Sebuah Harapan

Arshad duduk dihadapan seorang wanita cantik yang sudah mengisi hatinya selama hampir dua tahun ini. Namun raut wajahnya terlihat tidak bersemangat.

"Hai!"sapa Arshad dengan senyumnya dan hanya dibalas senyum yang dipaksakan oleh wanita itu.

"Permisi. Mau pesan apa,mas?"tanya pelayan yang menghampiri mereka.

"Green tea no sugar."jawab Arshad.

"Kalau begitu harap tunggu sebentar. "

Arshad mengangguk dan kembali menatap wanita yang ada dihadapannya.

"Laras... kamu kenapa?"tanya Arshad pada wanita yang ternyata bernama Laras.

"Aku pengen kita mengakhiri hubungan ini."jawab Laras dengan menatap Arshad.

"Apa?!tapi kenapa?alasannya apa?"tanya Arshad tak terima.

"Kamu tau alasannya,Ar. Itu pertanyaan yang gak seharusnya kamu pertanyakan. Kamu_sudah_beristri."jawab Laras dengan penuh penekanan.

Arshad menghembuskan nafas kasar.

"Istri yang gak dianggap maksud kamu? Lagian apa masalahnya?itu bukan pernikahan yang aku inginkan. Ummi yang paksa,sayang."ucap Arshad.

"Tapi aku gak mau dicap sebagai wanita perusak rumah tangga orang."

"Siapa yang bilang kayak gitu?"

"Mungkin bukan sekarang. Tapi gak tau nanti atau kapan pun itu,kalau kita tetap berhubungan. Aku gak bisa. "

"Tapi aku juga gak bisa putus."

"Aku gak mau disebut perusak hubungan kamu dengan istri kamu."

"Wanita itu yang merusak hubungan kita. Dia datang ke kehidupan aku tanpa diminta dan tanpa aku rencanakan. Mengambil posisi yang seharusnya jadi milik kamu. Apa lagi namanya kalau bukan perusak?"

Laras hanya menatap Arshad dengan tatapan sayu.

"Aku pasti akan menceraikan dia. Tapi bukan sekarang. Aku juga harus punya alasan yang kuat untuk bisa menceraikan dia. Aku harap kamu bisa tunggu. Please..."pinta Arshad dan menggenggam tangan Laras.

Laras mengangguk dan tersenyum menatap Arshad. Mungkin dia memang harus bersabar. Dan menunggu.

Suasana sudah terlihat tenang sekarang dan Arshad juga sudah meminum green tea miliknya yang baru datang. Namun tiba-tiba sebuah suara sedikit gaduh di dekatnya mengalihkan fokusnya. Di situ terlihat seorang wanita sedang minta maaf kepada pelayan yang mengantar minuman tadi. Sepertinya wanita itu tak sengaja menabrak pelayan itu.

Namun bukan itu yang penting. Wanita yang meminta maaf itu ternyata Aisyah. Terlihat kini dia yang berusaha menghentikan air matanya. Arshad benar-benar kaget bahkan spontan berdiri.

Aisyah berlari keluar cafe dan disusul oleh dua orang wanita lagi.

'Dia denger semuanya?' tanya Arshad membatin. Dia merasa sangat bersalah sekarang. Tapi bukankah itu bagus?dengan begitu Aisyah mungkin akan sadar bahwa pernikahan ini adalah hal yang percuma.

'Walaupun gua berpikir itu hal yang bagus, tapi tetap aja itu pasti menyakitkan untuk Aisyah. Gua harus gimana?' tanya Arshad lagi, membatin .

"Sayang,kamu kenapa?kamu kenal sama cewek itu?"tanya Laras yang terheran melihat tingkah spontan Arshad. Laras tidak tau tau bahwa cewek itu adalah istri Arshad karena memang ia tak datang saat pernikahan Arshad kemarin.

Arshad pun kembali duduk dan berusaha tersenyum.

"Gak usah dipikirin. Oh iya,gimana sama butik kamu?lancar?"tanya Arshad mengalihkan pembicaraan.

"Lancar... kamu tau gak sih sayang? Kemaren itu ada customer yang bandel banget..."Laras terus bercerita tanpa tau bahwa sebenarnya fokus Arshad bukan padanya. Arshad masih dilingkupi rasa bersalah.

'Gimana cara gua minta maaf?' tanya Arshad membatin dan sesekali menatap keluar cafe walaupun orang yang diharapkanya terlihat sudah tidak ada lagi di sana.

.

.

.

Sudah pukul lima sore dan Arshad sudah pulang dari kantor. Agak ragu memang untuk pulang. Karena rasa bersalah tadi. Semoga aja Aisyah tidak terlalu menanggapi semua yang dikatakan Arshad tadi. Karena itu sangatlah... ah,Arshad tidak bisa berkata-kata lagi sekarang.

Arshad berjalan masuk ke rumah dengan stay cool-nya. Mencoba untuk tenang. Baru saja masuk dan hendak pergi ke lantai atas karena kamarnya ada di lantai atas,Arshad dikejutkan oleh suara pecahan kaca yang berasal dari ruang makan. Arshad pun pergi ke sana untuk melihat apa sebenarnya yang terjadi.

"Astaghfirullah, Bi Nah gak apa-apa?ada yang luka?"tanya seseorang dari arah ruang makan saat Arshad hampir sampai. Nada bicaranya terdengar sangat khawatir.

"Gak apa-apa kok,mbak. Biar bibi bersihin pecahan kacanya dulu."jawab Bi Nah.

"Enggak,Bi Nah duduk aja. Biar aku yang beresin. Bi Nah kan gak pakai kaca mata,takutnya nanti luka karena gak lihat dengan jelas. Biar aku aja ya..."cegah Aisyah.

"Serius, mbak?"

"Iya, bi...."

Aisyah membersihkan pecahan kaca itu dan memastikan bahwa sudah tidak ada lagi pecahan atau serpihan kaca lagi. Namun saat melihat Arshad sedang memperhatikannya tak jauh dari sana,Aisyah langsung tersenyum.

Arshad sempat merasa aneh. Senyum Aisyah terlihat tulus. Tak ada rasa benci di matanya bahkan terlihat seperti tidak ada beban. Wanita ini memang merasa biasa saja atau berusaha terlihat biasa saja?batin Arshad.

"Kamu udah pulang?mau aku bikinin apa?teh atau kopi?"tawar Aisyah.

"Te_teh aja. "jawab Arshad masih gugup lalu berlalu pergi menuju kamar.

"Dia tadi dengar atau enggak sih sebenarnya?"gumam Arshad saat menaiki tangga.

Setelah beberapa lama,Aisyah pun pergi ke kamar dengan membawa teh dan meletakanya di atas nakas. Aisyah tidak melihat keberadaan Arshad di sana. Dimana dia? Saat akan pergi,Aisyah mendengar suara air dari kamar mandi. Berarti Arshad sedang mandi.

Aisyah pun pergi ke meja rias untuk mengambil ponselnya. Tadi siang saat pulang ke rumah,dia mendapatkan telepon dari kakak laki-lakinya. Namun karena masih merasa kacau dia tidak mengangkat panggilan itu.

Saat hendak menghubungi kembali,terdengar suara pintu di buka. Ternyata Arshad sudah selesai. Arshad terlihat memakai baju kokoh dan sarung. Ya sebentar lagi waktunya shalat maghrib.

Melihat keberadaan Aisyah di sana,membuat Arshad sedikit gugup karena rasa bersalah tadi. Sedangkan Aisyah hanya menatap ponselnya dan hendak berjalan keluar kamar.

"Aisyah..."panggil Arshad dan menghentikan langkah Aisyah. Aisyah pun berbalik menatap Arshad dengan senyum yang tulus. Dalam hatinya,dia terus berusaha tenang. Dia tau apa yang akan dibahas suaminya setelah ini.

"Ka...kamu...kamu dengar yang tadi di cafe?"tanya Arshad terlihat tidak nyaman. Aisyah tersenyum lagi dan mengangguk pelan.

"Kalau kamu mau marah gak apa-apa kok. Aku memang pantas di pukul karena sudah menyakiti perasaan kamu. Sebagai laki-laki seharusnya aku lebih gentle."ucap Arshad.

"Awalnya aku memang marah. Gak ada perempuan yang ingin melihat suaminya bersama perempuan lain apalagi membicarakan keinginan bercerai."ucap Aisyah.

"Gak ada perempuan yang tahan saat melihat suaminya ternyata mencintai perempuan lain. Saat itu aku merasa hancur. Tapi aku sadar akan satu hal. Aku gak mau egois."lanjut Aisyah. Arshad mengerutkan keningnya. Ada rasa sesak yang menghinggapi hatinya. Ada apa ini?batinnya. Dia tau kalau sekarang Aisyah berusaha menahan air matanya. Terlihat dari getaran dari suaranya.

"Kamu tau salah satu hal yang bisa menghancurkan manusia itu apa?"tanya Aisyah dan Arshad hanya diam menatap Aisyah.

"Keegoisan."jawab Aisyah. "Segala hubungan yang didasari dengan keegoisan,gak akan ada artinya. Setiap manusia pasti ingin memiliki sesuatu yang harus dia dapatkan dengan cara apapun. Aku juga seperti itu. Aku ingin memiliki kamu sebagai suamiku seutuhnya. Tapi satu hal yang membuat aku sadar. Aku gak bisa maksain hati kamu. Awalnya aku ingin mempertahankan kamu,tapi akhirnya aku hanya bisa memilih untuk bertahan..."akhirnya air mata Aisyah pun lolos juga. Benar-benar sesak rasanya. Bukan hanya Aisyah yang merasakan sesak di hatinya,tapi juga Arshad. Entah kenapa?

"Hiks...hiks...aku akan bertahan untuk semua ini. Membiarkan semuanya mengalir. Dengan harapan suatu saat nanti kamu bisa menerimaku. Kalau suatu saat nanti kamu benar-benar gak tahan dengan semua ini, kasih tau aku. Aku pasti akan melepaskan kamu. Karena aku gak mungkin egois,aku gak mau bahagia sendirian karena tetap mempertahankan kamu padahal kebahagiaan kamu itu adalah... Laras."ucap Aisyah menyebut nama Laras dengan susah payah.

"Ya udah sekarang mas Arshad siap-siap ya,bentar lagi maghrib. Nanti pulang dari masjid,aku siapin teh lagi. Pasti sekarang tehnya udah dingin deh. Aku ke dapur dulu,beres-beres. "ucap Aisyah lalu pergi meninggalkan Arshad yang kini mematung. Tanpa sadar,Arshad meneteskan air matanya. Setelah sekian lama dia tidak pernah menangis lagi. Sekarang dia menangis karena seorang wanita bernama Aisyah yang kini menyandang status sebagai istrinya.

Arshad memegang dada sebelah kirinya dan sedikit menekannya. Benar-benar sesak terasa.

"Ada apa denganku?"tanya Arshad.

Setelah kejadian itu,yang ada hanya keheningan. Saat makan malam,saat di kamar,semuanya hening. Tak ada yang bicara. Arshad merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan yang seperti ini.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku benar-benar sangat tidak nyaman."gumamnya tapi masih bisa di dengar Aisyah. Aisyah yang tadinya sibuk dengan ponselnya sambil bersandar di kepala tempat tidur,langsung melihat ke arah Arshad yang duduk disampingnya.

"Kalau kamu gak nyaman,aku bisa pindah ke kamar lain kok,mas."ucap Aisyah,lembut.

"Bu...bukan gitu maksud aku. Aku gak nyaman dengan suasana hening kayak barusan. Canggung rasanya."tutur Arshad.

"Sama,aku juga. Entah kenapa setelah kejadian tadi,kita jadi diam-diaman kayak gini. Ya udah kalau gitu,aku tidur duluan ya,mas. Supaya gak canggung lagi. Selamat malam."

"Malam."

Aisyah mematikan lampu tidur yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya. Lalu tertidur membelakangi Arshad setelah berdoa. Arshad hanya tersenyum melihat Aisyah yang sudah tertidur padahal baru saja dia berbaring.

"Maaf Aisyah. Aku tau betapa sakitnya perasaan kamu. Kamu terlalu baik untukku. Aku tidak pantas atas dirimu. Aku bagai seorang penjahat sekarang. Selamat tidur, ku do'akan kebahagiaan untukmu. "ucap Arshad dan memilih untuk tidur juga. Sedangkan Aisyah meneteskan air matanya dengan mata yang masih tertutup. Ya,dia mendengar semuanya.

'Mendo'akan kebahagiaan yang seperti apa? Kebahagiaan yang kamu maksud ada di tangan kamu. Kalau kamu menerimaku,itu sudah jadi satu hal yang membahagiakan untukku.' batin Aisyah.

.

.

.

Paginya,saat Aisyah sudah selesai menata nasi goreng di meja makan,tak lama setelah itu akhirnya Arshad turun dan duduk di ruang makan. Jujur saja,Aisyah merasa sedikit terkejut,dia berpikir Arshad mungkin akan langsung ke kantor seperti kemarin.

"Kamu buat sarapan apa?"tanya Arshad.

Aisyah masih belum sadar dari keterkejutannya dan hanya menatap Arshad.

"Aisyah..."tegur Arshad.

"Iya?mas tadi bilang apa?"tanya Aisyah saat tersadar dari lamunannya.

"Kamu buat sarapan apa?"ulang Arshad.

"Na...nasi goreng mas. Mas suka nasi goreng?"tanya Aisyah.

"Tergantung rasanya."jawab Arshad sambil mengangguk.

Aisyah pun mengambilkan nasi goreng untuk Arshad dan menunggu Arshad memakannya.

Aisyah terus menatap Arshad yang memasukan nasi goreng tersebut ke mulutnya. Apakah enak?batinnya.

Arshad mengernyitkan keningnya dan menatap Aisyah yang menunggu kritikannya.

"Ini kamu yang buat?"tanya Arshad.

Aisyah mengangguk antusias. "Enak ya?"tanya Aisyah.

"Yaaa yang penting masih bisa dimakan."ucap Arshad dan kembali menyantap nasi gorengnya. Aisyah yang mendengar jawaban itu,langsung lesu karena merasa masakannya tidak sesuai dengan selera Arshad.

Arshad melirik Aisyah yang juga mulai menyantap nasi gorengnya. Arshad menahan tawanya melihat ekspresi Aisyah. Aisyah terlihat tidak mood untuk makan. Seketika Arshad langsung tertawa lepas karena sudah tidak tahan lagi melihat wajah lesu Aisyah.

"Hahahah."tawa Arshad.

Aisyah menatap malas ke arah Arshad sambil mengernyitkan keningnya.

'Mas Arshad ngejek masakan aku?tega banget...' batin Aisyah.

"Aku cuma bercanda Aisyah... nasi gorengnya enak kok. Banget malah."ucap Arshad masih terkekeh.

"Bisa aja bercandanya. Oh iya,bubur kemaren gimana?"

"Enak kok. Kamu kok bisa sih bikin bubur seenak itu?belajar dari mana?"

"Mungkin karena aku sering belajar bikin bubur kali. Bubur itu adalah masakan pertama yang aku pelajari dari kecil. Aku terobsesi banget buat bikin bubur yang enak cuma untuk nyenengin hati seseorang. Tapi sayangnya waktu aku sukses bikin bubur yang enak,dia malah pergi ninggalin aku."ucap Aisyah.

"Seseorang?cowok?siapa dia?cinta pertama kamu ?"tanya Arshad yang terdengar agak sinis.

"Iya..."Aisyah mengangguk senang.

"D...dia...ganteng?"

"Banget."jawab Aisyah cepat.

Arshad langsung minum air dan berdiri dari duduknya.

"Aku selesai,nasgornya gak enak."ucap Arshad.

"Hah?! Tadi katanya..."

"Kamu kuliah hari ini?"tanya Arshad dengan dingin,menyela ucapan Aisyah.

"Iya...ta...tapi masuk kuliah siang."jawab Aisyah.

"Oh... kalau gitu aku ke kantor dulu. Assalamualaikum. "

"Wa'alaikumussalam. "balas Aisyah sambil bersalim pada Arshad.

Sepergi Arshad,Aisyah terheran dan mengerutkan keningnya pertanda sedang berpikir.

"Aku salah ngomong ya?kok tiba-tiba sikap mas Arshad beda gitu?perasaan tadi baik-baik aja,deh."gumam Aisyah.

Terpopuler

Comments

Desi Ummu Ihsan

Desi Ummu Ihsan

Ayahnya kali itu...dasar kamu ya Arshad....

2022-03-19

0

Nina Karlina

Nina Karlina

jangan di maafkan suami nggak ada ahklaknya...cerai aja Aisyah....

2021-09-26

0

~queenSenja🌅

~queenSenja🌅

hadeh aisyah udh ketawa juga eehh malah jujur ny kebangetan

2021-02-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!