"Mas, aku berangkat kuliah dulu ya." Pamit Dita setelah selesai mencuci piring.
"Enggak berangkat bareng Mas saja, Dek?"
"Enggak, Mas. Lagian Mas langsung ke proyek kan enggak ke kantor dulu, nanti Mas harus putar balik kalau mengantar aku dulu. Naik ojek online saja, Mas."
"Ya sudah kalau begitu. Hati-hati ya. Nanti mungkin Mas lembur lagi. Tidak apa-apa kan kamu makan malam sendiri lagi?"
"Enggak apa-apa, Mas. Aku sudah bukan anak kecil lagi loh sekarang.”
“Tapi, kan kamu di sini tanggung jawab mas. Tidak ada ayah dan bunda di sini yang menemani kamu. Mas takut kamu kesepian.”
“Mas berlebihan deh, tenang saja Mas, aku baik-baik saja. Kalau ada apa-apa aku pasti bilang sama Mas, jadi Mas enggak perlu khawatir.”
“Gimana enggak khawatir, kamu itu satu-satunya adik mas. Mas enggak mau terjadi apa-apa sama kamu dan bikin kamu enggak nyaman di sini karena mas jarang di rumah.”
“Iya ... iya, Masku Sayang.” Dita bergelayut manja di lengan Adi.
Adi membelai lembut rambut Dita lalu memeluknya. Dia sangat menyayangi adiknya itu. Mungkin karena usia mereka terpaut 8 tahun jadi dia sangat protektif pada Dita.
“Dek, gimana kalau mas belikan motor biar kamu tidak perlu naik ojek terus?” Adi melepas pelukannya dan mendudukkan Dita di samping kursinya.
“Enggak usah, Mas. Aku masih takut naik motor. Kan kita juga bisa berbagi rezeki dengan memakai jasa ojek, Mas.”
“Kamu ini memang selalu memikirkan orang lain.” Adi mengacak gemas rambut Dita.
“Mas ...!!!! Rambutku jadi acak-acakan lagi kan.” Teriak Dita kesal sambil memukul lengan Adi.
“Udah-udah, mas minta maaf ya, Adekku Sayang.” Adi merapikan kembali rambut Dita yang sedikit berantakan karena ulahnya.
“Biar aku sendiri yang merapikan nanti malah makin berantakan lagi.” Dita menepis Adi yang merapikan rambutnya. Dia masuk kembali ke kamarnya untuk merapikan diri lagi dan mengambil tasnya.
“Mas pesankan ojeknya sekarang ya, Dek. Langsung ke kampus kan?” Tanya Adi.
“Iya, Mas.” Sahut Dita dari dalam kamar.
Setelah memesan ojek online, Adi juga bersiap ke kantor. Dia merapikan kemejanya, mengambil tas kerjanya lalu memanaskan mobilnya sambil menunggu ojek Dita datang.
Lima menit kemudian datanglah pengemudi ojek online yang sudah Adi pesan.
“Permisi Mas, apa benar di sini order ojek atas nama Adi?” Tanya pengemudi ojek online itu dengan sopan.
“Iya benar, Pak. Tunggu sebentar ya Pak, saya panggilkan dulu adik saya.” Jawab Adi lalu masuk ke rumah untuk memanggil Dita.
“Dek, ojolnya sudah datang, buruan keluar!”
“Iya Mas, ini sudah siap kok tinggal berangkat saja.” Seperti biasa dia memakai kemeja, celana jin, topi dan sneakers, tak lupa tas ransel kesayangannya.
“Dita berangkat dulu ya Mas, Assalamu’alaikum." Dita mencium punggung tangan dan pipi Adi sebelum berangkat.
“Wa’alaikumsalam. Hati-hati ya Pak jalannya, tidak usah ngebut.” Ucap Adi setelah mengecup kening Dita dan mengantar adiknya ke depan.
“Siap Mas.” Pengemudi ojol itu lalu menyerahkan helm pada Dita.
Dita segera memakai helm lalu naik ke atas motor ojol. Tak lama kemudian ojol itu menjalankan motornya.
Saat melewati rumah di sebelahnya, Dita melihat seorang pria yang sedang mengeluarkan motor sport-nya dari garasi. Dia tidak dapat melihat wajahnya karena pria itu menggunakan helm full face. Dia menundukkan kepalanya sebagai tanda sopan santun, tetapi pria itu diam saja.
“Huh ... sombong sekali.” Gumam Dita .
Sepeninggal Dita, Adi segera mengunci pintu rumah lalu masuk ke mobilnya dan segera berangkat ke kantor.
...---oOo---...
Rendra sedang mengeluarkan motor kesayangannya saat seorang pengemudi ojol dengan penumpangnya melewati depan rumahnya.
“Apa ada penghuni baru di sebelah?” Tanyanya dalam hati, setahu dia penghuni baru di sebelah adalah seorang pria, kenapa tadi penumpang ojolnya seorang wanita. “Apa dia istrinya? Ah sudahlah kenapa aku jadi repot sendiri memikirkan hal itu.” Dia menggelengkan kepala berusaha menepis pemikirannya pada tetangga sebelah rumahnya.
Tak lama kemudian sebuah mobil SUV hitam melewati depan rumahnya, membunyikan klakson pelan sebagai tanda sopan santun. Dia membalas dengan menganggukkan kepalanya. Setelah itu Rendra segera menaiki motornya lalu berangkat ke kampus.
Rendra mengendarai motornya dengan santai, menikmati jalanan yang mulai padat dengan kendaraan orang-orang yang memulai aktivitas mereka, ada yang sekolah, kuliah dan juga kerja. Sebenarnya jarak dari rumah ke kampus tidak terlalu jauh hanya terkadang padatnya jalan dan beberapa traffic light membuatnya lebih lama untuk sampai di kampus.
Sekitar 15 menit kemudian dia sampai di gerbang kampus. Dia melewati seorang pengemudi ojol yang membonceng penumpang seorang wanita dan menurunkan penumpang itu di depan kampusnya.
Dia langsung menuju parkiran motor tanpa menghiraukan siapa penumpang wanita itu. Setelah mengambil karcis parkir, dia segera mencari tempat parkir yang masih kosong. Mungkin pagi ini banyak yang kuliah pagi jadi sudah banyak kendaraan yang sudah terparkir di sana. Beruntung dia masih mendapatkan tempat parkir yang masih kosong. Setelah memarkirkan motor dan melepas helm, dia segera pergi ke kelas untuk mengikuti kuliah.
...---oOo---...
Dita turun dari ojol begitu sampai di kampus, setelah menyerahkan helm dan berterima kasih pada pengemudi ojol, dia berjalan menghampiri Bella yang sudah menunggunya di depan gedung fakultas teknik. Lalu dia berjalan menghampiri temannya itu.
"Hai Bel," sapa Dita riang.
"Ta, bagaimana kamu bisa sampai beriringan dengan Kak Rendra?" Tanya Bella tanpa membalas sapaan Dita.
"Kak Rendra? Siapa?" Dita balik bertanya.
"Pria yang tadi naik motor masuk ke kampus bareng kamu." Jawab Bella.
Dita mengerutkan keningnya tak mengerti. "Memang siapa dia?"
"Dia yang kemarin mau aku beri cokelat." Terang Bella.
"Pria yang kemarin pergi begitu saja itu?" Tanya Dita memastikan.
Bella menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Bagaimana kamu bisa beriringan dengannya, Ta?" Tanya Bella.
"Mana kutahu, kebetulan saja sampainya bareng. Aku juga tidak tahu rumahnya di mana. Lagian aku juga naik ojol, dia naik motor, enggak mungkin lah kita janjian bareng. Enggak usah lebai deh, Bel." Jawab Dita sambil berjalan pergi meninggalkan Bella yang mulai membuatnya kesal.
"Ya Dita, tunggu aku. Jangan marah begitu dong." Bella berlari mengejar Dita.
“Kamu ini aneh sih Bel, di kampus ini kan banyak mahasiswa, sampai bareng ke kampus itu hal yang wajar apalagi kalau jadwal kelasnya bersamaan, kecuali aku boncengan sama dia baru boleh deh kamu heboh kaya tadi.” Dita masih kesal dengan sikap Bella tadi.
“Iya Ta maaf, iya deh aku salah. Habisnya aku enggak pernah barengan sampai sama Kak Rendra. Kan aku juga pengen Ta bareng Kak Rendra.” Bella mengungkapkan isi hatinya.
“Ya sudah sana pacaran sama Kak Rendra-mu itu biar bisa berangkat dan bareng terus sama dia.”
“Doakan ya Ta, semoga aku bisa jadi pacarnya Kak Rendra, aamiin.” Doa Bella sambil menengadahkan tangan lalu mengusapkan ke wajahnya.
Dita hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum geli melihat tingkah sahabatnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Sayang❤
bcnyq krn mak sephi..tp dah bc..ko gimna gitu...berasa lebay aja scriptnyq..
.apa aq yg salah..krn standarnya aq mak sephi?? maap thorr..
2022-06-16
4
Lenykoe
wah Della kayak cctv-nya Rendra
2022-06-07
2
Muhammad Alwi
bagus..
2022-05-07
2