Kembali dari kampus, Dita masih harus menata kamarnya. Kemarin dia baru pindah dari rumah orang tuanya ke rumah kakaknya. Alasannya klasik, jarak tempuh yang memakan waktu dari rumah orang tua menuju kampus sungguh membuat Dita kerepotan, terutama sebagai mahasiswa baru dia harus mengikuti beberapa kegiatan kampus di samping mata kuliah yang sudah sangat padat. Beruntung kakak tercintanya, Adi, menawarkan padanya untuk tinggal di rumahnya yang kebetulan tidak jauh dari kampus Dita.
Adi, kakak Dita, memang memiliki rumah di sebuah cluster perumahan yang letaknya di tengah kota agar memudahkan aksesnya untuk bekerja di sebuah perusahaan konstruksi ternama, yang kadang tidak mengenal waktu pulang bila sedang mengerjakan proyek.
Matahari mulai condong ke barat, Dita berjalan ke rumah dengan malas setelah tadi turun dari ojol di toko retail depan kompleks perumahan untuk membeli beberapa kebutuhannya, kebetulan rumah kakaknya berada di paling ujung. Meski jarak dari depan kompleks menuju rumah tidak terlalu jauh, tetapi karena dia sedang lelah rasanya jaraknya jauh sekali.
Berhubung dia baru pindah kemarin, dia belum sempat memperkenalkan dirinya pada para penghuni lainnya, mungkin akhir pekan nanti saat dia libur kuliah. Sebersit ide untuk memberi kue sebagai buah tangan pada tetangganya muncul di kepala Dita. Kebetulan kakaknya juga belum lama tinggal di sana, baru sekitar dua bulan yang lalu sejak diangkat sebagai manajer pelaksana proyek di sebuah perusahaan kontruksi ternama.
Adindra Kusuma, kakak kandung Anindita Kusuma, adalah seorang pekerja keras, dia selalu berangkat kerja pagi dan pulang malam. Karena prestasi dan kerja kerasnya, di usianya yang masih muda dia diangkat sebagai manajer di tempatnya bekerja. Hal itu membuatnya jarang bahkan bisa dibilang tidak pernah berinteraksi dengan penghuni lainnya.
Setelah sampai di depan pintu rumah, dia membuka kuncinya lalu masuk ke dalam. Dia langsung masuk ke kamarnya dan menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia ingin berbaring sebentar sebelum kembali menata kamarnya dan masak makan malam. Tapi pada akhirnya dia jatuh tertidur sampai azan Magrib berkumandang.
Dita terbangun dari tidurnya setelah mendengar ponselnya berdering. Tanpa melihat siapa yang menelepon, dia langsung mengangkatnya. "Assalamu’alaikum, halo."
"Wa’alaikumsalam, Dek. Apa kamu sedang tidur?" Tanya suara di seberang telepon.
"Oh Mas Adi, iya Mas, aku ketiduran tadi. Jadwal kuliahku penuh hari ini, aku capek Mas. Oya, ada apa Mas?"
"Malam ini mas harus lembur, tidak apa-apa kan kamu makan malam sendiri? Kalau kamu capek masak, order online saja."
"Enggak apa-apa Mas. Jangan khawatirkan aku. Setelah ini aku akan mandi lalu makan, baru menata kamarku lagi."
"Mas pesankan makanan saja ya? Jadi selesai mandi nanti kamu bisa langsung makan." Tawar Adi.
"Oke, terima kasih Mas-ku Sayang."
“Duh, mas jadi melayang ini dipanggil sayang, hehehe. Adekku yang cantik mau makan sama apa ... mmmhhh?”
“Mmmmm ... apa ya?” Dita berpikir sebentar. “Nila bakar aja Mas pakai sambal bawang ya.”
“Oke, tapi jangan banyak-banyak ya sambalnya nanti kamu sakit perut, Dek.”
“Iya Mas, tenang saja.”
"Ya sudah, Mas pesan sekarang. Kamu cepatan mandi. Mas tutup dulu teleponnya. Kalau ada apa-apa langsung hubungi Mas, oke!"
"Siap, komandan!"
Setelah Adi menutup telepon, Dita bergegas bangun lalu ke kamar mandi. Dia merasa bangga dan bahagia punya kakak seperti Adi yang walau sesibuk apa pun selalu memperhatikan dirinya.
Lima belas kemudian Dita keluar dari kamar mandi, lalu menjalankan kewajibannya salat Magrib. Setelah itu dia berganti pakaian tidur. Sembari menunggu makanan yang dipesan kakaknya datang, dia mulai menata lagi kamarnya. Sebenarnya tak banyak yang harus dia tata karena dia hanya membawa buku-buku kuliahnya, pakaian dan juga sebuah pigura foto keluarga.
Dia menyusun buku-bukunya di atas meja belajar, dia susun sesuai jadwal kuliah agar mudah untuk mencarinya. Lalu setelah itu dia memasukkan sebagian pakaian yang dia bawa, yang belum sempat dia tata kemarin ke dalam lemari.
Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam, perutnya sudah mulai keroncongan tapi makanan yang dipesan belum juga datang. Tadi di kampus dia tidak sempat makan siang karena harus ke perpustakaan untuk mencari bahan untuk tugas kuliah.
Dita hendak menelepon Adi bertanya apakah kakaknya sudah memesankan makanan untuknya, tapi saat akan mengambil ponselnya, bel pintu berbunyi. Dita bergegas keluar kamar lalu membuka pintu rumah. Pesanan makanannya sudah datang yang diantar oleh pengemudi ojek online. Setelah membayar makanan, dia kembali masuk ke dalam dan menyantap makan malamnya.
...---oOo---...
Rendra baru tiba di rumah saat melihat seorang pengemudi ojek online mengantarkan makanan ke tetangga di sebelah rumahnya. Dia heran karena tak biasanya tetangganya itu sudah ada di rumah di jam saat ini. Dia turun dari motor sport kesayangannya untuk membuka pintu garasi.
“Mari Mas, permisi.” Sapa pengemudi ojek online itu ramah.
“Mari Pak.” Rendra menjawab sambil menganggukkan kepalanya. Setelah itu dia memasukkan motornya ke garasi lalu mengunci pintu garasi.
Rendra membuka helmnya dan meletakannya di atas rak tempat menyimpan helm, lalu masuk ke rumah lewat pintu yang terhubung dengan garasi.
“Assalamu’alaikum,” sapa Rendra saat masuk ke dalam ruang keluarga.
“Wa’alaikumsalam, eh sudah pulang anak mama yang paling ganteng.” Dewi, Mama Rendra tersenyum melihat anak laki-laki satu-satunya itu.
Rendra menghampiri mamanya, lalu mencium punggung tangan dan pipi mamanya. Mama yang sangat dicintainya, seorang wanita yang kuat, bijaksana dan penuh kasih sayang. Menjadi orangtua tunggal sejak Rendra kelas 2 SMA karena papanya meninggal dalam kecelakaan. Mama Rendra berjuang demi ketiga anaknya, dia mulai membuka butik sejak suaminya meninggal karena dia suka mendesain baju.
Butik itu yang kemudian menjadi sumber penghasilan utama Dewi, berkembang pesat hingga menjadi salah satu butik yang sangat terkenal dan menjadi langganan pejabat bahkan artis saat ini. Meskipun terbilang sukses tetapi Dewi tetap ramah, rendah hati dan tidak membeda-bedakan orang karena di matanya semua manusia sama terlepas dia miskin atau kaya.
“Mama masak apa hari ini, aku lapar belum sempat makan tadi?” Rendra duduk di samping mamanya sambil menyandarkan kepala di bahu mamanya.
“Makanan kesukaanmu, cumi asam manis dan capcai. Kamu kelihatannya capek sekali hari ini, Ren.” Dewi mengelus rambut Rendra dengan lembut dan penuh kasih sayang.
“Iya Ma, tadi ada praktek sampai Magrib. Beresin alat, salat Magrib baru pulang. Aku mandi dulu ya Ma, badanku udah gerah banget ini.” Rendra bangkit dari duduknya, pamit untuk ke kamar.
“Sekalian salat Isya Ren, habis itu baru makan.” Titah Mama Rendra.
“Siap, Ma.”
Rendra masuk ke kamarnya, melepas jaket, dan ranselnya lalu bergegas ke kamar mandi. Sekitar 10 menit kemudian dia keluar dari kamar mandi, lalu memakai baju koko dan sarung kemudian membentangkan sajadah untuk melaksanakan kewajibannya salat Isya. Setelah salat dia keluar kamar untuk makan malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Oalah tetangga toh 🤭 seru kayanya 🤗
2022-07-02
1
Lenykoe
entar jadi pacar 3 langkah deh
2022-06-07
1
erenn_na
lanjuutt
2022-04-07
1