Prov Rega
“Hallo …,” saut ku menimpali suara dibalik layar.
“Tuan Rega ..., ini saya Erwin CEO dari perusahaan MIA ingin bertemu untuk membicarakan beberapa hal penting,” tutur seseorang dari balik layar. Aku diam mendengarkan sebari sibuk membenahi data pada laptopku.
“Hmmm…,baiklah, siang ini di kafe tekar indah, “ ucap ku datar segera mematikan sambunganya tanpa peduli jawaban seseorang dari balik layar itu.
Tut ... tut
Sabungan telpon terputus. Erwin melongo menatap layar handphonenya.
Ternyata benar, kabar burung yangaku terima, kalau pria tadi sangat dingin dan kejam. Bagus kalau kaya gitu. Ratna pasti akan mati tersiksa di bawah kuasaanya. Tutur Erwin penuh percaya diri. Tertawa lepas penuh kemenangan.
Aku menatap layar handphone, lalu berganti melirik jam di tanganku. Tempat pukul 14.00 WIB. aku menelpon sekertarisku.
“Roni …, Datang segera kekantor ku,” ucap ku datar.
“Baik, Pak, “ ucap Roni menjawab suara dilayar handphonenya. Bergegas menuju kantor antasannya. Aku sudah duduk rapi di bangku kuasanku. Menatap jendela menerawang pemandangan diluar sana. Sangat indah apalagi langit yang saat ini tampak biru, aku menunggu dengan tenang di sana.
Tak lama ketukan pintu terdengar, diiringi suara minta izin dari seseorang yang berdiri dibalik pintu itu.
“Iya masuk,” tukas ku sedikit meninggikan suara Agar terdengar hingga balik ambang pintu. Roni membuka pintu dan masuk setelah diizinkan oleh ku. aku segera memutar kursi kuasaku kearah Roni . menopang dagu dengan tangan. aku menatap kedatangan asisten setiaku. Dia adalah Roni seorang pemuda berusia 29 tahun, 1
tahun lebih tua dari ku. dia bekerja disini karna keluarga nya sangat dekat dengan keluarga ku, terlebih dia adalah teman masa kecil ku. meski aku lebih muda darinya tapi dia selalu bersikap profesiional saat bekerja dan saat
santai. Dia sudah bekerja hampir 12 tahun makanya, ia begitu mengerti dengan segala tingkah ku bahkan setiap inci perubahan emosi ku.
“Ron ..., kita pergi sekarang ke café tekar indah,” ujar ku singkat. mata Roni berkerut, mulutnya sedikit terbuka kaget dengan apa yang didengarnya.
“Tapi, Rega! jadwal kamu …,” ucap Roni terputus oleh ucapanku.
“Batalin semua janji pada jam ini,” sahutku singkat berdiri dari kursi kebesaran ku. berjalan dan mulai meninggalkan ruangan ku. Roni masih sedikit syok. Namun, segera ia dapat mengendalikan diri.
Roni berjalan sedikit berlari berusaha menyamakan langkah kakinya dengan ku. buku jadwal masih tertenger di tangannya. aku berhenti berjalan lantas melirik Roni dengan tajam.
“Simpan buku itu,” ucap ku melirik buku ditangan Roni. Roni mengerti, ia segera berlari meletakan buku itu diatas meja kerjanya.
Keduanya kembali berjalan beriringan. Roni sibuk dengan gawainya, berusaha menelpon orang yang sudah terlanjur membuat janji dengan bosnya. Dan membatalkan jadwal pada jam itu. aku terus berjalan tak memperdulikan aktifitas Roni yang terlihat sibuk.
Beberapa menit kemudian mereka sampai di parkiran mobil. Roni menutup handponenya lantas memasukanmya kembali kedalam saku jas. Berjalan lebih dulu dan segera membuka kan pintu untuk ku.
“Silahkan ...,” tuturnya berhenti saat mendapatkan angukan kepala ku. roni menutup pintu lantas berlari kecil menuju kursi kemudi.
“Rega …, sebenarnya ada apa? ini kan jam kerja, tidak biasanya kamu keluar sepertin ini?” ucap Roni menatap kaca spion depan. Aku diam tak menghiraukan pertanyaan Roni.
Roni mengerti lantas diam dan kembali fokus pada jalan.
20 menit berlalu, café Tekar Indah terlihat indah di depan mata. suasana hijau dengan nuansa klasik terlihat menawan dari jauh. Roni segera memasukan mobil kearah parkiran.
Tak lama mereka pun turun dan berjalan menuju meja makan dipojok runagan sana. Tepat di depan pintu masuk Terdapat panggung kecil yang sengaja di sediakan untuk menghibur para pengunjung. Biasanya setiap hari salalu ada seseorang yang bernyayi disana. Ada yang suka rela ada juga orang yang sengaja disewa untuk mengisi panggung itu. setiap sudut runagan semua berwarna coklat kayu, dan karamiknya pun telihat seperti kayu. Nuansa café Tekar Indah adalah warna coklat yang menyihir setiap mata manusia untuk selalu menganguminya. Di ponjok meja sana sudah terlihat seorang laki-laki paruh baya dengan setelan jaz rapi duduk menunggu sebari sibuk dengan gawainya. Hingga tak menyadari kedatangan ku.
Aku berdiri menatap nya datar. Roni mendekhem menyadarkan laki - laki yang akan di temui atasanya itu. laki - laki itu tersentak kaget lantas berdiri terburu buru. Mematikan layar handponenya begitu saja.
“Pak Rega! Dari kapan bapak datang?” Tanya laki - laki didepan ku gugup. Aku hanya menatapnya dengan tatapan datar lantas duduk di bangku yang kosong begitu pun Roni yang sudah duduk disamping ku saat ini.
Lak-laki yang perlu di waspadai!Gumam batinku saat melihat tingkah laki laki itu.
“Ada perlu apa anda memanggil ku, pak Erwin?” ucap ku santai menatap manik matanya. Iya terkekehh mengaruk tengkuk lehernya.
“Heheheh, jadi gini pak! Saya ingin bertanya, saya kan mempunyai hutang di perusahhaan Bapak jadi bisakah saya membayarnya dengan seorang gadis sebagai ganti nya,” tutur Erwin menatap manik mata ku.
Aku hanya diam belum menjawab sepatah kata pun. Roni spontan melirik ku, menaikan alis dan bertanya dalam tatapanya. Aku hanya diam memejamkan mata sekaligus menganggukannya perlahan. Memberikan isyarat untuk Roni diam.
“Tenang saja pak, dia gadisnya cantik, seksi, penurut, dan juga ahli dalam segela urusan rumah tangga, tidak hanya itu gadis ini juga memiliki banyak keterampilan, seperti silat, melukis, dan juga memainkan beberapa alat music. Dan ini fotonya,” jelas Erwin segera menyodorkan kertas foto kearah Rega.
Rega mengambilnya dengan tenang. Menetap gadis didalam foto itu. mentilik kesesuaian antara ucapan Erwin dengan kenyataan difoto.
Apanya yang seksi ini mah bocah SMA gamma ku dalam hati. Kembali menyerahkan foto itu ke Erwin. Erwin menyiryitkan dahi. Menunggu jawaban dari ku.
“Baiklah, hutang mu lunas! saya ambil gadis ini,” ucap ku spontan. Roni menatapku tajam berusaha bertanya. Tapi aku hanya diam membiarkan asisteku kebingungan.
“Baik,Pak Rega, saya akan bawakan dia untuk Bapak” ucap Erwin tersenyum bahagia.
Tak lama mereka mengakhiri obrolanya, lantas pergi meninggalkan café Tekar Indah.
“Rega! Kamu waras? Kenapah kamu langsung menerima gitu aja gadis yang kamu sendiri belum tau?” omel Roni tak percaya dengan tingkah teman kecilnya barusan. Rega terdiam. Lalu, bertanya pada dirinya sendiri.
Iya ya, kenapah aku menerima gadis itu …? Tanya ku pada diri sendiri.
“Aku gak tau Ron. Hati aku tiba - tiba bilang iya,” kata ku singkat. Aku sendiri tidak mengerti kenapa bisa selapang itu. padahal selama hidupku, Aku sangat anti dengan wanita, selain merpotkan mereka juga sangat menjengkelkan. Tapi kenapah dengan wanita satu ini. sebenarnya apa yang hebat darinya. Kenapah ia bisa memikatku hanya dengan seutas foto.
Roni menghembuskan nafas kasar tak percaya dengan jawaban Rega.
“yasudahlah, mau gimana lagi Rega …,” tutur Roni yang masih sibuk dengan kemudinya. Aku menatap jendela mobil menerawang jauh kedalam pikiran ku, berusaha mencari alasaan atas tindakanku barusan.
Tapi, bukanya menemukan jawaban aku malah tertidur. Roni melirik dari kaca spion. Terlihat Rega tertidur begitu pulas di bangku belakang. Roni menarik nafas panjang lantas menghembuskannya kembali.
“Rega, Rega, kamu sudah berubah ya …, sepertinya akan ada hal besar terjadi dalam hidup mu, atau mungkin alam semesta ini tak mengizinkan mu untuk sendiri seperti apa yan kamu mau …, semoga kamu tidak menyakitinya, Rega!“ gumam Roni menatap lembut Rega dari balik spion depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments