Apa lagi ini ya Allah?

Aisyah duduk di ruang makan sambil menunggu Arshad yang sepertinya akan segera keluar kamar. Arshad hari ini sepertinya akan kerja. Terlihat jelas saat selesai shalat subuh tadi,Arshad mengambil baju kerjanya.

Dugaan Aisyah ternyata benar. Tak lama kemudian,Arshad keluar kamar dengan pakaian rapi. Benar-benar tampan suaminya itu.

Aisyah berdiri dari duduknya untuk menyambut suaminya,namun wajah datar suaminya itu hanya menatapnya sekilas lalu pergi begitu saja.

"Mas,sarapan dulu yuk! Aku masakin nasi goreng buat kamu."ajak Aisyah dengan lembut. Arshad berhenti dan kembali menatap dingin ke arah Aisyah.

"Gak *****."dua kata itu membuat Aisyah memaksakan senyum. Dia tau maksud suaminya itu.

"Ya udah kalau gitu hati-hati di jalan ya, mas."ucapnya lalu berjalan menghampiri suaminya. Aisyah mengambil pelan tangan suaminya dan menciumnya. Tak lama,Arshad langsung menarik lagi tangannya.

"Assalamualaikum. "ucap Arshad lalu pergi meninggalkan Aisyah.

"Wa'alaikumussalam. "jawab Aisyah namun diam-diam dia mengikuti suaminya hingga depan pintu.

Arshad memasuki mobilnya,namun terheran melihat kotak makan di kursi samping kemudi.

"Kotak makan?"tanyanya pada diri sendiri. Namun dia menyadari sesuatu. Dia langsung menoleh ke pintu rumah yang kini terlihat seorang perempuan dengan balutan hijabnya sedang tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. Manis memang senyum itu. Arshad pun sempat tertegun namun dengan cepat dia hilangkan pikirannya itu.

Arshad langsung meninggalkan rumah tanpa mempedulikan lagi Aisyah yang masih tersenyum padanya. Setelah mobil Arshad meninggalkan rumah,senyum Aisyah makin lama makin pudar. Setetes air mata pun jatuh.

Aisyah pun langsung kembali ke dalam untuk sarapan. Hari ini mungkin akan lebih baik jika dia pergi kuliah. Hitung-hitung untuk mengalihkan fokusnya pada masalah rumah tangga yang baru dijalinnya ini.

.

.

.

Setiba di kantor. Arshad sama sekali tidak fokus pada pekerjaannya. Fokusnya kini masih tertuju pada kotak makan yang ada di mejanya. Rasa penasarannya memuncak dan dia memutuskan untuk membuka kotak makannya.

Baru saja membuka kotak makan itu,wangi makanan itu membuat ***** makannya memuncak. Dia melihat bubur ayam kesukaannya. Senyum pun terbit di wajahnya. Namun tiba-tiba dia ingat siapa yang membuat bubur ini. Raut wajahnya pun berubah lagi menjadi dingin. Namun dia melihat sebuah kertas yang tertempel di sisi kotak makan itu.

'Aku tau kamu gak akan mau sarapan di rumah. Jadi aku buatin bubur ayam buat kamu. Ummi bilang bubur ayam itu makanan favorit kamu. Semoga kamu suka,ya. Tapi kalau kamu gak mau makan bubur itu,gak apa-apa kok. Asalkan jangan di buang. Mendingan kasih ke karyawan atau teman kamu aja. Selamat kerja.'

Arshad kembali memandang bubur itu setelah membaca kertas itu.

"Wah, bau apaan nih?enak bener."gumam Rio,asisten sekaligus sahabat Arshad. Arshad pun menatap Rio.

"Wah,bubur ayam... kok gak lo makan? Enak nih pasti."ucap Rio lagi.

"Gak ***** makan gue. Kalau mau ambil aja."tawar Arshad. Terlihat binar bahagia di wajah Rio mendengar itu.

"Lo serius?tumben mau bagi-bagi bubur ayam. Biasanya lo makan sendiri."ucap Rio yang masih kurang yakin.

"Iya... mau atau enggak?gue kasih juga nih lama-lama sama yang lain. Bawel banget lo."cetus Arshad.

"Ya udah deh,buat gue nih ya."ucap Rio sambil mengangkat kotak makan itu dari meja milik Arshad. Namun sambil terangkatnya kotak makan itu,wajah Arshad juga ikut terangkat bahkan lehernya pun ikut memanjang dengan mata tetap tertuju pada bubur yang lama kelamaan semakin menjauh.

Ada rasa heran,lucu dan iba melihat Arshad yang seperti itu. Rio menggigit bibir bawahnya menahan tawa melihat kelakuan sahabatnya itu.

"Itu leher lo gak sakit kayak gitu?"tanya Rio dan langsung membuat Arshad mengatur posisi duduknya menghadap laptopnya. Pura-pura fokus kerja.

"Gue cuma peregangan leher aja. Udah sana makan!"perintah Arshad beralasan. Rio sudah dewasa untuk menyadari alasan konyol sahabatnya itu. Dasar Arshad.

"Ya udah kalau gitu. Gue makan nih ya."goda Rio dan duduk di sofa ruangan itu. Rio menghirup wangi bubur yang benar-benar sangat lezat itu. Lalu mengambil sendok dan mulai menyantap bubur itu. Suapan pertama membuat senyum lebar tertera di wajahnya. Bubur itu benar-benar enak.

Itu semua tentunya tidak luput dari pandangan Arshad. Arshad kini sudah menggigit bibir bawahnya sambil menahan rasa inginnya untuk mencicipi bubur itu. Kini dia benar-benar menyesalinya karena terlalu gengsi untuk memakan bubur itu. Dia benar-benar menyesal sekarang.

Ya Allah, kini bolehkah jika dia berharap agar bubur itu kembali padanya?

"Lo gak berencana untuk pergi honeymoon ? Ke Jepang?ke Paris atau ke Korea mungkin?"

Arshad menghela nafas kasar,"gua gak kepikiran untuk honeymoon sekarang. Lo tau sendirilah kerjaan gue numpuk dan gak bisa di tinggal."bohong Arshad. Padahal memang dia tidak ingin pergi.

"Apa gunanya gue kalau gak bisa bantu bos ? Lagian juga lo ada-ada aja baru aja semalam nikah,sekarang udah kerja aja."

Arshad hanya menggidikkan bahu. Rio pun juga ikut tak peduli dan kembali memakan bubur.

TOK

TOK

TOK

Fokus Arshad teralih pada pintu ruangannya yang di ketok. Begitu pun dengan fokus makan Rio.

"Masuk!"perintah Arshad.

Tak lama,seorang wanita yang lumayan cantik masuk ke dalam ruangan. Dia adalah salah satu karyawan Arshad.

"Ada apa Jessica?"tanya Arshad.

"Saya ada perlu dengan Pak Rio,pak." jawab Jessica.

"Ada apa?"tanya Rio.

"Ada yang mencari bapak dan sedang menunggu di ruangan bapak."

"Ok saya ke sana sekarang."ucap Rio lagi dan berjalan ke pintu. Namun langkahnya terhenti sejenak sambil memandang Arshad.

"Tolong jagain bubur gue bentar ya. Gue gak lama kok."pinta Rio.

'Enak aja bilang itu bubur lo. Itu bubur gue kali.'ucap Arshad membatin.

"Iya gue jagain. Lo tenang aja."ucap Arshad,lalu Rio pergi meninggalkan ruangan Arshad. Senyum Arshad pun melebar seraya mendekati sofa. Di lihatnya bubur ayam yang kini tinggal separuh. Namun tidak masalah. Yang penting dia bisa merasakan bubur itu. Seenak apa sih sebenarnya,sampai-sampai Rio begitu memujinya?

Ternyata Allah benar-benar mendengar doanya hingga dia bisa mendapatkan kembali bubur ayamnya.

Arshad melahap bubur itu. Baru sendok pertama. Arshad tertegun. Bubur itu benar-benar enak. Entah karena lapar atau memang enak. Tapi itu tidak penting. Yang penting sekarang adalah dia harus melahap bubur itu hingga habis sebelum Rio kembali. Jujur saja,dia merasa seperti pencuri sekarang padahal bubur itu memang miliknya. Eh masih miliknya tidak ya?kan sudah dia berikan tadi. Ah,bodo amat.

○●○●○●

Aisyah berjalan menyusuri halaman kampus sambil menatap sekitarnya. Berharap menemukan sahabatnya,Alika Rahardi. Tapi kenapa tidak ketemu juga?batinnya.

"Aisyah!!!"teriakan suara cempreng itu mengalihkan pandangan Aisyah dan membuat Aisyah menatapnya.

Dia Alika yang sejak tadi di carinya. Alika berlari menghampiri Aisyah.

"Kamu ku...kuliah?"tanyanya dengan nafas tersengal.

"Assalamualaikum..."salam Aisyah sambil tersenyum.

"Wa'alaikumussalam... sorry lupa ucapin salam tadi."ucap Alika.

"Gak apa-apa. Yang penting lain kali biasakan salam dulu..."

"Iya...kamu kok udah kuliah sih?baru aja kemaren kamu nikah."

"Aku...bosan aja di rumah. Lagian mas Arshad harus ke kantor karena ada yang harus di urus. Jadi aku kuliah deh."

"Ohhh kalau tadi malam gimana?"tanya Alika yang Aisyah tau bahwa pertanyaan itu bertujuan untuk menggodanya.

"Apaan sih?udah deh jangan bahas itu. Aku minta sama kamu jangan bilang sama siapa pun tentang pernikahanku."pinta Aisyah. Alika bingung dan mengerutkan keningnya.

"Emangnya kenapa?kamu masih belum siap melepas masa lajang kamu?"tanya Alika yang tentu saja merasa aneh dengan ucapan Aisyah.

Sedangkan Aisyah berpikir keras untuk mencari alasan. Apakah dia harus jujur tentang rumah tangganya? Tentu saja dia ingin semua orang tau bahwa dia sudah memiliki pendamping hidupnya. Namun apa daya jika suaminya tidak menginginkan itu.

"Aku...cuma gak pengen jadi bahan gosip aja. Kamu kan tau sendiri gimana anak kampus kalau bergosip. Jadi buah bibir itu gak enak."elak Aisyah.

"Alasan kamu konyol tau gak. Apa yang salah dengan pembicaraan kalau kamu sudah menikah?justru kalau mereka tau kamu udah nikah,cowok -cowok gak akan ada yang macam-macam sama kamu di kampus."

"Ih kamu tuh ya,udah turutin aja kata aku apa susahnya sih?udah ah,aku mau ke kelas aja."Aisyah langsung pergi meninggalkan Alika di sana yang masih terlihat bingung. Dia tau bahwa Aisyah sedang menutupi sesuatu darinya. Tapi apa? Kepo nya Alika sekarang kumat karena sikap aneh Aisyah.

.

.

.

Rio kembali ke ruangan Arshad dan melihat bahwa bubur itu sudah lenyap tanpa sisa. Satu-satunya orang yang ada di sana saat dia pergi tadi hanya Arshad. Sedangkan tersangka utama sekarang malah terlihat fokus pada pekerjaannya. Entah memang fokus atau pura-pura fokus?

Arshad menyadari ada sorotan mata tajam yang tertuju padanya lalu membalas tatapan itu.

"Kenapa? Ada yang salah?"tanya Arshad dengan tampang wajah tanpa dosanya.

"Lo yang habisin bubur gua ya?"tanya Rio mengintimidasi.

"Asal nuduh aja lo. Buat apa gue makan bubur sisa?lo kira gua gila apa?paling juga itu kucing yang ngabisin. So'uzon mulu lo."cetus Arshad.

"Kucing apaan?dari dulu sampai sekarang gua gak pernah lihat ada kucing di kantor. Kucing berjas maksud lo?Ar,nih ya kalau lo gak ikhlas ngasih bubur itu ke gua,bilang aja. Gak usah bohong. Kalau gini kan bubur gua gak jadi masuk perut semua."

"Masih aja nuduh gua. Bukan gua yang ambil. Ralat ya,itu bubur punya gua. Bukan lo. Udah sana balik kerja!ganggu konsentrasi gua aja lo."

"Ok. Kalau gitu gua balik kerja dulu. Tapi hati-hati ya,nanti hidung lo pesek baru tau rasa lo karena bohong."ucap Rio sambil berlalu pergi.

"Dimana-mana panjang kalau bohong!dasar..."teriak Arshad.

Ponsel Arshad berbunyi. Itu dari seseorang. Saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya, Arshad tersenyum dan langsung mengangkat teleponnya.

"Halo sayang. Ada apa?tumben nelepon."tanya Arshad pada lawan bicaranya.

"Aku pengen ketemu sama kamu."ucap orang diseberang sana langsung to the points.

"Loh,kok tiba-tiba?"

"Ada yang mau aku omongin sama kamu. Tapi gak bisa di telepon. Kamu bisa kan?"

"Bisa sih. Tapi aku masih ada kerjaan sekarang. Gimana kalau nanti aja pas makan siang?kita ketemuan di cafe tempat biasa,ya."

"Ya udah kalau gitu. Kamu yang semangat ya kerjanya. See you ..."

"See you..."

Arshad kembali fokus pada pekerjaannya. Bertemu dengan orang terkasih memang semangat baru untuknya.

.

.

.

Aisyah dan Alika pun keluar setelah kelas selesai. Mereka memutuskan untuk ke cafe. Jujur,Alika masih kepo dengan sahabatnya ini. Dia yakin ada yang ditutupinya. Dan semoga di cafe nanti Aisyah mau cerita semuanya.

Mereka pun sampai di cafe milik teman mereka. Kesha namanya. Dan kini mereka bertiga duduk di tempat yang agak pojok. Alika sengaja,supaya nanti Aisyah lebih nyaman curhatnya.

"Ih,udah lama loh kalian gak ke sini. Aku kan jadi kangen. Aku juga udah seminggu cuti kuliah."lirih Kesha.

"Kangen apaan?kemaren kan kita ketemu di nikahannya Aisyah."cetus Alika.

"Maksudku kangen ngumpul bareng gini loh Alikaku sayang..."timpal Kesha.

"Makanya yang jelas."balas Alika lagi.

"Syah,gimana mas Arshad?"tanya Kesha.

"Alhamdulillah dia sehat."jawab Aisyah sekenanya.

"Bukan itu,dia orangnya romantis gak?"tanya Kesha lagi.

"Romantis kok."jawab Aisyah terlihat ragu dan membuat Kesha menatapnya bingung.

"Cuma...cuma belum apa aja... apa namanya... belum begitu romantis aja. Mungkin karena masih baru atau gimana gitu..."sambung Aisyah karena menyadari tatapan kedua sahabatnya.

"Kamu ada masalah?"tanya Kesha.

Aisyah pun langsung membulatkan matanya menatap Kesha.

"Benar kan?kamu juga ngerasa ada yang disembunyikan Aisyah kan?dari tadi tuh aku memang ngerasa ada yang aneh tapi dia gak mau ngomong apa pun sama..."

"Shut! Kamu tuh cerewet banget tau gak. Kita ngomong baik-baik aja. Gak harus dipaksain."cetus Kesha memotong omongan Alika lalu kembali menatap Aisyah yang kini tengah menunduk. Tak mempedulikan Alika yang kini menggerutu tak jelas.

"Syah,kamu gak apa-apa kan?cerita dong syah kalau ada masalah..."tanya Kesha lembut.

"Aku baik-baik aja kok..."jawab Aisyah tersenyum palsu. Seperti dipaksakan.

"Syah,kamu itu bukan pembohong. Jadi jangan berusaha bohong sama aku."ucap Kesha.

"Benar. Jangan kayak gini..."timpal Alika yang sudah fokus lagi.

Aisyah semakin menunduk dan terisak kecil.

"Cerita syah ke kita... kita ini sahabat kamu."ucap Alika.

"Kita sahabat."tambah Kesha meyakinkan.

"M...mas...mas Arshad gak terima dengan pernikahan ini. Dia gak mau nganggap pernikahan ini dengan serius."ucap Aisyah dengan terisak.

"WHAT!?"tanya Alika dan Kesha terkejut.

"Gak...gak terima gimana maksud kamu?"tanya Alika.

Aisyah pun menceritakan semua yang terjadi tadi malam kepada kedua sahabatnya. Bahkan sesekali Alika dan Kesha pun ikut meneteskan air matanya. Begitu berat yang di alami Aisyah. Kenapa sahabat mereka ini bisa mendapatkan cobaan seperti ini? Ini bukanlah cobaan yang bisa dengan mudah di lewati dan diselesaikan. Karena ini tentang pernikahan.

"Aku bakal bikin perhitungan sama dia. Bisa-bisanya dia memperlakukan kamu kayak gitu. Kalau emang dia gak setuju dengan pernikahan ini,seharusnya bilang dari awal."gerutu Alika.

"Mas Arshad benar-benar keterlaluan."ucap Kesha.

"Sekarang aku mohon sama kalian jangan lakuin apa pun. Insyaallah aku akan menyelesaikan masalah ini dengan cara aku. Kalian cukup dukung aku aja."ucap Aisyah.

Alika dan Kesha mengangguk pelan. Masih berat rasanya untuk tidak ikut campur. Karena ini benar-benar akan membuat Aisyah menderita. Tapi mau bagaimana lagi, Aisyah lah yang minta mereka untuk tidak ikut campur. Yang pasti mereka akan selalu menjadi pendukung dan penyemangatnya yang berada digaris depan.

"Ya udah,tapi kalau kamu udah gak sanggup lagi,aku dan Alika siap untuk bantu kamu apa pun itu."

"Makasih. "ucap Aisyah sambil menggenggam kedua tangan sahabatnya.

Tak lama,dia melihat seorang pria tampan masuk ke cafe seperti mencari-cari sesuatu atau lebih tepatnya adalah seseorang. Senyum merekah pun ditampilkan pria itu saat menemukan orang yang dicarinya. Pria itu adalah Arshad yang tengah menghampiri seorang wanita cantik dengan pakaian sopan namun tanpa hijab. Seketika hati Aisyah bergetar dan terasa sesak.

'Apa lagi ini ya Allah.?' batin Aisyah.

Terpopuler

Comments

Desi Ummu Ihsan

Desi Ummu Ihsan

Agak mirip dengan Aisyah novel satunya....bedanya Aisyah yang itu anak bungsu seorang Kyai...
semoga Aisyah bisa menyelesaikan masalah rumah tangganya segera

2022-03-19

0

Naelly

Naelly

Mau nnya nih Thor..sbenar'a di bab 2 ini nama asst. plus sahabat'a Arshad..Rio or Alex??ato cm sekedar typo😊🙏

2021-03-28

1

~queenSenja🌅

~queenSenja🌅

ya allah tega bgt

2021-02-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!