Ratna, karna saya langsung  masuk kekamar Den Rendi,” jelasMbo Sumi. Rendi mengerti namun, dalam hatinya ia masih tidak terima jika Ratna di bawa kabur begitu saja. padahal bentar lagi ia bisa menikahi gadis yang di cintainya itu namun, takdir berkata lain. Rasanya ia ingin sekali marah dan melampiaskan semuanya begitu saja tapi, untung akalnya masih lebih kuat untuk menahan gejolak emosinya.

“Mbo, saya berapa lama pingsannya?” Tanya Rendi kepada Mbo Sumi.

“Hmm, seminggu Den,” tutur Mbo Sumi membuat Rendi terkejut, sudah selama itu dia tidur. Ia semakin geram tidak lagi bisa membayangkan apa yang terjadi dengan Ratna saat ini.

Rendi pun turun dari ranjangnnya dan mengambil jaket yang tergeletak di sofakamar.  Mbo Sumi berusaha mencegah Rendi keluar rumah.

“Den Rendi, sebaiknya Den Rendi istirahat dulu. Den Rendi kan baru sadar?” tutur  Mbo Sumi.  Rendi menoleh kearah Mbo Sumi dengan tatapan lembut.

“Mbo Sumi, separuh hatiku sudah aku titipkan pada Ratna, saat ini aku hanya memiliki setengah hati maka aku harus mengambil setengahnya lagi agar aku bisa hidup, jangan halangi aku Mbo,” ucap Rendi berjalan keluar sebari mengambil kunci mobil di atas nakas kamarnya.  Mbo Sumi menatap kepergian Rendi.

“Baiklah Den Rendi, jika itu adalah keputusan Den Rendi,” tutur Mbo Sumi. Rendi tersenyum dan melambaikan tangan pada Mbo Sumi lantas berlari menuruni tangga. Mbo Sumi keluar kamar Rendi dan menatap kepergian nya.

Rendi sudah berada di garasi rumah, lalu mengeluarkan mobil merah disana. Tak lama mobil keluar dari garasi dan mulai berjalan di perkarangannya . terlihat Pak satpam  berjaga tepat di samping gerbang. Rendi melajukan mobilnya dan berhenti di depan gerbang, menurunkan kaca mobil dan menoleh kearah satpam disana. Mereka pun segera menyapa majikannya.

“Pak, nanti jika ibu tiba tiba datang, tolong sampaikan jika saya akan pulang malam,” ucap Rendi menitipkan pesan. Satpam itu menagngguk paham  lalu berlari membuka gerbang .

Mobil Rendi pun berjalan cepat keluar dari perkarangan rumah menuju jalan utama.

“Ratna …, aku harus cari dimana kamu?” Tanya Rendi dalam hati. ia sendiri masih bingung kemana ia harus mencari Ratna, sedangkan dia tidak pernah tau bagaimana kondisi Ratna dan diamana dia berada saat ini.

“Aku harus cari tau siapa yang menculik Ratna tapi, bagaimana aku akan tau orang yang menculik Ratna sedangkan aku tidak memiliki bukti apapun,” gumam Rendi kesal.

“AAARGH ….” Rendi mengacak rambut kasar. rasanya saat ini kepala nya berdenyut hebat. Pikirannya penuh dengan Ratna membuatnya terasa gila saat memilikirakan Ratna. Kerinduan hati Rendi kini sudah meluap - luap bagiakan air pasang di lautan. Membuatnya tak bisa menahan kemarahan dalam batinnya. Karna tak dapat bertemu dengan orang yang di rindukannya .

“Ya Allah, apa aku akan kuat menjalani hidup tanpa Ratna, ya Allah kenapah engkau ambil Ratna dari ku, kenapah kau tidak izinkan ku menikah dengan Ratna, kenapah …, kenapah?” teriak Rendi segera menepikan mobilnya. Menanggis memeluk stir begitu kuat. Dadanya terasa sakit dan sesak.

“RATNAAAAAAAAAAAA,” teriak Rendi kencang di dalam mobilnya.

“Dimana kamu …,” lirih Rendi menatap stir mobil dengan sendu. Air mata mengalir bergitu saja, sangat deras hingga membuatnya terisak. Rendi terlihat sangat kacau.

“Rendi,” tutur ku seketika teringat Rendi.  Hatiku perih air mataku  kembali mengalir. akuhapus air mataku dengan selimut rumah sakit.

“ Ya Allah, ini perasaan apa lagi,” ucap ku menatap langit-langit kamar.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka para perawat masuk memabawa barang-barang nikah dan meletakanya di sekitar ranjang ku. aku mengernyitkan dahi tak mengerti.

“Suster, ada apa ini?” Tanya ku menatap salah satu suster disana. Dia terseyum dan meletakan bawaannya di samping meja ranjang ku.

“Tuan Rega, menyuruh kami untuk sedikit mendekorasi dan membawa barang ini untuk persiapan pernikahan nanti siang,” jelas suster didepaku. Aku semakin bingung, sebenarnya siapa yang akan di nikahinya. Belum sempat ia bertanya kembali suster tadi sudah berlalu pergi dan kembali sibuk dengan pekerjaannya.

“Permisi Nona, mari saya akan merias anda agar tampil sangat menawan di acara sakral anda,” tuturnya membuatku tersentak kaget. Bulu kunduk ku seketika berdiri. Takut dengan situasi aneh saat ini.

“Maksud anda, saya akan menikah sekarang?” Tanya ku memastikan. Mereka mengagguk segera membuka tas yang berbentuk seperti koper. Terlihat banyak sekali make up disana.

“Saya tidak ingin dirias, saya bukan pengantinnya,” ucapku,

“Tidak apa-apa, ijin kan kami melakukan tugas kami dengan baik, Nona,” ucap salah seorang dari mereka.

“Tapi, aku tidak mau,”

“Ayolah, Nona, kasihani kami, kami memiliki keluarga yang harus kami cukupi, saya mohon anda bersedia untuk saya rias,” tuturnya dengan wajah memelas. Aku pun mengalah dan membiarkan mereka meriasku sesuka hati.  Tak lama seornag laki-laki berbadan kekar dengan stelan jaz hitam datang dan menyerahkan handphone kepada ku.

“Ini apa?” tanya ku pelan menatap handphoen di tangannya. Laki-laki itu memberi isyarat untuk ku segera mengambil dan berbicara dnegan orang yang menelpon saat ini.

“Hallo …, ini siapa?” tanya ku spontan. Suara tawa terdengar sangat lepas membuat ku semakin bingung dan kesal mendengarnya.

“Kamu siapa? Kenapah kamu tertawa?” tanyaku dengan suara sedikit meninggi. Seketika suara tawa itu hilang.

“Aku Rega, Calon Suamimu,” tuturnya santai penuh penegasan.

“Dengar Rega, mau bagiamana pun aku tidak akan sudi menikah dengan mu!” ucapku tanparagu. Rega kembali tertawa.

“Yakin???” tanyanya seolah mencari keseriusan dari ucapanku sebelumnya.

“Iya, aku sangat yakin,” jawab ku tegas sekali lagii.

“Aku sudah tau kau pasti akan menolak lamaranku jadi, aku sudah mempersiapkan sesuatu untuk mu” ucapnya membuatku mengeryitkan dahi tak percaya saat ini dia tengah mengancamku.

“Oh, jadi, kamu mau ngancem aku?” ucap ku. “Ya mungkin,” sahut Rega

“Kamu mau ngancem aku pake apa? keluarga? Aku sudah tidak punya keluarga! Perusahan ? aku juga tidak punya perusahan lagi! jadi puas!“ jelas ku.

“Wkwkwkwk, aku tak percaya akan menikah dengan gadis semikin dan semenyedihkan kamu,” tuturnya kembali membuat ku geram. Tanganku sudah sempurna terkepal kuat menaham emosi yang bergejolak semenjak tadi.

“Yaudah, lepasin aku sekarang!”  Ucapku dengan nada tinggi.

“Tidak bisa, kamu  harus menikah dengan ku sekarang, mau tidak mau,” ucapnya tenang.

“Gak bisa, dan gak mau!!” ucapku penuh penegasan.

“Kalau kamu menolak lamaran ku ini dan tidak mau menjadi istri ku, maka iklaskan teman baik mu yang bernama Rendi itu untuk ikut bergabung dengan keluarga mu dialam baka sana.” ancam rega membuat tubuhku seketika menegang.

Apa?? Rendi???? Tidak bisa!

“Rega, aku tegaskan sama kamu.  jangan berani dekati Rendi apalagi menyakitinya, MENGERTI!!” ucapku penuh emosi.

Dia terkekeh. Membuatku semakin kesal.

“Jadi …, apa kamu mau menjadi istriku?” tanya Rega .

“Tapi, aku mohon sama kamu untuk tidak sedikit pun mendekati apalagi menyakiti Rendi!” peringatanku pada Rega sekali lagi.

“ya …,” ucap Rega santai.

“Baiklah, aku akan menjadi istrimu,” ucapku begitu berat.

“Bagus, 15 menit lagi kita akan melakukan akad nikah, perisapkan dirimu,” tutur Rega segera menutup telponya. Aku cepat menyerahkan kembali handphone pada pemuda berjaz hitam tadi.

15 menit kemudian, ruangan ku telah selesai di dekorasi semua serba pink dan itu adalah warna favorite ku. aku tidak tau bagaimana Rega bisa tau  warna yang kusuka, mungkin hanya kebetulan ia juga menyukai warna pink atau juga bisa saja ia asal pilih. Atau orang lain yang mempersiapkanya. seseorang tiba-tiba datang membawa cermin besar  kearah ku.

“Nona Ratna, kami telah selesai meriasnya,” Ujar salah seorang pembawa cermin itu. Akumelihat kearah cerim. Tampak wajah ku begitu cantik dan menawan bahkan detik ini aku merasakan kebahagian, seketika aku lupa dengan  masa laluku, kepedihan ku dan duka ku semuanya seakan sirna. Ada rasa bahagia yang tidak bisa diartikan apalagi di gambarkan. Mereka hadir begitu saja membuat ku tersenyum lebar menatap diri ku sendiri.

Saat ini aku memang tidak memamakai gaun pengantin yang indah. bahkan aku hanya menggunakan piyama rumah sakit. Namun, semua itu seolah tidak terlihat karna make up yang kukenakan begitu menawan. Apalagi kain terawang ynag sudah di pasang di bagian kepalaku.yang menutupi hampir seluruh wajah ku.  membuatku semakin bahagia, karna ini harusnya menjadi hal ynag pertama dan terakhir aku lakukan. tiba-tiba sepotong kenangan manis aku dengan Rendi menari dibenak ku.

“Ratna, kamu mau tidak jadi istriku?” tanya Rendi membuatku bersemu merah. Wajah ku sembab tapi aku merasa bahagia diantra seluruh duka ku.

Aku tersenyum saat mengingat potongan kenangan manis kami. Meski saat ini semua itu hanya menjadi kenangan, tapi aku selalu berharap jika Rendi akan selalu bahagia meski tidak dengan ku.

“Nona  Ratna, kami permisi dulu. seperti nya acaranya akan segera dimulai,” ujar pelayan pembawa  kaca tadi. Aku mengangguk mempersilahkan  mereka pergi. Mereka pun segera pergi meninggalkan ku sendiri di kamar.

Aku baru tersadar jika pernikahan ini bukan lah yang ku harapkan.  Pernikahan yang terjadi hanya untuk menyelamatkan Rendi. Aku menghenafas dalam-dalam lalu ku hembuskan kasar. seperkian detik hatiku terasa amat berat, kebahagian tadi seakan bergulir dengan kesedihan. Saat Rega datang dengan para penghulu dan saksi. Aku rasanya ingin menolak dan lari menghindari pernikahan yang tidak kuinginkan ini. tapi aku tidak bisa, aku tidak ingin Rendi dalam bahaya. aku ikhlas jika aku menderita. Asalkan Rendi baik-baik saja.

Rega datang dengan senyuman lebar. Pakaiannya sangat rapih dan tampan. Di belakangnya para penghulu dan saksi  berjalan memasuki rungan ku. aku menatap mereka dengan sangat tidak senang. Rega tersenyum melirik kearahku. Matanya mengisyaratkan untuk ku diam tidak memabangkang. Aku pun diam karna mengingat ancaman yang di berikanya.

Rega tiba-tiba mendekat kearah ku.

“Kamu, jangan berani macam- macam, Rendi ada ditangan ku sekarang. Bisa kapan saja aku melenyapkannya.” ancam Rega berbisik di telingaku. membuatku terkejut. mataku membulat sempurna tak percaya dengan apa yang ku dengar. Tangan ku sudah sempurna mengepal kuat. Meremas apapun yang  bisa ku remas. Berusaha melampiaskan emosi.

Rega menarik diri dan duduk di kursi yang disediakan, tepat di sampingku. Aku diam sesekali melirik laki-laki biadab di sampingku.

Ya Allah, bagaimana bisa aku menikah dengan manusia kejam seperti dia? Ya Allah apa yang akan terjadi pada kehidupanku setelah pernikahan ini? ya Allah, Rendi …, bagiamana keadaan kamu? semoga kamu baik baik saja di sana?

Ucap batinku. Rega begitu lancar  melantunkan Ijab Kabul dengan sangat mantap.  Membuatku terhenyak tak menyangka dia bisa seserius itu membacanya. Matanya penuh ketengasan dan keinginan yang kuat untuk memilikiku.

Kenpah raut wajah itu? kenapah ? dia bisa seserius itu? kenapah dia bisa setegas itu?apa dia sunguh-sungguh ingin menikahi ku? apakah dia pria baik? Atau malah sebaliknya?

Pikiran ku kembali mengembara saat menatap wajah serius Rega saat melantukan Ijab Kabul.  Tak lama Rega menoleh kearah ku dan mengecup keningku begitu lembut.  tubuhku membeku setika saat ciuman mendarat di keningku begitu lama dan lembut. air mata ku mengalir sedih karna saat ini bukanlah Rendi yang mencium keningnya tapi ornag lain.

Rega segera menjauhkan wajahnya menatap wajahku. Tangan kekarnya perlahan membersihkan air mata diwajahku. Membuat ku semakin menangis. Karna sedih jika hidupnya kenapa sedramatis ini.

Orang-orang  ikut sedih melihat tangisku yang pecah seketika. Tapi, mereka mengira jika aku menanggis karna bahagia sebab menikah dengan seseorang yang dicintai. Aku terus menanggis tanpa bicara sedikit pun. Rega segera membubarkan orang-orang disana dan memeluk ku erat.

Merekapun pergi meninggalkan Rega dan aku didalam .

“Kenpah, Ratna!? Kamu tidak suka menikah dengan ku?” ucap Rega datar melepaskan pelukannya saat semua orang pergi.

Aku sudah mengira jika semua itu cuman kebohongan

Aku segera menutup kedua mataku dengan tangan.  Rega menghela nafas kasar dan menelpon Roni.

“Roni! Kemari segera!!” bentakknya  pada ornag di balik layar itu. Roni segera pergi menuju tempat bosnya berada.

Tak lama suara ketuk pintu terdengar.

“Masuk!” teriak Rega. Roni masuk menatap kesekitar. Wajahnya tampak bingung dengan kondisi aneh saat ini. Rega duduk di sofa membiarkan ku menanggis diatas ranjang.

“Rega? ada apa?” tanya Roni. Rega menunjuk kearah ku.

“Cepat kamu redakan tangisan dia, dia sangat berisik dan merepotkan” ujar Rega spontan. Aku semakin jengkel mendengar ucapan Rega.

“EH! Tuan rega yang terhormat. Jika anda tidak suka dengan saya kenapah tuan nikahi saya! Bukan kah tuan memiliki banyak uang, lalu siapa yang tidak akan tertarik dengan anda. Jadi kenapah anda meningkahi saya yang cengaeng dan merepotkan ini! dari pada seperti ini lebih baik anda lepaskan saya dan biarkan saya hidup bebas di luar sana!” Bentak ku sopan pada Rega. Rega mulai tersulut emosi. Matanya sudah memerah. Tangan nya sudah mengepalkuat. Bahkan rahangnya saat ini sudah mengeras.

“Emang kamu pikir kamu bisa hidup dia diluar sana dalam keadaan seperti ini? tidak punya uang? Tidak punya rumah? dan tidak punya siapa-siapa? Lantas kamu mau hidup seperti apa? jadi gelandangan? Atau jadi jalang,” ucap rega emosi. Aku semakin geram di buatnya. Emosi ku sudah mulai bergejolak hebat.

“Mungkin benar apa yang anda uncapkan barusan, tapi perlu anda tau jika aku tidak sendiri dan aku tidak miskin. Karna masih memiliki ALLAH swt, tuhan yang maha kuat, tuhan yang maha hidup, dan tuhan yang maha kay, “ ucap ku tegas penuh penekanan pada kalimat Allah.

Rega dan Roni terkejut mendengar jawaban gadis dihadapan mereka. Rega terdiam begitu saja tak percaya apa yang baru saja di katakan oleh gadis cengeng di hadapannya. Seketika sesuatu yang mendesir hadir didadanya. Jatungnya berdegub kencang membautnya perlahan memegang dadanya. Roni melirik kearah Rega. Gadis itu tiba-tiba pingsan setelah selesai mengucapkan kalimat panjangnya barusan. Rega spontan berlari menangkap tubuh gadis mungil itu yang hampir terjatuh dari ranjangnya. Tubuhnya  begitu ringan, matanya begitu sembab. Garis air mata masih terlihat jelas di wajahnya. Rega menatap iba gadis malang di pangkuannya.

Roni tersenyum melihat Rega mampu bersikap lembut pada seorang gadis. Roni pamit keluar meninggalkan mereka untuk berdua. Ratna tiba tiba demam. Membuat Rega semakin khawatir. ia segera memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Ratna.  Dokter masuk diiringi Rega.Segera ia memeriksa kondisi pasien. Dokter itu menghela nafas berat. Lalu, melirik kearah Rega.

“Pak Rega, istri anda saat ini mengalami banyak sekali tekanan  membuatnya stress dan karna itu kesehatannya terganggu,” jelas dokter.

Tekanan? Stress? Emang apa yang terjadi sama perempuan ini? kan dia cuman kehilangan keluarganya? Apa beratnya si?apa dia takut dengan ancaman ku tadi? Apa dia mencintai pemuda itu?

Ucap batin Rega dalam lamunannya. Dokter itu berusaha menyadarkan Rega dengan memanggilnama nya.

“Eeh, i-iya pak?! ” tutur Rega terbata.

“Sembuhkan dia !!” ucap Rega tegas tak peduli lagi dengan penjelasn lain dari dokter .

“Mungkin untuk demam ini saya bisa menyembuhknnya, tapi untuk tekanan batinnya sayatidak bisa menyembuhkannya,  mohon maaf  pak,” jelas dokter. Rega mengaguk.

“Apa obatnya?” tanya Rega acuh.

“Cinta, pak,” jawab dokter singkat. membuat Rega megerutkan dahi tak percaya.

Kenapah harus kalimat itu? aku bahkan tidak mengerti dengan cinta? dan saat ini obat nya adalah cinta bagaimanaaku bisa mendapatkan cinta itu?kenapah tidak uang saja yang lebih mudah aku berikan?dasar wanita kanapah begitu merepotkan?

.

.

Tinggal kan like dan komen ya ka setelah baca....

terima kasih...

Terpopuler

Comments

Winda

Winda

sampai bab ini sy baca sy masih kurang faham alur ceritanya Thor ... d awal td Rega bertamu k rmh Ratna mau melamar Ratna dan masih ada ibu nya ... sekarang Ratna d paksa menikah dan org tuanya d bunuh ... siapa yg membunuh org tua Ratna ?

2022-10-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!