Romansa Cinta Senior Junior
"Kak Rendra."
Rendra refleks membalikkan badan saat mendengar ada seseorang memanggil, meskipun tidak yakin kalau dia yang dipanggil tapi tidak ada orang lain di sana selain dirinya.
"Apa kamu memangillku?" tanyanya pada sosok gadis yang berdiri di sana.
"I ... iya, Kak," jawab Bella gugup.
"Ada apa?" tanya Rendra datar.
"Selamat pagi, Kak. Ini untuk Kak Rendra." Bella menyerahkan sekotak cokelat pada Rendra sambil memasang senyum yang paling manis.
"Aku tidak suka cokelat," kata Rendra ketus, lalu dia berjalan pergi.
"Tapi aku sudah susah payah membuatnya untuk Kak Rendra. Setidaknya Kakak menerimanya, terserah Kakak nanti mau diapakan cokelatnya." Bella mengejar Rendra sambil tetap berusaha menyerahkan kotak cokelatnya.
"Aku bilang aku tidak suka cokelat. Siapa juga yang menyuruhmu membuatnya?" Rendra menepis saat Bella menyodorkan cokelatnya lagi.
Namun, Bella tidak menyerah, dia terus mengikuti Rendra bahkan sampai menghadangnya.
"Minggir, jangan menghalangi jalanku." Rendra mulai kesal.
"Aku tidak akan minggir sampai Kak Rendra menerima cokelatku." Bella terus bersikukuh.
"Berikan saja pada orang lain. Minggir. Aku mau pergi. Kamu sudah menyita waktuku yang berharga." Rendra terus berjalan dengan kesal hingga tak sengaja membentur bahu Bella sampai gadis itu terjatuh dan cokelatnya berserakan.
"Hei, sopanlah pada wanita."
Tiba-tiba muncul sosok gadis lain di depannya. Wajahnya cantik tapi penampilannya cukup tomboi, mengenakan kemeja, celana jeans dan topi di kepalanya.
"Siapa lagi dia?" umpat Rendra dalam hati.
"Bella bangun. Apa kamu baik-baik saja?" Gadis itu membantu Bella berdiri.
"Dita ....” Bella girang melihat sahabatnya datang. “Terima kasih, Ta. Aku tidak apa-apa." Bella mengibaskan tangan dan celananya yang kotor.
Gadis yang dipanggil Dita itu lalu mengalihkan pandangannya pada Rendra. Tatapannya tajam seakan ingin membunuh pria di depannya.
"Tidak bisakah kamu bersikap manis pada wanita?" tanya Dita pada Rendra dengan sinis.
"Huh ... kenapa jadi aku yang salah? Dia yang menghalangi jalanku, aku sudah menyuruhnya minggir tapi dia tidak mau," jawab Rendra kesal.
"Dan, kamu kenapa muncul tiba-tiba. Apa kamu juga mau memberiku cokelat?" Rendra tersenyum mengejek pada Dita.
"Dalam mimpimu ...," desis Dita kesal.
"Syukurlah kalau begitu, karena aku juga tidak suka cokelat. Ah sial, aku terlambat gara-gara kalian berdua sudah menghabiskan waktuku." Rendra melihat jam tangannya lalu beranjak pergi.
"Hei, enak saja kamu pergi. Setidaknya kamu harus minta maaf karena membuatnya jatuh." Dita memanggil pria itu berusaha mencegah Rendra pergi, tapi Rendra terus berjalan dengan cepat tanpa menoleh sedikit pun.
"Dasar pria tidak tahu sopan santun," gerutu Dita.
"Sudah, Ta, memang aku yang salah memaksanya untuk menerima cokelatku padahal dia sudah menolaknya tadi," terang Bella sambil mengambil cokelatnya yang berserakan.
"Tapi kan kamu susah payah membuatnya sampai harus begadang. Setidaknya dia harus menghargai usahamu."
"Tidak apa-apa, Ta. Lagi pula dia tadi juga bilang kalau dia tidak suka cokelat."
"Kalau begitu kenapa kamu terus memaksanya? Lebih baik kamu cari pria yang lebih baik, jangan pria berengsek seperti dia."
"Tapi aku menyukainya, Ta."
"Huh ...." Dita menatap temannya tak percaya.
“Apa sih yang menarik dari pria berengsek seperti dia? Kasar sekali pada wanita. Masih banyak pria yang lebih baik dari dia, Bel,” ujar Dita.
“Kak Rendra itu sebenarnya baik, Ta. Kamu saja yang tidak tahu siapa dia,” jelas Bella.
“Hah ... baik? Baik dari mananya coba?” tanya Dita yang masih kesal dengan sikap Rendra.
“Dia itu panitia ospek dan senior paling baik deh, Ta. Ga pernah bentak-bentak, mau membantu kita kalau kita ada kesulitan. Yah, pokoknya paling baik deh, Teman-teman juga banyak yang naksir dan kagum sama Kak Rendra,” terang Bella sambil membayangkan sosok Rendra.
Dita menggelengkan kepalanya tak percaya dengan kata-kata Bella, “whatever!”
“Kamu tuh ya, Ta, makanya bergaul dong biar tahu siapa Kak Rendra. Jangan cuma kuliah sama nugas doang biar tahu banyak cowok ganteng di kampus ini dan high quality pastinya,” oceh Bella.
“Aku ke kampus untuk kuliah Bel, bukan untuk cari cowok ganteng. Aku enggak seperti kamu yang suka banget lihat cowok-cowok ganteng,” sahut Dita.
“Apa salahnya, Ta, nyari cowok-cowok ganteng? Kan buat vitamin mata biar otak dan pikiran segar enggak cuma penuh sama materi kuliah.” Bella membela diri. “Lagi pula kita juga masih muda, Ta. Saatnya menikmati masa muda dengan indah. Biar nanti kita punya kenangan di masa datang yang bisa kita ceritakan ke anak cucu kita,” lanjut Bella.
“Hahaha.” Dita tertawa geli mendengar kata-kata Bella. “Suka-suka kamu deh, Bel. Besok-besok jangan lagi ya nangis-nangis gara-gara ditolak atau dicuekin sama para cowok ganteng idolamu itu.”
Bella merengut mendengar ucapan Dita. “Lagian kenapa sih, Ta, kayanya kamu benci dan alergi banget sama Kak Rendra dan cowok ganteng lainnya?”
“Aku cuma enggak suka saja sama sifat mereka yang suka seenak sendiri dan mempermainkan gadis-gadis yang mengejar mereka.”
“Ta, ga semuanya punya sifat seperti itu. Banyak kok yang baik apalagi Kak Rendra. Kamu sih belum kenal dia, kalau sudah kenal pasti juga bakal jatuh hati sama dia. Ingat, Ta! Batas benci dan cinta itu tipis. Sekarang kamu mungkin benci dia, tapi siapa tahu besok kamu cinta sama dia,” ujar Bella sambil mengoda Dita.
“Jangan halu deh, Bel. Aku enggak minat kenal dia apalagi ngejar-ngejar dia. Ambil deh Kak Rendra-mu itu.”
"Iya ... iya sebahagiamu deh, Ta. Udah ayo kita ke kelas, sebentar lagi jamnya Pak Bayu mengajar," ajak Bella mencoba mengalihkan pembicaraan sebelum mendapat omelan panjang dari sahabatnya itu.
... ---oOo---...
Rendra sedang membereskan alat tulisnya setelah mengikuti kuliah Statika II saat Adelia menghampiri mejanya.
“Tumben tadi kamu agak telat masuknya, Ren?” tanya Adelia saat sudah di samping Rendra.
“Biasalah ada anak maba yang suka cari perhatian. Dia tadi mau ngasih aku cokelat, udah aku tolak malah ngejar terus. Eh malah temannya datang membantu cewek itu trus marah-marah sama aku. Bikin emosi aja.” Rendra mengembuskan napas kasar.
“Kenapa engga kamu terima aja cokelatnya, Ren?” tanya Adelia lagi.
“Buat apa? Lagi pula aku enggak mau memberi mereka harapan palsu. Sekali mereka dibaikin pasti bakalan ngelunjak. Aku males ngeladenin mereka,” jawab Rendra kesal.
“Ya kan bisa kamu kasih ke aku cokelatnya, Ren,” ujar Adelia sambil tertawa.
Rendra memicingkan matanya, menatap heran pada Adelia. “Sejak kapan kamu makan cokelat? Bukannya kamu lagi diet, ya?”
“Hihihi betul juga ya. Tapi, enggak apa-apa Ren, sekali waktu makan cokelat kan enggak setiap hari,” sahut Adelia. “Udah yuk ke kantin sambil nunggu jam berikutnya.”
Rendra segera bangkit dari kursinya mengikuti Adelia, lalu mereka berjalan beriringan pergi ke kantin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
🌺 CICI 💖
orang kl udah suka mn ngeh dnasehatin 😓
aq mampir, padahal dah lama banget dsimpan. eehhh kelupaan 🙏
smg crty bagus
2023-01-15
1
Hem bingung mau baca apa sebenarnya tapi setelah lihat trending nya othor sephinasera eh ada ini 😀 mudah2an seru yaa ada nama Rendra lagi uh 😍
2022-07-02
2
💕febhy ajah💕
dari anggi rendra kesini
semoga rendra disini nga mengecewakan, suka deh cerita masa perkuliahan seperti ini rasanya balik lagi ke masa perkuliahan. next
2022-06-28
2