Dia (Istri Yang Tak Dianggap)
Seorang gadis berumur sekitar 20 tahun meneteskan air matanya setelah mendengar seruan 'sah ' di luar sana. Itu menandakan bahwa dia sudah sah menjadi seorang istri. Mulai dari sini,Semuanya akan segera berubah. Dari status sampai tugasnya pun akan berubah.
Tak lama seorang wanita paruh baya pun masuk ke dalam kamar dengan senyum di wajahnya. Senyum itu begitu tulus.
"Alhamdulillah,sayang. Sekarang kamu sudah sah menjadi istri dari Arshad. Ummi senang sekali karena akhirnya kamu yang menjadi menantu ummi. Mulai sekarang, anggap ummi ini sebagai bunda kamu ya sayang. Jangan pernah sungkan untuk berbagi suka duka kamu sama ummi. Semoga kamu bisa menjadi istri yang baik dan soleha bagi Arshad."tutur ummi dengan lembut dan membuat senyum pun terbit di wajah gadis yang kini sudah menjadi menantunya.
Gadis itu bernama Aisyah Shaqilla Az-zahra. Gadis cantik yang kini sedang melanjutkan kuliahnya semester lima. Tatapannya teduh, senyumnya manis dan tutur katanya lembut. Namun kini dia adalah seorang gadis yatim piatu. Bundanya meninggal saat dia masih duduk di bangku SMA. Sedangkan sang ayah meninggal dua minggu yang lalu setelah meninggalkan wasiat untuk menikahkan dirinya dengan lelaki yang kini sudah sah menjadi suaminya yaitu Muhammad Arshadullah. Walaupun hanya pernikahan karena wasiat, namun Aisyah sangat tulus dengan pernikahan ini. Dia juga punya seorang kakak lelaki bernama Muhammad Anam Arya yang kini sedang berada di London untuk menyelesaikan kuliah S2 nya dan tak bisa hadir di pernikahan Aisyah karena sibuk mengurus wisudanya.
"Amin... do'akan Aisyah ummi. Semoga Aisyah bisa menjalankan kewajiban Aisyah sebagai istri yang baik untuk Mas Arshad. " ucap Aisyah dengan tulus dan lembut.
"Pasti sayang ummi do'akan. Insyaallah. Sekarang ayo kita ke bawah,suamimu sudah menunggu. "
Aisyah mengangguk dan berjalan di dampingi ummi keluar kamar dan menuruni tangga. Ya Allah,Aisyah benar-benar tak kuasa menahan debaran di dadanya saat ini . Dia yakin kini semua pandangan tertuju padanya. Namun Aisyah tidak berani untuk mengangkat wajahnya walau hanya sekedar melihat suaminya.
Mereka saling memasangkan cincin pernikahan,lalu Aisyah langsung mencium punggung tangan Arshad dengan hikmat dan Arshad mengelus kepala Aisyah sambil mendoakan kebaikan untuk istrinya itu.
Saat malam tiba,akhirnya Arshad dan Aisyah pun memutuskan untuk pergi ke rumah mereka. Hanya keheningan yang ada diantara pasutri ini. Itu membuat Aisyah tidak nyaman sekaligus bingung mau membicarakan apa?
Tak lama kemudian akhirnya mereka sampai. Aisyah menatap rumah itu dari mobil sambil tersenyum. Tidak begitu besar namun terlihat mewah dan nyaman untuk dihuni berdua.
"Kamu masuk duluan. Di dalam ada bi Nah yang akan menunjukkan dimana kamar kamu. Aku ada urusan dan mungkin pulang malam sekali. Jangan tunggu aku!"ucap Arshad tanpa ekspresi.
"Tapi, mas mau ke mana?aku temani, ya?"tutur Aisyah namun tak ada jawaban dari Arshad selain tatapan tajam yang di berikan Arshad. Aisyah sadar bahwa suaminya mungkin memang ada urusan penting dan gak mau diganggu.
"Ya sudah kalau begitu aku masuk duluan. Kamu jangan kerja terlalu capek ya mas!.. jangan pulang tengah malam banget. Pasti kamu capek seharian ini. Aku cuma gak mau kamu sakit. Kalau gitu aku masuk, Assalamualaikum..."ucap Aisyah dan langsung keluar setelah Arshad menjawab salamnya walau masih enggan menatap Aisyah.
Baru saja Aisyah keluar,mobil Arshad sudah melesat meninggalkan rumah. Aisyah hanya bisa berdoa semoga tidak akan terjadi apa-apa.
"Assalamualaikum. "ucap Aisyah saat memasuki rumah.
"Wa'alaikumussalam. Eh nyonya sudah datang. Ayo nyonya saya antar ke kamar nyonya."sambut wanita paruh baya yang diyakini bernama bi Nah sesuai yang dikatakan Arshad tadi.
Aisyah mengikuti bi Nah ke kamar yang di tunjuk bi Nah. Saat masuk kamar,Aisyah langsung melihat ruangan yang cukup besar dan bernuansa putih abu-abu, kasur ukuran king size , ada lemari yang juga cukup besar dan juga ada kamar mandi yang pastinya juga besar.
"Bagus bi kamarnya."puji Aisyah.
"Iya,nyonya. Nyonya suka?"tanya Bi Nah.
"Iya saya suka. Oh iya bi,jangan panggil saya nyonya ,ya! Saya merasa tua dipanggil nyonya begitu. "
"Terus mau dipanggil apa?atau bibi panggil mbak Aisyah saja?"
Aisyah tersenyum dan mengangguk,"itu lebih baik."
"Mbak mau bibi bikinin sesuatu?"
"Enggak usah bi. Saya mau mandi terus langsung tidur saja."
"Ya sudah kalau begitu bibi kembali ke kamar aja ya mbak..."bi Nah menyadari tidak ada Arshad dari tadi,"oh iya,mas Arshad-nya mana mbak?"
"Oh itu tadi katanya ada urusan penting. Nanti juga pulang. Bibi balik ke kamar aja,saya tau bibi pasti capek."
"Ya udah kalau gitu bibi permisi mbak."
Aisyah mengangguk tersenyum melihat bi Nah yang sudah meninggalkan kamarnya. Lalu Aisyah memutuskan untuk mandi dan tidur. Jujur saja hari ini memang sangat melelahkan. Namun tiba-tiba pikirannya tertuju pada Arshad.
"Pasti mas Arshad juga capek. Ya Allah lindungilah di mana pun suami hamba berada ya Allah..."gumam Aisyah. Setelah membaca do'a,akhirnya Aisyah pun tertidur.
.
.
.
Jam sudah menunjukan pukul setengah tiga,Aisyah terjaga dan melihat bahwa kasur di sebelahnya masih dingin dan rapi. Itu menunjukan bahwa Arshad masih belum pulang.
"Ya Allah,pergi ke mana mas Arshad ya Allah?"ucap Aisyah yang khawatir tentang suaminya.
Aisyah pun memutuskan untuk bangun dan melaksanakan shalat Tahajud. Setelah melaksanakan shalat tahajud,Aisyah dikejutkan dengan suara bel rumah. Aisyah pun segera bangkit dari shalatnya masih dengan menggunakan mukena lalu berjalan keluar menuju pintu rumah.
Bi Nah yang juga sepertinya ingin membuka pintu langsung berhenti saat melihat Aisyah.
"Biar saya aja bi. Bibi lanjut tidur saja. Itu pasti mas Arshad yang pulang. "
"Ya sudah kalau gitu mbak." Bi Nah pun kembali ke kamarnya untuk menyambung tidurnya. Sedangkan Aisyah membuka pintu dan mendapati Arshad dengan wajah datarnya.
"Assalamualaikum. "ucap Arshad dingin dan berlalu meninggalkan Aisyah langsung menuju kamar sebelum Aisyah menjawab salamnya. Setelah mengunci pintu, Aisyah pun ikut menyusul Arshad ke kamar.
"Mas dari mana sih? Kok baru pulang? Aku buatin teh hangat buat mas ya..."
"Gak perlu..."potong Arshad yang sudah berjalan mendekat ke arah Aisyah yang masih memakai mukenanya.
"Aku perlu ngomong sama kamu."ucap Arshad masih dingin.
"Ma_ mau ngomong apa mas?"tanya Aisyah gugup.
Arshad kini sudah berdiri dengan jarak selangkah dari Aisyah.
"Pernikahan kita ini cuma pernikahan terpaksa karena wasiat tidak jelas ayah kamu. Jadi kamu gak perlu berharap lebih atas cinta dan perhatian aku."ucap Arshad penuh penekanan dan pastinya langsung menusuk hati Aisyah. Seperti ribuan jarum tajam yang tak berhenti terus menusuk hatinya.
"Tapi aku gak pernah marasa terpaksa untuk menikah sama kamu mas..." ucap Aisyah dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya. Jujur saja,ia tak sanggup menahan air matanya itu.
"Ya itu kamu bukan aku. Aku sangat sangat terpaksa menikahi kamu. Kalau bukan karena ummi yang paksa aku,aku juga gak akan pernah sudi menikah dengan wanita yang sederhana dan kuno seperti kamu. Di rumah ini,lakukan apapun sesuka kamu tapi tidak dengan mencampuri urusanku. Kita tinggal satu rumah,tidur satu kamar tapi dengan urusan masing-masing dan anggap kita gak saling kenal."
"Tapi mas..."
"Aku gak suka dibantah. "potong Arshad lagi dengan tegas.
"Ok kalau itu mau kamu. Aku turuti. Aku gak akan ikut campur apa pun tentang urusan kamu dan begitu juga kamu. Tapi satu hal,aku akan tetap menjalankan kewajiban aku sebagai istri kamu. Terserah kamu mau terima itu atau enggak. Yang jelas aku akan tetap menjalankan kewajiban aku."ucap Aisyah dan langsung pergi ke kamar mandi.
"Whatever! Dan satu lagi jangan pernah umbar-umbar di luaran sana kalau kamu istri aku!"teriak Arshad dari luar. Aisyah menutup mulutnya menahan isakan dan suara tangisnya agar tidak terdengar. Sungguh ini sangatlah menyakitkan. Hatinya begitu sesak bagai dihantam keras. Dan begitu pedih bagai di tusuk seribu jarum.
'Inikah bahagia itu ya Allah? Kebahagiaan apa yang dimaksud?kenapa begitu sakit?pernikahan apa ini ya Allah?' rintih Aisyah dalam hati.
Aisyah pun memilih membasuh wajahnya dan keluar. Dia melihat Arshad sudah tertidur nyenyak. Bahkan setelah mengatakan hal menyakitkan itu,dia masih bisa tertidur nyenyak begitu.
Aisyah pun mengambil Al-qur'an di sebuah meja yang dia rasa itu milik Arshad lalu pergi ke ruang tengah. Dia memutuskan untuk mengaji sambil menunggu waktu subuh. Dia juga ingin menenangkan hati dan pikirannya saat ini. Mengadu pada Allah agar diberikan kemudahan baginya dalam menghadapi masalah dalam rumah tangganya ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Desi Ummu Ihsan
Aku baru mampir...yang sabar ya Aisyah
2022-03-19
0
~queenSenja🌅
aq datang membawa like😂
2021-02-14
1
Nazhifa Utami Mulia
woaaahh Daebak🥳🥳🤩😁
2021-02-11
0