perjodohan paksa

“Aku dimana?” lirih ku menatap langit kamar. Seseorang telihat tengah tertidur disamping ranjang ku. aku menoleh dan mentapnya lekat-lekat.

“Rendi?” tuturku tak sengaja membangunkanya. Rendi merengangkan badan lantas tersenyum kearah ku.

“Syukurlah kamu sudah bangun,” ucap Rendi mengelus pucuk kepala ku. aku hanya diam membiarkan Rendi mengacak rambutku.

“Aku dimana?” Tanya ku balik. Seutas kejadian terekam ulang membuat air mataku mengalir tanpa diminta. Rendi yang melihat perubahan eksperesiku langsung memelukku lembut.

“Tenang Ratna, ada aku,” sahut Rendi berusaha menenangkanku. Aku mengagguk pelan dalam dekapanya.

“Aku gak punya siapa siapa Rend,” ucapku lirih setengah menangis.  Rendi spontan mengelengkan kepala, berusaha menyangkal pernyataan ku.

“Kata siapa kamu tidak punya siapa siapa ? “ Tanya Rendi lembut melepas pelukanya berganti dengan memengang dua bahu ku. Ia menatapku begitu lekat, seolah tak peduli dengan wajah sembab dan ingus ku. aku segera memalingkan pandanganku.

“Kamu lihat Rendi!! orang tua ku sudah tidak ada, adikku pun pergi bersama mereka lalu tingal aku sendiri,” ucapku setengah meninggi. Melampiaskan emosiku tanpa sadar. Rendi yang mengerti hanya diam membiarkan ku berteriak dihadapanya.

“Dasar bodoh!!! kamu masih punya aku!” ucap rendi tegas menatap bola mata biru milik gadis itu. Aku terkejut melihat tatapan Rendi yang begitu tajam. Aku mengedarkan pandangan ku kesekitar ruangan.  Menghindari tatapan Rendi.

“Apa maksud mu? Jelas-jelas kamu bukan siapa siapa dalam  hidupku? “ tukas ku menatap jendela kamar. Rendi memejamkan mata.  bersiap bicara.

“Menikahlah dengan ku,  ratna!” ucap Rendi dalam satu tarikan nafas. Spontan aku menoleh meanatapnya terkejut. Rendi masih menundukan kepala menunggu jawaban dari ku. aku menatapnya tanpa suara. Kepalanya mendongkak keatas membuat kami tak sengaja beradu pandang.

Tangan Rendi perlahan terangkat dan mengusap sisa air mataku. Membuatku  terdiam kikuk dibuatnya.

“Bagaimana, Ratna? Apakah kamu terima lamaran ku?” Tanya Rendi balik. Aku berpikir sebentar mencoba mencerna semua ucapan Rendi barusan.

“Baiklah, aku mau menjadi istri mu.” Wajah Rendi seketika berbinar saat mendengar jawabanku. ia spontan memelukku erat.

“Terimakasih ... aku akan urus semuanya, tenang saja aku pasti akan membahagiakanmu, Ratna,” jelasnya yang masih memeluk ku. Aku membalas pelukannya. Tubuh Rendi seketika bergetar membuatku mengeryiitkan dahi.

“Ada apa, Rend?” Tanya ku khawatir. Rendi tersenyum dan kembali memelukku.

“Heheh,  aku hanya syok … karna kamu mau membalas pelukan ku,” cengir Rendi. Aku terkekeh mendengar penjelasanya.

Brukkkkk

Pintu seketika terbuka membuat kami terkejut. Segera Rendi melepasakan pelukanya dan menatap kearah pintu begitu pun dengan ku. Orang - orang datang membawa senjata masuk kekamar kami. Jumlahnya sekitar 5 orang yang terlihat dihadapan ku.

Aku segera menatap Rendi begitu pun Rendi segera menatapku balik. Kami saling bertanya dalam tatapan.

“Kalian siapa?” Tanya Rendi berdiri. Memutuskan tatapan kami.

“Kami ingin gadis itu,” tutur nya menunjuk gadis diatas kasur.  Rendi mendecak kesal menatap tajam orang -

orang bersenjata itu.

“Langkahi dulu mayat ku seblum menyentuh gadis itu,”  ucap Rendi tegas menantang pemuda bayaran didepanya.

“Rendi! jangan gila deh?!” teriakku panic.

Ya allah apa lagi ini. Gumam ku dalam hati. Menatap panic situasi saat ini.

“Berani ya … baiklah kami akan turuti keinginan mu,” ketusnya menatap tajam  manik mata Rendi.

Rendi berbalik menatap mereka tak kalah tajam. Atsmosfir ruangan seketika mencekam. Membuatku bingung harus melakukan apa.

Sejurus kemudian serangan muncul pertama dari Rendi. Mereka pun segera menyerang Rendi bersamaan. Membuatnya kalah jumlah.beberapa tinju terus menghantap perut Rendi. Membuat darah segar keluar dari mulutnya. aku hanya bisa teriak histeris melihat kondisi Rendi saat ini. ia terlihat sangat kepayahan.

“CUKUP!!!”  teriak ku membuat gerakan mereka terhenti. Rendi melirik ku patah patah. Wajahnya lebam, membuatku makin tak tega melihat nya.

“Kami akan menghentikan ini, asalkan nona bersedia ikut dengan kami,” pinta salah satu pemuda yang mengkeroyok Rendi. Tanpa banyak pikir aku mengangguk menyetujui keinginan mereka. karna aku tak ingin membuat Rendi semakin terluka karna aku.

“Ratna … jangan !”  ucap Rendi, tak lama pukulan terhantam dari belakang lehernya. membuatnya sekektika terhuyung jatuh mencium lantai. Aku membelalakan mata menatap laki laki yang memukul Rendi.

“Apa yang kamu lakukan? aku mohon jangan sakiti dia,” pinta ku.

“Aku hanya membuatnya pingsan, nona tenang saja. dia akan baik baik saa ko,”  jelasnya santai dan penuh pembawaan.

Aku mengela nafas berat lantas berjalan pergi meningalkan Rendi disana. Mereka segera menuntunku menuju mobil hitam panjang di halaman rumah Rendi.

aku tidak pecaya mobil panjang seperti ini benar benar ada, aku kira hanya ada di sponsbob. Ternyata didunia nyata juga ada.  Sangat mengejutkan.  ucapku dalam hati. Kagum melihat keunikan mobil ini.

Orang itu segera membukakan pintu mobil dan menyuruh ku masuk. Aku menoleh sebentar kerumah Rendi.

Rendi … maafkan aku

Aku segera menurutinya dan masuk kedalam mobil. Menghembuskan nafas kasar. masih belum menyadari kehadiran seseorang didalam mobil.

“Oh …,  gadis seperti ini, sangat tidak menarik,” ketus pemuda disamping  pojok ku. tubuhku seketika membeku mendengar suara berat di ujung bangku ini. perlahan aku menoleh, rasa takut menyeruak hati tak karuan. Membuatku spontan menalan salaviaku.

“Si-siapa kamu?” Tanya ku terbata. Menatap terkejut pemuda tampan diponjok bangku ini. asap rokok mengepul disana. Membuatku semakin takut dan panic.

“Hmmm, paman mu telah menjualmu kepadaku,” jelasnya singkat.  aku terkejut mendengar penjelasannya.

Ya Allah ... cobaan apa lagi ini ….

Batin kumulai berguncang. Cobaaan entah mengapa datang silih berganti tanpa jeda.rasanya begitu sesak.

Air mataku seketika merembas. Aku menangis sejadi jadinya meratapi takdir yang ada saat ini. pemuda itu sama sekali tak bergeming masih duduk diam disana, seolah tak peduli dengan raunganku saat ini.

Kenapah semua terjadi begitu saja dalam hidup ku … , ku kira semua ini akan selesai saat Rendi menikahiku… ,tapi… hiks hiks hiks,"  ucap batin ku tak terima kenyataan.

“Kenapah ...! KENAPAH …! KENAPAH harus aku! Hiks hiks,” teriak ku ditengah isak tangis. Berusaha meluapkan semuanya tanpa peduli apapun disekitarku. Suaraku mengema disetiap sudut mobil. Begitu parau dan pilu hingga mampu menyayat hati siapapun yang mendengarnya. Kecuali laki laki di pojok sana.

Pemuda itu menoleh acuh kearah gadis yang tengah kacau saat ini.

Dasar situa Bangka itu! bisa bisa nya dia menjual gadis cengeng seperti ini … , saut batin Rega. Tak lama seseorang berbisik dari kursi depan dekat pengemudi. Memberitahukan kondisi singkat tentang gadis yang  meraung disana.

“ Rega, Nona Ratna baru kehilangan seluruh keluarganya  makanya dia sangat terpukul saat ini …,” jelas Roni asisten pribadi Rega. Ia Mendecak kesal lantas menoleh malas kearah gadis diujung bangku sana.

“EH! Cengeng banget si jadi cewe …, cuman gara gara hal sepele, apa gunanya juga ada keluarga! Gak guna!” ucap Rega ketus. memalingkan wajah kearah kaca jendela. Aku tersentak terkejut mendengar pernyataan dari pemuda itu. seolah dia tidak memiliki keluarga saja.

Apa yang dia katakana?! Keluarga tidak berguna!! Tutur batin ku tak percaya dengan ungkapan bodoh laki-laki so keren disana. Seketika tatapan tajamku terarah pada mata coklat terang  itu. Mata kami bertempur dengan tatapan elang membuat listris mengalir bertubrukan disana. Meski tidak terlihat oleh mata tapi dapat dirasakan melalui atsmosfir yang seketika mencekam.

“Dasar laki - laki tak berperasaan! Apa seperti itu kamu memandang keluarga mu? Malang sekali nasib mu, laki - laki bod…,” ucap ku terpotong karna kesadaran ku seketika hilang. Aku tersungkur kedepan kursi membuat kepala ku sedikit terbentur dikursi depan.

Apa! dia mengataiku bodoh? malang? Tak berperasaaan?!! Emang dia tau apa sih? Bukan dia yang sangat ini malang, bodoh, ! dasar cewe aneh!gumam Rega mendengar ocehan gadis dengan mata sembab. Mengerutkan alis tak terima dengan ucapan hinaan dari gadis itu. Baru saja ia hendak membalas ucapan gadis diujung bangku tiba tiba ia tersungkur begitu saja.  Rega hanya diam mengerutkan dahi tanpa khawatir sedikit pun.

“Roni … ada apa dengan gadis itu?” tukas Rega tenang dan acuh menunjuk kearah perempuan di ujung bangkunya. Roni menoleh lantas kaget. Perempuan itu pingsan diantara bangku  mobil.

“Rega, sepertinya Nona Ratna sedang pingsan” jelas Roni mengernyitkan dahi khawatir. Rega mengangguk datar. Ia sama sekali tak peduli dengan kondisi perempuan itu.

“Oh, yaudah, biarin aja dia seperti itu” ucap Rega tanpa dosa. Ia segera mengambil benda pipih disaku jas nya.  tak lama ia menoleh kearah roni.

“Ron, tolong berikan handset,” tutur Rega tak memperdulikan kondisi wanita malang disana. Roni diam wajahnya terilihat gusar.

“Oke, Ga, Rega tapi sebaiknya kita bawa Nona Ratna kerumah sakit dulu sebentar ... , gimana?” ucap Roni memberikan handset.  Rega memngambilnya dan langsung memasangkan dikedua telinganya.

“Terserah ...,”sahut Rega mulai memutar music di handponenya. Saut saut melodi bermain merdu di kedua telinganya. Menikmati setiap untaian syair dan melodi yang beriringan penuh penghayatan. Rega sudah tengelam dalam kegiatannya. Roni mengengguk paham segera memberitahu supir untuk menuju rumah sakit terlebih

dahulu. Sopir itu mengagguk segera melajukan karah yang diminta.

Tak lama sekitar 10 menit. Mobil Rega terparkir rapih di parkiran rumah sakit. Roni turun dan segera membopong  Ratna masuk keruang  UGD. Rega masih asik dengan handphonenya tak peduli dengan asistennya yang tengah sibuk mengurusi gadis yang ia beli.

“Merepotkan!!” ucap Rega melepaskan  kedua hansetnya. Perlahan turun dari mobil menuju ruang UGD.

Ronimenoleh dan tersenyum mendapati majikanya datang menjenguk gadis belianya.

“Ada apa Rega? Apa kamu ingin melihat Nona Ratna?” Tanya roni sopan.  Rega spontan mengeleng lalu pergi meninggalkan Roni tanpa sedikit pun menjawab pertanyaanya. Roni menarik nafas dalam lalu menghembuskannya kasar.

Dasar si Rega … bisa bisa nya dia jahat sama wanita cantik kaya gini.  ucap batin Roni menatap kepergian Rega.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!