4

“Ke kantin yuk, Ta. Lapar nih tadi pagi aku cuma minum susu saja di kos.” Ajak Bella pada Dita sambil memasukkan alat tulisnya ke dalam tas setelah dosen keluar kelas.

Dita melihat jam tangannya, masih ada waktu 30 menit sebelum jam kuliah berikutnya dimulai.

“Tapi jangan lama-lama ya Bel, makan yang praktis saja waktu kita mepet. Dan ingat, enggak ada acara cari-cari perhatian sama kakak tingkat idolamu itu.” Dita berdiri dari kursinya lalu menggendong tas ransel kesayangannya.

“Iya ... iya. Bawel banget sih kamu, Ta. Ayo cepetan!” Bella menarik tangan Dita, bergegas mengajaknya ke kantin fakultas teknik yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Sampai di kantin Bella langsung memesan soto dan es jeruk, sementara Dita hanya memesan jus mangga tanpa memesan makanan. Setelah memesan, mereka melihat sekeliling kantin mencari tempat yang kosong.

Tiba-tiba Bella menepuk-nepuk lengan Dita. “Ta ... Ta ....”

“Apa sih, Bel?” Dita sewot karena lengannya terus ditepuk Bella.

“Ada Kak Rendra di sana, dia lagi duduk sendiri, samperin yuk.” Bella menunjuk seseorang di sudut kantin.

Dita mengarahkan pandangannya ke arah yang ditunjuk Bella. Dia melihat seorang pria yang sedang asyik menikmati makanannya tanpa memedulikan keadaan sekitar. Seketika rasa malas menghampirinya. Diliriknya Bella yang memandang kagum pada Rendra.

“Males ah, kamu ke sana saja sendiri, aku cari tempat lain saja masih banyak kursi lain yang kosong kok.”

“Kamu kok enggak setia kawan gitu sih, Ta. Temenin aku dong, katamu aku harus pacaran sama Kak Rendra kalau mau bareng dia, nah ini usahaku Ta biar bisa jadi pacarnya Kak Rendra. Please ya, Ta.” Rayu Bella sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

Meski dengan rasa malas dan kesal karena tidak tega, akhirnya Dita mengabulkan keinginan sahabatnya itu untuk menghampiri Rendra. Dita mengikuti langkah Bella yang sudah berjalan terlebih dahulu menuju meja Rendra.

Rendra sedang menunduk, menikmati makannya di kantin kampus saat tiba tiba saja ada dua orang yang datang mendekati mejanya. Dia mendongak untuk melihat siapa yang datang, mengabaikan mereka lalu melanjutkan lagi makannya.

"Kak Rendra, bo ... bolehkah kami duduk di sini?" Tanya Bella gugup.

Rendra mendongak kembali sembari mengamati sekeliling kantin yang tidak terlalu ramai dan masih banyak meja yang kosong. “Kenapa mereka mau duduk di sini padahal masih banyak tempat yang kosong?”

"Terserah," jawab Rendra ketus lalu melanjutkan makannya tanpa menghiraukan mereka berdua.

Bella lalu duduk di depan Rendra, mengajak Dita untuk duduk di sampingnya, tetapi Dita masih tetap berdiri, enggan untuk duduk. Dia semakin kesal dengan sikap Rendra yang menyebalkan itu.

"Bel, lebih baik aku di meja lain saja, aku malas duduk satu meja dengannya, enggak punya sopan santun." Ketus Dita.

Rendra yang sedang makan merasa terusik dengan ucapan Dita.

"Apa maksudmu? Kamu ada masalah denganku? Aku duduk di sini dari awal lalu tiba-tiba kalian datang meminta izin duduk di sini, harusnya aku yang merasa terganggu oleh kalian berdua," ucap Rendra geram. "Dan, sekarang selera makanku jadi hilang karena kalian." Rendra membanting alat makannya di meja, membuat yang berada di sekitar jadi menoleh pada mereka.

"Kak Rendra, tolong jangan dimasukkan hati kata-kata teman saya. Maafkan kami kalau sudah menyinggung dan mengganggu Kak Rendra. Kami akan pindah meja. Sekali lagi, tolong maafkan kami." Bella memilih mengalah dan meminta maaf pada Rendra karena tidak ingin menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di kantin.

"Bel ... kenapa kamu harus minta maaf sama orang yang tidak tahu sopan santun ini?" Protes Dita tak terima.

"Aku tidak tahu apa masalahmu denganku, tapi mulai sekarang aku akan mengingatmu sebagai orang yang suka mencari gara-gara denganku." Rendra bangkit dari kursinya lalu meninggalkan kantin tanpa menghabiskan makanannya.

Orang-orang di kantin mulai kembali fokus dengan kegiatan mereka sebelum ada insiden antara Rendra dan Dita. Beberapa ada yang cuek saja tetapi ada juga yang kasak-kusuk membicarakan mereka.

"Ya, Dita. Kenapa kamu membuat masalah dengan Kak Rendra?" Bella mulai kesal dengan sikap Dita yang keras kepala itu.

"Dia yang mulai duluan, kenapa jadi aku yang salah," kata Dita santai lalu duduk di kursi sebelah meja Rendra tadi. "Cepat makan sebentar lagi masuk kuliah." Dita segera menyeruput jus yang tadi dia pesan untuk mendinginkan hatinya.

"Isshhh jadi gagal kan pendekatanku pada Kak Rendra." Bella mengacak rambutnya kesal. Tetapi dia ingat kalau harus masuk kuliah lagi jadi dia cepat-cepat memakan soto dan es jeruknya agar tidak telat masuk ke kelas.

...---oOo---...

Rendra beranjak dari kantin dengan langkah cepat, dia merasa kesal dengan gadis di kantin tadi yang sudah menuduhnya tidak punya sopan santun. Wajahnya tegang dengan rahang mengeras, tak ada senyum dan sapaan pada teman-teman yang berpapasan dengannya. Tak seperti Rendra yang biasanya.

“Dia pikir dia siapa berani bicara seperti itu. Dia yang tidak punya sopan santun malah menuduhku.”

Semakin dia memikirkannya membuatnya semakin kesal. Untung saja dia wanita, kalau pria pasti sudah habis dia hajar.

“Whats up Bro? Enggak enak banget nih liat muka lo.” Sapa Bara teman sekelasnya saat Rendra masuk ke kelas untuk mengikuti kuliah.

Rendra melirik Bara sepintas, lalu mendudukkan diri di kursi samping Bara. “Ada anak maba cari masalah sama gue.”

“Anak jurusan apa? Berani sekali cari masalah sama kakak tingkat? Harus dikasih pelajaran Ren biar enggak ngelunjak.” Bara ikut terpancing emosi mendengar jawaban Rendra.

“Gue enggak tahu anak jurusan apa. Yang jelas dia cewek tomboi suka pakai topi.” Terang Rendra.

“Apaaaaa???? Jadi dia cewek.” Teriak Bara terkejut membuat beberapa orang yang ada di kelas menoleh padanya.

“Woiii berisik!” Tegur salah satu dari mereka.

“Upssss … sorry guys!” Bara mengangkat tangannya membentuk huruf V dengan jarinya dan tersenyum lebar memperlihatkan barisan giginya.

Rendra hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Bara.

“Ren, tumben sih lo ngeladenin cewek apalagi anak maba? Jangan-jangan lo naksir ya sama dia?” Tuduh Bara.

“Ngomong apaan sih lo? Sembarangan aja kalau ngomong. Naksirrrrr???? Kenal juga enggak.” Rendra mulai kesal dengan tuduhan Bara.

“Terus kalau lo ga kenal sama dia gimana dia bisa bikin masalah sama lo?” Selidik Bara penasaran.

“Tadi gue lagi makan di kantin, tiba-tiba dia datang sama temannya minta izin duduk semeja sama gue padahal masih banyak meja dan kursi kosong di sana. Gue jawab terserah, eh dia malah nyolot trus bilang kalau gue enggak punya sopan santun.”

“Terus lo kesel gitu sama dia”

“Ya iyalah gue kesel, baru kali ini ada cewek yang kurang ajar bilang gue enggak punya sopan santun, padahal dia yang enggak punya sopan santun.” Dengus Rendra kesal.

“Hahaha, Rendra … Rendra.” Bara malah tertawa terbahak-bahak.

“Apaan sih lo malah ketawa gitu, ngeledek gue? Minta ditampol nih anak.” Rendra malah semakin kesal pada Bara.

“Wolessss Bro. Sorry … gue cuma kaget aja lo sampai terpengaruh sama omongan cewek itu. Biasanya kan lo enggak pernah peduli sama omongan orang. Atau lo lagi PMS ya jadi sensi gini.” Bara malah semakin menggoda Rendra yang membuat wajahnya semakin merah karena kesal.

“Beneran minta ditampol ya nih anak.” Rendra memukul kepala Bara dengan buku diktatnya yang tebal.

Bukkkk

“Aduh sakit, Ren. Tega lo Ren mukul gue.”

Rendra mendengus kesal, tidak menanggapi protes Bara. Tak lama kemudian dosen memasuki kelas dan kuliah pun dimulai.

Terpopuler

Comments

Lenykoe

Lenykoe

tiap baca nama Rendra aku jadi ingat Anggi

2022-06-07

3

Erni Fitriana

Erni Fitriana

🤣🤣🤣🤣🤣🤣dunia anak kuliahh

2022-02-25

2

Ambar Trias Trias

Ambar Trias Trias

Jadi Inget Rendra young and dangerous..😅😅

2021-07-19

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!