***Penolakan,
Saat dimana kita mencoba dan mempersiapkan ruang untuk jatuh, untuk retak, untuk hancur sebaik-baiknya***.
♤♤♤♤♤
DRRTT DRRTT~
Suara ponsel gadis cantik tersebut berdering. Kedua tangan Yuka yg masih diperban membuatnya sedikit kesulitan saat hendak mengaplikasikan ponsel di tangannya. Gadis itu berusaha dan akhirnya bisa menggunakan ponselnya untuk membaca pesan dari seseorang.
Message
Stevan : "Yuka..Ini Stevan, maaf baru bisa tanya sekarang, gimana keadaanmu? Kuharap kau cepat sembuh ya, tadi pagi, sudah kuizinkan ke wali kelasmu, kalau kau izin. Sebentar lagi, Aku mau ke rumahmu, rencananya mau antar motormu yg tadi ditinggal di sekolah. Sampai ketemu nanti"
Yuka : "Ok, makasih untuk hari ini, kutunggu nanti."
Yuka hanya membalas singkat dari Stevan dan langsung bersiap mengganti pakaian tidurnya dengan atasan lengan panjang berwarna putih dan celana pendek berwarna hitam.
♤♤♤♤♤♤
Pria pendiam yang dinginnya seperti es tanpa nyawa di rumahnya sibuk memikirkan Nana yg melihatnya tadi dipeluk paksa lengannya oleh Marta.
Entah apa alasannya, sehingga Alex memikirkan Nana. Ia membuka ponselnya dan hendak menghubungi Nana. Namun, Ia menyaring tindakkannya lagi, "Hah? Ngapain kutelfon dia. Nanti, dia naik telinga segala lagi..."
Berbeda dengan Nana yg sama sekali cuek dengan hal yg dilihatnya saat di sekolah. Akan tetapi, Nana malah memikirkan Dio, pemuda gila yang tega melukai adiknya.
"Apa sih mau nya tuh cowok?! Gila apa ya?! Cuma karena hal sepele. Liat aja besok pas masuk!" Geram Nana dalam hati.
Nana keluar dari kamarnya dan melihat adiknya sedang berjalan perlahan menuju ruang tamu.
Gadis itu menghentikan langkah adiknya yang berjalan mengendap-endap seperti maling.
"Kamu ngapain, Yuka?" Tanyanya yg membuat jantung Yuka terkejut, sebab tiba-tiba ada suara kakaknya dari belakang tubuh mungilnya.
Yuka hanya menoleh ke belakang dan menjawab pertanyaannya dengan sedikit ragu "Nunggu Ste---" Ucapan Yuka terhenti.
"Siapa?? Nungguin siapa sih??" Tanya Nana yang menjadi penasaran.
"Gak apa apa, kak. Aku nungguin orang yg mau antar motorku yg ditinggal di sekolah tadi." Jawab Yuka yang berbohong kepada kakaknya.
"Nggak biasanya nih, curiga deh jadinya?"
"Yaudah sini, kakak temani" Kata Nana sambil mengayunkan tangannya bermaksud memberikan ajakan kepada adiknya.
"Gak usah, kak. Kakak istirahat saja," Balas Yuka yang hanya menggelengkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya. Hal itu membuat Nana curiga bahwa adiknya menutupi sesuatu yg ingin disampaikan.
"Kamu nungguin Stevan??" Tanya Nana yang membuat adiknya menjadi senyap.
"......"
"Kenapa kamu diam-diam? Jangan-jangan benar ya? Ejek Nana kepada adiknya.
"Ih, nggak, Kak," Pipi adiknya menjadi merah merona seperti blush on dan membantah hal yg dimaksud Nana, kakaknya.
"Hayoo, kamu ada rasa ya sama Stevan?" Tanya Nana dengan senyum Nakal menggoda adiknya.
Adiknya menarik nafas panjang dan mengatakan sekali lagi, "Fyuhh kak, umurku baru 16 tahun, minggu depan baru 17 tahun. Mana boleh pacaran!"
"Ya begitu juga tetap aja udah direncanakan bukan?? Siapa tau langsung pacaran, kalau sudah 17 pas!" Kata Nana sambil mencubit pipi adiknya yg chubby itu.
"Aduh-aduh sakit, kak" Nana mulai melepaskan tangannya dari pipi Yuka dan tersenyum puas melihat adiknya.
♤♤♤♤♤
Tak lama setelah itu, terdengar suara 2 motor yg datang sekaligus dan segera memasukan motor milik Yuka ke dalam garasi rumah Mereka. Tak lain ternyata kedua Pria itu adalah Stevan dan Steven.
Kemunculan Steven membuat Nana sangat senang sebab kerinduannya pada Steven sudah sangat memuncak dan terhapus saat berjumpa.
Nana langsung berlari memeluk tubuh Steven yg kekar dan gagah itu, "Aaaaaa Steven!!!! Kamu baru pulang dari Australiaaa. AAAAAA jahat! jahat! jahat! Gak kasih kabar!!" Gerutu Nana sambil memukul dada Steven dengan kepalan tangannya.
"Ya, maaf! ponselku rusak saat Aku hendak mengabarimu. Maaf ya." Kata Steven sambil memegang kedua pundak Nana yg sudah melepaskan pelukannya tadi.
"Udah gitu aja?" Tanya Nana dengan wajah yg masam dan merasa kesal karena hanya itu respon yg dikatakan pria berkulit putih kembaran Stevan itu.
"Ya terus?? Aku harus bilang apalagi, Na?" Steven agak sedikit kebingungan dengan tanggapan Nana tadi. Kakak kembarnya, Stevan menarik nafas dan menepuk pundak adik kembar yg membelakanginya.
"Dari dulu sampai sekarang selalu saja tidak peka. Kamu sebagai laki-laki harus peka dong maunya wanita gimana?" Jawab Kakaknya yg membuatnya semakin tidak memahami sama sekali maksud ucapan kakak kembarnya barusan.
Beda halnya dengan Yuka yg pernah menolak cinta Steven ketika mereka kecil dulu.
Yuka tak mau berlama-lama melihat Steven. Akhirnya, ia memutuskan ke belakang untuk membuatkan minuman dan membawa sedikit camilan untuk dimakan saat itu.
"Aku permisi sebentar. Kalian mau minum apa? Teh atau jus atau kopi?" Tanya Yuka sambil berjalan menuju arah pintu masuk rumah.
"Aku teh hangat saja, jangan terlalu manis ya!" Pinta Stevan.
"Aku air putih saja Yuka" Pinta Steven.
"Eh?? Tanganmu sudah baikan, Ka?" Nana memastikan apakah tangan Yuka sudah membaik atau belum agar Ia bisa membantunya.
"Sudah kok, kak. Kakak tolong temani Stevan dan Steven aja ya. Aku kebelakang sebentar." Pamit Yuka kepada sahabat-sahabat dan kakaknya yg sedang berada di depan. Nana mengangguk dan menemani kedua pria kembar yg tampan itu berbincang.
Steven tiba-tiba menjadi murung melihat wanita pujaan hatinya berpaling ketika sudah lama tak berjumpa, "Sampai kapan kamu acuh begini denganku? Ini terlalu menyakitkanku. Yuka, seandainya kau tau, Aku bersekolah di Australia hanya untuk membuatmu bangga dan Aku ingin sekali segera melamarmu nanti setelah Aku selesai kuliah..." Kata Steven dalam hati yg mulai sedih.
Ekspresinya tadi membuat Nana dan Stevan memperhatikannya. Nana melambaikan tangan di depan pandangan Steven yg sangat kosong.
"Hey, Are you ok?" Tanya Nana yg membuat Steven tersadar kembali dan melanjutkan berbincang dengan kakak kembar dan sahabatnya.
♤♤♤♤♤♤
Yuka menuangkan air panas dan sambil berkata dalam hati, "Kenapa kamu tak pernah bisa melupakanku?? Aku tak mencintaimu sama sekali. Aku cuma ingin bersahabat denganmu, tapi kau tak ingin. Maafkan Aku..."
Mama Yuka, mami Risma keluar dari kamar sambil membawa botol kosong yg hendak diisinya dengar air mineral. Ibu dari anak bungsu itu melihat putrinya menuang air panas dengan keadaan tangan masih terbungkus perban.
Wanita paruh baya itu meletakan botolnya di dekat anak perempuannya itu. Yuka yg melihat mamanya dengan sigap menyapanya dengan ramah.
"Mama? Mama ngapain disini?" Tanya Yuka polos.
"Ini, mama mau mengisi botol minum mama. Kamu kok bikin ini? Memangnya ada tamu?" Jelas Mamanya sambil menanyakan hal kepada Yuka.
"Iya, Ma. Diluar ada Stevan dan Steven ditemani kak Nana." Jawab Yuka sambil menunjukkan arah ke pintu depan.
"Kok kamu yg buat minuman, tanganmu sudah membaik? Kau bisa meminta tolong kepada kakakmu." Kata Mama.
"Udah kok, Ma. Tangan Yuka sudah membaik kok. Yuka merasa mendingan juga." Jawab Yuka dengan jujur sambil menggerak-gerakan kedua tangannya.
"Oh gitu ya? Yasudah salam, ya buat Evan dan Even." Kata mamanya sambil tersenyum manis kepada putri bungsunya.
♤♤♤♤♤
"Ngomong-ngomong kenapa kamu tiba-tiba bisa pulang secepat ini dari Australia?" Tanya Nana kepada Even, pria tampan kembaran Stevan di depannya.
"Ya karena ulangan kemarin, nilaiku paling tinggi. Akhirnya, Aku diperbolehkan untuk pulang lebih awal sebagai bonus." Jawab Steven.
"Wah seru banget tuh, trus yg lain gak iri gitu?" Tanya Nana lagi sambil cekikikan.
"Nggak sih, karena hanya Aku dan Mr. Charlos yg tau. Hahaha" Balasan Steven yg membuat Kakak kembar dan sahabat lamanya itu tertawa.
Ditengah perbincangan Mereka, Yuka datang dengan membawa cemilan dan minuman. Tangan Yuka belum terlalu pulih dan hampir saja keseimbangannya berubah ketika hendak meletakan nampan yg berisi cemilan dan minuman tersebut. Steven dengan sigap mendekap tubuh gadis cantik itu agar dapat seimbang kembali.
Deg..Deg..Deg...
Jantung Steven tak berhenti berdetak cepat dan tak beraturan. Ia menatap mata yg berwarna kebiru-biruan milik sang bidadari hatinya. Waktu serasa terhenti, keduanya saling memandang dan tak bisa melepas rindu teramat dalam dan menusuk.
"Eee? Dek? Even?" Tegur Nana.
Yuka kembali seimbang dan meletakkan nampannya diatas meja, sedangkan pria yg membantunya tadi melepas dekapannya itu dan duduk kembali.
"**Makasih.."
"Maaf**" Sepatah Kata yg diucapkan oleh pasangan yg bertepuk sebelah tangan itu bersamaan.
"Cie..Ciee..." Ledek Nana kepada Adiknya dan Steven.
Stevan mendadak merasakan sakit, ketika mendengar Nana mengejek adiknya.
"Kenapa rasanya sakit? Ada apa? Ini hanya sebuah kejadian tanpa kesengajaan." Ucap Batinnya dalam hati.
Setelah itu, Yuka duduk disamping kakaknya. Mereka mulai membicarakan hubungan Yuka dan Steven tempo hari.
"Wah mumpung lagi ngumpul, si bucin berdua ini gimana kabarnya? hehehe" Ejek Nana sambil mencubit pelan perut adiknya dan terkekeh.
"Nggak kok!" Lagi-lagi Steven dan Yuka mengucapkan hal yg sama yg menimbulkan perdebatan antara remaja itu.
"Hey! Bisakah kau tidak mengikuti apa yg kukatakan? Ini hanya akan menimbulkan kesalahpahaman antara Kakak kita masing-masing!" Tegas Yuka kepada pria yg merupakan sahabatnya itu.
"Ehehe bukannya kalian tuh uhhhhh sama-sama kan??" Kata Nana mengejek Adiknya lagi.
Mendengar perkataan tadi, Yuka menjadi cemberut dan ingin segera masuk kamarnya, untuk sangat menghindari Steven.
"Ma..maaf Yuka...Aku --------" Belum selesai Steven bicara Yuka sudah memotongnya untuk mempersingkat pembicaraan Mereka.
"Iya iya!!! Sudahlah!! Aku paham" Jawaban Yuka yg membuat Steven kecewa dan sedih, serta Ia juga menjadi tak habis pikir dengan sikap Yuka.
"Apa kamu gak akan pernah memberikan Aku ruang atau bagian dalam hidupmu sekali untuk seumur hidupku?" Tanya Steven dalam hatinya.
Hal yg sama juga dirasakan oleh Stevan, "Ada apa ini? Kenapa jantungku semakin berdetak cepat saat ada di dekatnya? Aku gak mungkin jatuh cinta sama Dia. Ini hanya akan menyakiti perasaan Steven..." Batinnya berkata demikian.
Setelah menghabiskan minuman dan cemilan yg disediakan, kedua pria kembar tampan itu berpamitan pulang.
"Kami pulang dulu, ya! Terimakasih sudah menyambut kami."
"Iya makasih ya, sudah membantu adikku tadi di sekolah. Oia, makasih juga buat Steven yg udah ikut kesini, ini suatu kejutan besar bagiku. Thanks a lot." Ucap Nana sembari tersenyum kepada mereka.Yuka hanya melihatnya tanpa ekspresi sama sekali.
Lalu, mereka menyalakan motor dan berangkat meninggalkan halaman depan rumah mewah itu. Nana menutup pintu pagar dan merangkul punggung adiknya berjalan masuk ke dalam rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments