Cemburu tuh bilang!

Aisyah selesai menata sarapan di meja makan dan pergi ke kamar untuk memanggil Arshad. Hari ini adalah hari libur,jadi Arshad tidak ke kantor.

Saat memasuki kamar,ternyata Arshad masih tidur pulas sambil memunggunginya,dengan selimut yang bahkan sudah berada di lantai. Aisyah geleng kepala melihat itu namun masih dengan senyum manis di bibirnya.

Aisyah mendekat dan menepuk pelan bahu Arshad,"Mas,bangun! Sarapan, yuk! Aku udah buatin bubur ayam kesukaan kamu."

"Ergh, apaan sih? Aku ngantuk,nih! Hari ini libur."sahut Arshad dengan mata setia tertutup dan suara serak khas bangun tidur.

"Yang bilang hari ini kerja siapa? Aku cuma bilang ayo bangun dan sarapan! Aku buatin bubur ayam tuh!"

"Ish,dibilangin juga,aku tuh ngantuk, Aisyah. Lagian aku gak percaya kamu bisa bikin bubur. Pasti gak enak."

Aisyah memukul pelan lengan Arshad,"eh, enak aja bilang gak enak. Itu bekal bubur yang waktu itu kamu makan di kantor,kan aku yang bikin."

"Paling juga beli. Bohong kan kamu?"

"Enak aja,aku yang bikin itu."

"Heh, prett!"

"Eh,mas udah bangun,kan? Kalau gitu ayo duduk! Buka tuh mata! Udah bangun gitu,masih aja matanya ditutup."

"Aku belum bangun."

"Terus kok bisa menyahut?"

"Mengigau."

Aisyah terkekeh,"Gak usah bercanda! Ayo bangun! Kita makan bubur kesukaan kamu."

"Pasti gak enak."

"Ish,dibilangin juga dari tadi. Enak kok. Aku belajar bikin bubur dari kecil..."

Aisyah terdiam dan tersenyum jail. Sesuatu terlintas di pikirannya.

"Kan aku udah pernah bilang kalau aku belajar bikin bubur ayam itu untuk dia. Ih,coba aja kalau dia nyobain bubur buatan aku. Pasti aku bakal senang banget. Bahagia karena ternyata usaha aku belajar bikin bubur selama ini gak sia_"ucapan Aisyah terpotong saat Arshad berbalik dan menatapnya dengan kesal.

Aisyah menatapnya dengan bingung.

"Kenapa?"tanya Aisyah dengan wajah sok polosnya.

"Stop omongin cowok mesum itu!"

"Dia gak mesum."

Arshad langsung duduk menghadap Aisyah dengan rambutnya yang acak-acakan,"Ngeyel banget sih dibilangin suami. Kualat nanti! Harus nurut sama suami."

"Kamu juga dosa loh fitnah orang sembarangan. Aku yang kenal dia dari kecil bahkan bunda sama ayah juga kenal. Dia cowok baik dan akan tetap jadi yang terbaik buat aku."

Arshad semakin kesal,rahangnya mengeras dan matanya menatap Aisyah dengan tajam. Aisyah masih terlihat tenang bahkan menatap Arshad dengan wajah tanpa dosanya.

Melihat respon Aisyah,membuat Arshad semakin kesal dan langsung kembali merebahkan tubuhnya membelakangi Aisyah. Jujur saja ada yang terasa sedikit aneh baginya saat dia bersikap seperti seorang suami yang sedang cemburu. Padahal dia yakin bahwa dia tidak mencintai Aisyah,namun sikapnya ini sangat tak wajar menurutnya. Cemburu kah dirinya? Tidak,dia tidak cemburu. Arshad terus meyakinkan dirinya,walau entah kenapa hatinya terus menolak keyakinan itu.

"Loh,kok malah tidur lagi? Bangun,dong!"rengek Aisyah.

"Gak."

"Kok gitu? Itu nanti buburnya keburu dingin itu..."

"Bodo."

"Yakin?"

Tak ada sahutan lagi dari Arshad dan membuat Aisyah mengangguk paham. Ada satu cara lagi. Entahlah,dia juga tak yakin akan berhasil.

"Ya udah kalau gitu."

Aisyah beranjak dari kamar dan kembali ke meja makan. Arshad sedikit menegakan kepalanya dan melongo melihat respon Aisyah yang terkesan tak peduli.

"Cuma gitu aja? Gak mau bujuk lebih keras lagi,gitu? Ish,gak peka banget jadi istri. Ish,durhaka."gerutu Arshad dan kembali merebahkan kepalanya sembari menendang-nendang selimut yang sudah diletakan kembali di kasur oleh Aisyah.

Sekitar beberapa menit kemudian,Aisyah kembali ke kamar dan menghampiri Arshad yang masih ngedumel tak jelas sembari membelakanginya. Aisyah tersenyum.

Mata Arshad terbuka saat mencium bau yang tak asing baginya. Dengan cepat dia berbalik menatap Aisyah yang sekarang sedang memegang sesendok bubur. Arshad langsung bangun menatap bubur itu.

"Gimana? Masih mau nolak?"tanya Aisyah dengan senyum meledek.

Arshad duduk sambil berdehem berusaha menghilangkan gengsinya,"Ini sebenarnya karena aku menghargai kamu aja. Makanya aku mau bangun. Kalau enggak,aku males banget."ucap Arshad yang terdengar beralasan.

"Hm,alasan. Sana cepat mandi,terus turun!"suruh Aisyah.

"Gak usahlah,di sini aja_"ucapan Arshad terpotong saat tak melihat mangkuk bubur di tangan Aisyah. Yang ada hanya sesendok bubur.

"Buburnya kok cuma itu?"tunjuk Arshad dengan dagunya.

"Kalau mau,ke bawah."

"Ish,di sini aja. Bawa ke sini buburnya!"

"Enggak ah,gak boleh makan di kamar."ucap Aisyah sembari berjalan meninggalkan Arshad.

"Kata siapa?!"tanya Arshad sedikit teriak.

"Aku!!"balas Aisyah dari pintu dan memakan bubur yang di sendok tadi dengan kasar. Lalu benar-benar meninggalkan Arshad yang sudah sangat kesal. Dengan langkah malas,Arshad turun dari kasur,menyambar handuknya dan masuk ke kamar mandi.

<><><>

Selama sarapan,Arshad terus menatap garang ke arah Aisyah sembari memasukan bubur ke dalam mulutnya dengan kasar. Sedangkan yang ditatap,memilih untuk tidak peduli dan memakan buburnya dengan tenang sambil memainkan ponselnya. Ia kini sedang melihat chat dari kakak sepupu lelakinya yang waktu itu sempat menghubungi, namun tak sempat diangkat.

Tak lama,terdengar dering ponsel,itu berasal dari ponsel Arshad yang tergeletak di meja makan. Arshad melirik sekilas layar ponselnya yang memaparkan nama Laras di sana. Ada rasa malas untuk mengangkatnya,tapi sesuatu terlintas di otak pintarnya.

Arshad melirik Aisyah dengan senyum miring. Aisyah pun juga melirik Arshad yang kini menggenggam ponselnya dengan raut wajah penasaran.

Siapa? - batin Aisyah.

Arshad mengangkat telepon itu dan menempelkan ponsel itu di telinganya.

"Halo,assalamu'alaikum,SAYANG..."ucap Arshad menekankan kata 'sayang' itu sembari melirik Aisyah yang kini mengernyit tak suka.

"Apa? Kamu kangen? Aku juga..."

"Iya,aku juga pengen ketemu kok sama kamu."

"Boleh,mau ketemuan dimana? Kebetulan weekend, nih."

"Apa? Mau nonton? Boleh..."

Arshad terus bicara sesekali melirik Aisyah yang kini menatapnya sebal.

Kapok! Cemburu,kan? Rasain! - batin Arshad.

"Ok,kalau gitu nanti aku jemput kamu,ya."

Drrt drrt

Kini ponsel milik Aisyah pun berdering. Seketika wajahnya yang tadi kesal berubah sumringah melihat nama yang tertera dilayar ponselnya. Ok,kini keadaan berubah. Arshad lah sekarang yang penasaran.

Siapa? - batin Arshad.

"Halo,assalamu'alaikum. Apa kabar,kak?"

"Udah lama loh kita gak ketemu. Acha kangen."

"Maaf kak,karena waktu itu gak sempat angkat telepon kakak. Lagi sibuk banget soalnya."

"Ketemuan? Emang kakak udah di Jakarta sekarang?"

"Kapan pulangnya? Kok gak ngabarin?"

"Oh, jadi waktu itu nelphon mau ngabarin toh. Ya udah kalau gitu Acha mau kok ketemuan. Dimana tapi?"

"Ohh,ok kalau gitu nanti sore kita ketemu di sana. Ok,bye! See you!"

Aisyah mengakhiri panggilannya dan bangkit sambil membawa mangkuk kotornya. Sedangkan Arshad, dia kesal sambil menatap Aisyah yang terlihat biasa saja. Bahkan pembicaraan tadi terdengar natural, tak ada kesengajaan dari Aisyah untuk membuatnya cemburu(?) Tunggu! Cemburu? Bukan,bukan cemburu. Tapi kesal... mungkin(?)

'Argh,bodo amatlah. Tapi,tadi siapa,ya? Apa tadi cowok yang sering di omongin Aisyah?' batin Arshad.

Tapi masa,sih? - batin Arshad lagi.

"Arshad!" teriakan itu berasal dari ponsel Arshad. Ternyata sangking penasarannya dengan orang yang menghubungi Aisyah,dia sampai lupa kalau panggilan Laras masih belum terputus.

"Eh,iya? Maaf maaf,tadi aku ngambil minum dulu. Ya udah,nanti kita ketemu tempat biasa,ya. Dah,sayang. Assalamu'alaikum."Arshad langsung memutuskan panggilannya dan menyusul Aisyah membawa mangkok bekas buburnya.

Aisyah yang melihat kedatangan Arshad,langsung mengambil alih mangkok tersebut dan mencucinya. Arshad masih menatap Aisyah. Bukan tatapan kesal,namun tatapan ragu. Ia ingin bertanya tentang penelpon tadi,namun gengsi.

Arshad berdehem,"Si_siapa tadi?"

"Kenapa emang? Apanya yang siapa?"bukannya menjawab,Aisyah malah balik bertanya.

"Itu... yang tadi itu..."jawab Arshad ragu.

Aisyah yang sudah selesai mencuci piring langsung menghadap Arshad yang terlihat gugup.

"Udah biarin aja,suami kamu itu lagi cemburu. Nanti juga baik sendiri..."

Ucapan ummi waktu itu tiba-tiba terlintas diingatannya. Apakah benar kalau Arshad cemburu? Rasanya itu adalah hal yang tidak meyakinkan.

Aisyah menghela nafas,"Kalau cemburu tuh bilang!"ucap Aisyah yang membuat mata Arshad membulat.

Arshad terdiam. Benarkah dirinya sedang cemburu? Tidak,tidak mungkin.

"Ge-er."satu kata itu keluar dari mulut Arshad yang kini memilih pergi dari sana. Aisyah hanya diam dan menggidikan bahu acuh.

Terpopuler

Comments

~queenSenja🌅

~queenSenja🌅

gengsi ny Kebangetan

2021-02-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!