BAB 1 - Ketakutan

Fajar pagi hadir menemani hari indah itu. Udaranya sangat sejuk dan segar, diiringi suara kicauan burung yang bernyanyi dengan merdu sepanjang harinya.

Hari ini,kedua gadis yang telah beranjak remaja, berangkat ke sekolah dengan kendaraannya yang diberikan kedua orangtuanya.Mereka adalah Nana dan Yuka, sepasang kakak dan adik dari keluarga Kasseila.

Keduanya memiliki paras yang sama-sama cantik, namun mereka memiliki perbedaan yang mendasar. Nana adalah seorang kakak yang sangat khawatir dan peduli terhadap sesuatu hal kecil, sedangkan Yuka merupakan pribadi yang selalu menganggap mudah sesuatu.

"Yuka! Ingat ya, kunci motor akan kakak serahkan ke Mama,kalau kamu melanggar janjimu sendiri!" kecam Nana kepada adiknya.

"Ah iya, akan kuusahakan, " ucapnya sambil memakai helm full face miliknya yang berwarna hitam sehingga menambah kekontrasan antara warna merah motor sportnya dan hitam jaket yang dikenakannya.

Keduanya tidak berangkat bersama menggunakan satu kendaraan, karena setiap pulang sekolah, Nana selalu menyempatkan diri untuk pergi kursus bela diri terlebih dahulu. Sedangkan, Yuka harus pergi untuk kursus kecantikan dahulu.

Mulanya, perjalanan itu seperti janji Yuka untuk berkendara seperti aturan yang berlaku. Namun, sesuatu bodoh apa yang melintas di dalam benaknya. Tiba-tiba, gadis itu menaikkan kecepatan motornya dan memasuki jalan tikus di sekitar daerah tersebut.

"Ah! Ada apa lagi dengan anak itu!?" geram Nana dalam hatinya.

Saat itu, Yuka sudah tak tampak lagi dalam pandangan Nana. Gadis itu hilang bak ditelan bumi. Nana pun mempercepat kecepatan mobilnya, hingga ia tiba di sekolah tepat waktu.

...***...

"Liat tuh,akhirnya Yuka sayangku datang ke sekolah,hehe." Kata Dio siswa kelas 12 yang berdiri di sebelah Yuka.

Laki-laki itu adalah kepala geng motor di sekolah tersebut. Sering pula, pria menyebalkan ini membuat kasus dan sampai-sampai mendapatkan surat peringatan dari sekolah. Dio menghampiri Yuka yg hendak mengganti jaket dan celananya ke toilet.

"Pagi manis~" sapa Dio yg mencubit pipi Yuka secara lancang.

"Apa sih?? Minggir!! Gak ada waktu buat ngomong sama Lo!!" Kata Gadis belia itu sambil mendorong tubuh gagah Dio yang mendekatinya.

Tiba-tiba Dio mengecup leher Yuka dan Gadis itu secara reflek menampar pipi Dio.

//PLAK PLAK //

Tamparan tersebut membekas di pipi Dio yang mulus itu. Terasa sangat panas dan memerah.

"Hey! Sayang-sayang, Aku perlu merobekmu rasanya!!" ucap pria yang menjadi naik pitam akibat tamparan yang diberikan Yuka.

Dio langsung menarik paksa tangan Yuka dan membawanya ke gudang belakang sekolah. Pagi itu memang sekolah belum cukup ramai, hanya ada beberapa murid saja yang sudah sampai.

♤♤♤♤♤

Nana memarkirkan mobilnya terlebih dahulu dan keluar dari mobil. Nana sempat melihat pria yang sama tampannya dengan Stevan. Siapa lagi kalau bukan Alex yg menjadi santapan para wanita centil, terutama Marta yg berambut pirang dan panjang.

Menurut Nana, wanita tersebut berpacaran dengan pria tampan dan kaya raya hanya untuk dijadikan sasaran kegilaan harta dan untuk dipamerkan di akun media sosial miliknya.

Terbilang kalangan menengah ke atas. Akan tetapi, gadis berambut pirang tersebut sangat iri dengan adiknya Nana yg mendapat julukan, "Gadis Pujaan Sekolah"

Dari Jauh Nana melihat Alex yg lengannya dipegang paksa oleh Marta. Pria itu berusaha melepaskan pegangan itu. Alex memang sangat dingin dan pendiam. Namun, sebenarnya bukan karena semata-mata, Ia ingin jual mahal pada dirinya tapi mungkin karena merasa kesepian dan risih dengan mahluk sosial yang menyebalkan seperti, Marta.

Alex juga merupakan teman dekat Stevan. Mereka sering berkolaborasi juga dalam hal apapun, kecuali ulangan harian dan ujian sekolah.

Nana agak sedikit terganggu melihat pemandangannya pagi itu. Nana melihat sekeliling dan hendak mencari Yukarin, adiknya.

Ternyata, Yuka sudah sampai di sekolah lebih dahulu. Motor sport merah miliknya sudah terparkir di area parkir motor. Namun, Nana tak menemukan primadona sekolah itu.

"Yuka dimana ya? Biasanya dia suka baca buku di taman ini dikarenakan agak sunyi dan dia bisa fokus juga. Apa dia di toilet ya atau di kantin? Perasaanku kok gak enak ya?" Batin Nana menjadi penasaran dengan keberadaan adiknya yang tak nampak batang hidungnya dan gusar hatinya.

♤♤♤♤

"Arrggghh, kamu jangan macem-macem ya, Dio!!! Lepaskan tanganku!!" Teriak Yuka yang sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman pria gila itu.

"Tidak semudah itu. Hahahahaha, Aku perlu menghukummu dengan beling ini. Dasar tak tau diri!!" Hadrik Dio kepada Yuka.

// PLAK //

Dio menampar pipi kiri Yuka, mata gadis itu berkaca-kaca dan mulai menitikan air mata. Selama ini Yuka selalu bergantung pada kakaknya, sehingga ia menjadi kuat dan tak pernah menakuti hal konyol yang akan menimpanya dirinya pagi itu.

"Kakak, tolong aku.." Gumam Yuka dalam hati yang lirih.

Air mata itu bagaikan bendungan air yang siap meledak dan tak sadar, air mata tersebut membasahi pipi Yuka.

Dio mulai menggoreskan beling pada kulit putih tangan Yuka dan ia mulai merintih kesakitan, "Aw, Sa-sakit!"

"Kamu pikir perasaanku gak sakit apa?! Hah?!" Kata-kata Dio mirip seperti penjahat yang ingin sekali menghancurkan jiwa gadis itu.

"Dio, ma-maaf" Kata Yuka yang memohon maaf dan merasa kesakitan dengan luka yang baru saja digoreskan oleh Dio.

Gadis malang itu menangis tersedu-sedu dan didalam hatinya, ia berharap ada yg menolongnya dari alam neraka ini.

"Kamu telat, sayang!!" Kata Dio yang membentak Yuka.

Pria gila itu mengikat kedua tangan Yuka yang telah tergores beling dan menutup mulutnya dengan lakban hitam yg amat rekat.

Setelah itu, ia meninggalkannya sendirian di gudang tersebut. Ia juga mengunci gudang tersebut.

Posisi gudang tersebut jauh dibelakang sekolah dan berada di lantai dasar.

♤♤♤♤♤♤♤

"Yuka dimana sih?? Kok gak ada di toilet??" Kata Nana dalam hati sambil terus berjalan menelusuri ruangan yang berada di dekat taman sekolah itu.

"Apa Yuka di perpustakaan?? Dia kan suka banget kembaliin buku yang dia pinjam di perpustakaan pagi gini juga." Kata Nana sambil berjalan menuju perpustakaan sekolah dengan tergesa-gesa.

Nana disambut manis dengan Stevan yang kebetulan baru saja keluar dari perpustakaan,

"Eh, Na?? Kamu kok kebingungan gitu??"

"A-anuu..eee" Nana ragu-ragu mengatakannya. Namun, gadis periang itu berpikir tidak ada salahnya memberi tau sahabat lamanya itu.

"Kamu ada liat Yuka gak di perpustakaan tadi?" Nana sungguh berharap Yuka ada di sana. Sayangnya, secara realita Yuka tidak ada di sana.

"Gak kok gak ada, memangnya dia kemana??" Balas Stevan kepada Nana.

Gadis itu mulai menceritakan urutannya sampai ia sampai di sekolah, "...jadi, gitu ceritanya..." Nana tertunduk dan merasa putus asa tidak menemukan Yuka.

"Gitu ya, kita cari di kelasnya, barangkali dia ada di kelasnya." Kata Stevan sambil membantu Nana berdiri dan mengelus pundaknya, bermaksud untuk menenangkan perasaan Nana.

"Aku takut Yuka gak ada di kelasnya.." Wajah Nana mulai memucat, tangannya dingin dan tampaklah perasaan semakin cemas dari sang kakak yg tak kunjung jua menemukan adiknya.

"Optimis ya.." Kata Stevan sambil berjalan memegang bahu Gadis itu yang bermaksud menenangkan emosinya saat itu.

Saat berjalan, banyak perempuan lain yg terlihat sangat iri. Mereka mulai membicarakan Nana dan Stevan saat jalan bersama.

"Dasar kecentilan! Beraninya dekat-dekat sama Stevan dan juga Alex nanti?! Awas saja!" Kata Kayla yg merupakan teman sekelas Yuka.

"Dasar dedemit!" Ucap ketus Cella.

Tiba-tiba tubuh Nana kaku dan terhenti berjalan. Stevan menyadari bahwa kata-kata kedua anak perempuan yang berdiri di belakang mereka tadi menyakiti hati Nana.

Pria tampan itu berjalan mendekati Kayla dan Cella, kedua wanita yg memiliki badan kurus.

"Kau berdua, daripada badan kalian kurus lebih baik mulut kalian digunakan untuk makan ya! Oia satu lagi, stop ganggu Nana atau kalian berdua akan tau akibatnya! Kalian hanya wanita rendahan!" Kata-Kata Stevan tadi membuat Kayla menangis dan Stevan langsung menjawab dengan ketus, "Baru itu aja nangis? Dasar mental sampah! Gak ada bedanya ya?"

Nana mendekati Stevan dan menggelengkan kepala yang mengartikan, "Cukup"

Kayla dan Cella pun menjadi bahan tontonan dan buah bibir sekolah ternama itu.

♤♤♤♤♤

"Siapapun tolong Aku.Ya Tuhan, kuatkan Aku menahan luka yg perih ini." Yuka berdoa dalam kepedihannyan menahan luka gores di pergelangan tangannya. Ia menjadi terbata-bata.

Gadis itu mulai lemas dan darah segar ditangannya masih tetap mengalir.

Yuka sedikit phobia dengan keheningan tanpa seseorang di dalam gudang itu. Ditambah lagi gudang itu mempunyai kisah kelam yang seram dan mengerikan.

Pada tahun 1998, ada siswi cantik yang berprestasi di sekolah itu. Siswi itu sangat periang dan ramah. Namun, 1 hari sebelum kematiannya akibat gantung diri di gudang ini, sifatnya benar-benar berubah. Belum ada yg tau pasti alasan siswi tersebut mengakhiri hidupnya.

Primadona sekolah itu amat ketakutan, ditambah kaleng cat yang ada di gudang tiba-tiba terjatuh.

"Mama!! Kakak!! Aku takut!!" Gadis itu menangis tersedu-sedu sambil berteriak dalam hati.

♤♤♤♤♤♤♤♤

Nana melihat jam tangannya yang telah menunjukkan pukul 06.55, "Van, 5 menit lagi jam pelajaran bakal mulai. Yuka dimana ya??? firasatku gak enak, Van." Kata Nana yg mulai panik.

Stevan pun bingung karena ia yakin Yuka itu siswi berprestasi yg sama seperti kakaknya, tidak masuk akal apabila ia berani bolos.

"Pasti ini ada sesuatu..."Stevan langsung menarik tangan Nana menuju gudang.

Pria itu berlari sekencang-kencangnya sambil menggenggam tangan Nana, "Hey! Stevan!!! Jangan lari secepat gini!!!" Kata Nana yang nafasnya mulai tersengal akibat tak biasa berlari sekencang itu.

Pria berbadan jangkung tetap berlari tanpa menggubris peringatan Nana. Gadis itu terkejut ketika Stevan membawanya kedepan pintu gudang.

"Eh??? Kenapa kita kesini??? Lagian mana mungkin Yuka di gudang. Gudangnya juga dikunci."

"Sedikit kemungkinan Yuka Ada di Gudang, tapi siapa sangka kalau Yuka dijaili?" Stevan langsung mengetuk pintu tersebut.

TOK TOK TOK

Tak ada sautan sama sekali. Stevan mencoba sekali lagi dan mendengar suara wanita yg menangis di dalam gudang tersebut.

"Yuka?? Kamu di dalam kan???" Suara wanita itu terdengar merintih kesakitan dari luar dan mencoba mengeraskan suaranya.

"Hah?! Yuka di dalan gudang?!?!?" Nana terkejut bukan main hingga kepalanya menjadi sedikit pusing.

BRAKK BRAKK

Suara dobrakan pintu gudang, Nana terkejut melihat adiknya terkulai lemas dengan darah ditangannya dan dalam keadaan terikat. Nana merasa gagal menjaga Adiknya.

"Kakak macam apa aku ini?? Adikku saja tak bisa kujaga!" Nana menangis memeluk adiknya yang sudah sangat pucat kulitnya dan sangat ketakutan sekali.

"Na, lebih baik kamu bawa adikmu sekarang ke rumah sakit. Lukanya lumayan cukup parah. Bisa infeksi kalau sayatannya itu gak segera diobati." Saran Stevan sambil membantu Nana memapah Yuka yang ketakutan dan lemas ke dalam mobil yang berada di area parkiran.

"Tapi kelas udah mulai???" Kata Nana.

"Aku akan minta surat izin kalian, ok?"

"Ok, ma-makasih ya..." Ucap Nana yang bersyukur karena Stevan telah membantunya menemukan adiknya.

♤♤♤♤♤♤♤

Diperjalanan Yuka hanya terdiam sambil menangis. Entah mungkin karena takut, kesakitan atau trauma dengan kejadian yang baru saja dialaminya.

Dokter segera menangani gadis malang tersebut. Sang Kakak mengusap air mata di pipi adiknya yang tak henti-henti mengalir.

Setelah suasananya tenang dan kondisi Yuka membaik, Nana mulai menanyakan kenapa adiknya itu bisa ada di gudang karena sangat janggal menurutnya kejadian itu.

"**Yuka, kenapa kamu bisa ada di gudang seperti tadi dan tanganmu terluka begini??"

"Kakak, aku takut**.." Yuka hanya mengatakan 3 patah kata yang memiliki makna terselubung.

"Bilang sama kakak, siapa yg tega lakuin ini sama kamu???" Nana mulai geram dan menginginkan segera tau siapa pelaku dalam aksi kriminal ini.

Yuka menjawab perlahan dan menangis sejadi-jadinya, "**Dio, kak."

"Hiks...hiks**..."

Nana langsung naik pitam dan beranjak dari kursi jenguk pasien. "Tak akan kubiarkan!!"

Yuka menahan Kakaknya yang hendak pergi,

"Kak, jangan pergi. Aku takut..." Kata Yuka dengan lirih. Akhirnya, ia menemani adiknya selama 2 jam di rumah sakit dan dokter baru saja mengizinkannya pulang.

"Kakak minta maaf, gak bisa jaga kamu dengan benar. Kakak menyesal, kakak ini bukan kakak yg baik buat kamu..." Nana mulai sedih lagi, ketika sambil menyetir.

"Kak, harusnya Aku yg minta maaf, malah bikin susah kakak. Kakak itu berharga di mataku..." Gadis imut itu menangis terharu dengan kata-katanya sendiri.

Nana menghentikan laju mobilnya dan mereka saling berpelukan layaknya Kakak dan Adik yang sulit dipisahkan.

♤♤♤♤♤♤♤

"Lho? Kenapa kalian pulang secepat ini?? kalian bolo****s?!" Tanya Mama di rumah dan sambil melihat pergelangan tangan Yuka yang dibungkus perban.

"Yuka? Tanganmu kenapa??" Anak bungsu itu hanya diam tanpa menjawab sepatah kata pun.

Akhirnya, mama menanyakan hal itu kepada Nana, si anak sulung. "Tadi ada kecelakaan di sekolah..huh..." Kata Nana sambil menarik nafas perlahan dan mencoba menjelaskan agar mamanya tidak panik.

"Apa?!" Mama terkejut mendengar penjelasan putri sulungnya.

"Oke mama akan tuntut anak itu ke jalur hukum! Ini tindakan kriminal!"

Nana pun setuju dan mama mereka segera melaporkan ke kantor polisi kasus tersebut. Setelah itu, Nana datang ke kamar Yuka sambil membawa susu coklat hangat kesukaan Yuka dan mulai merawat adiknya yang benar-benar lemah dan sakit ini.

"Minum ya, ini untukmu, kakak buatkan special untuk adik, kakak tercinta." Kata Nana sambil meletakan segelas susu coklat hangat di meja samping kasur Yuka.

"Terimakasih, kak." Kata Yuka sambil tersenyum.

Terpopuler

Comments

Nana [Hiatus]

Nana [Hiatus]

ternyata versi revisinya lebih rapi!!!!!

2020-06-30

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!