CINTAKU LDR TERUS
Hastari Ananda, seorang gadis yang manis, tinggi berkulit putih langsat dengan rambut panjang. Dia berusia 22 tahun pembawaannya periang tapi juga perasa. Saat ini ia tengah senang bukan kepalang karena berhasil diterima di sebuah perusahaan retail besar di Indonesia.
Esok ia akan mulai bekerja maka hari ini ia akan mempersiapkan segalanya, seperti baju seragam, sepatu, tas dan tentu saja hairnetnya, karena ia berambut panjang maka ia harus menggunakan hairnet tersebut.
"Seperti security saja seragam gw ya...hmm" gumamnya seraya merapikan lagi baju seragamnya kemeja hitam dan celana hitam, sepatupun harus pantovel hitam dan kaos kaki hitam..serba hitam kan bagaimana tidak dibilang security coba!!
Keesokan harinya ia bangun pukul 4.30 pagi, setelah sholat shubuh ia merapikan tempat tidurnya beranjak untuk ke dapur membuatkan teh dan sarapan untuk keluarganya. Tugas seperti ini sudah rutin ia lakukan semenjak kelas X SMA makanya ia sudah tidak asing lagi mengerjakan ini semua.
Pukul 7.00 ia sudah bersiap siap untuk mandi, 30 menit kemudian ia telah selesai mandi, berpakaian dan sudah rapi menggunakan baju seragamnya.
Kini ia tengah di depan kaca untuk sedikit memoles wajahnya dengan sedikit bedak dan lipstik. "Sudah!!" serunya.
Pukul 9.30 Tari sudah berada tepat di depan cabang yang akan ia tempati, di depannya sudah terlihat rolling door terbuka setengahnya bertanda sudah ada orang di sana, dengan cepat Tari membuka rolling door tersebut dan masuk ke dalam, betul saja di sana sudah ada 2 orang laki laki, yang satu kelihatannya berusia dibawah dari Tari dan yang satu lagi terlihat lebih dewasa dari Tari.
Sesaat mereka saling bergantian tatapan dan kemudian Tari menyerahkan surat tugas kerjanya yang di dapat dari kantor pusatnya.
Kemudian laki yang lebih tua dari Tari berucap
"Kemarin udah di ajarin kan finger print?" kemudian Tari menganggukkan kepalanya seraya berkata "udah mas"
"Ya udah absen dulu ya, habis itu lu ambil air dari washtafel terus ngepel." ucapnya memerintah
"Nanti habis ngepel lu langsung siap-siap aja ya nanti ngelap kaca biar.." belum selesai ucapan laki-laki itu tiba-tiba datang seorang laki-laki lagi yang seumuran dengan Tari.
"Sorry Jon gw hampir telat tadi berangkat dari rumah soalnya, gw ngapain nih?"
"Lu ngelap kaca aje Yas"
Iyas teman cabang Tari yang seumuran dengannya dan dia adalah pimpinan cabang tempat Tari bekerja.
"Eh anak baru, kenalin gw Joni", sambil mengulurkan tangannya dan disambut oleh Tari.
Joni juga teman satu cabang Tari yang berusia lebih tua dari Tari dan sudah memiliki istri.
"Gw Rudi, lu siapa namanya dari tadi diem aja".
"Gw Hastari Ananda, panggil aja Tari" kemudian bersalaman dengan Rudi, ia juga teman secabang Tari dan usianya beda 1 tahun dibawah Tari.
Terakhir ia berjabat tangan dengan Iyas sang pimpinan cabang yang kelihatan cuek sambil menyebutkan nama masing-masing.
Saat Tari memulai tugas di hari pertamanya ia mendapatkan seorang pengunjung yang sangat sombong dan sangat tidak ramah, mungkin usianya tidak jauh dari dirinya. Laki-laki itu tengah memilih frame untuk di buatkan kacamata anti UV juga anti radiasi komputer, mengingat laki-laki itu tidak mempunyai minus dimatanya.
Dan saat tengah memilih, wanita disampingnya selalu memberikan pendapat yang menyebalkan, seperti kurang bagus yank, kampungan ih, norak modelnya dan masih banyak lagi lainnya.
"Dit kamu pilihnya di toko lain aja yuk" ucap wanita disampingnya
Namun laki-laki tersebut sepertinya masih enggan untuk pergi dan menjatuhkan pilihannya pada kacamata pertama yang ia coba atas dasar pilihannya sendiri. Karena hanya membuat kacamata anti radiasi maka Tari tidak perlu repot untuk memeriksa, hanya butuh pengukuran jarak pupil kanan dan kirinya saja. Itu saja sih Tari juga bisa melakukannya.
Maka dilakukanlah pengukuran tersebut. Saat Tari sedang memegang alat untuk pengukuran pupil, tak sengaja laki-laki itu juga memegang alat yang dipegang Tari dan malah tangan Tari yang dipegangnya. Saat tangan mereka bersentuhan mereka merasakan hal yang tak biasa, degupan jantung mereka tiba-tiba bekerja tiga kali lebih cepat.
Keduanya pun sama-sama berpikir, ada apa dengan diri mereka. Namun mereka sama-sama masih belum tahu pada perasaannya sendiri. Setelah selesai pengukuran Tari kembali ke tempatnya, yaitu di balik show case tokonya, dan mencatat hasil pengukuran. Setelah itu ia juga menanyakan biodata dari laki-laki tersebut untuk kelengkapan melakukan transaksi.
Setelah selesai semua laki-laki tersebut melunasi semua biayanya di muka. Dan mengatakan kalau yang mengambil kacamatanya nanti bukanlah dirinya, melainkan sekretarisnya, dan hanya di jawab anggukkan oleh Tari.
Keesokan harinya
Tari yang sedang membersihkan kacamata yang baru selesai di potong lensanya melihat pada sebuah frame yang kemarin dipilih oleh seorang laki-laki yang ia tahu namanya Aditya. Ia pun tersenyum simpul mengingat kejadian kemarin.
"Aneh, cowok kaya cewek yang belanja sibuk cari-cari barang bagus tapi pilihannya jatuh ke barang cobaan pertama" batin Tari dalam hatinya
Beberapa bulan kemudian
Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Saat sudah 3 bulan ia berada di cabangnya ia mendapat panggilan dari HRD kantor pusat untuk melaksanakan training kenaikan tingkat, karena itu pimpinan cabangnya Iyas memberikan persiapannya untuk training tersebut, tak terasa hal tersebut membuat mereka saling akrab satu sama lain dan karena hal itulah mereka sekarang sudah sering pulang bersama karena ternyata rumah orang tua Iyas tak berada jauh dari rumah Tari, hanya berbeda Rt saja.
Saat yang ditunggupun datang, hari dimana Tari akan mengikuti training kenaikan tingkat, tak disangka teman-teman satu angkatannya pun ikut juga di sana. Mereka berbincang di ruang tunggu sambil membicarakan cabang masing-masing, tidak kalah Tari pun menceritakan bagaimana cabangnya, bagaimana pimpinannya dan teman-temannya di sana, tak lama trainer mereka pun datang tandanya kelas akan dimulai.
Setiap hari Tari dan teman-temannya mendapatkan materi untuk tingkat berikutnya, mereka mendengarkan dan memperhatikan dengan seksama karena materi ini nantinya akan diujikan dihari terakhir mereka berada di sana. Akhirnya setelah 2 minggu mendapatkan materi keesokan harinya Tari dan teman-temannya akan ujian materi yang selama ini diberikan sebagai syarat kenaikan tingkat.
Malam ini Tari tengah berada di atas tempat tidurnya sambil telungkup dan mempelajari materi tersebut dari awal, saat sedang mengingat-ingat pelajaran praktiknya ponsel Tari berbunyi pertanda ada pesan masuk,
dilihatnya ponsel tersebut,
"Woi besok ujian yaa?"
"Iya nih...ada tips ga biar gw lulus nih?"
"Ada nih"
"Apaan tuh yas?"
"Belajar yang bener sekarang, terus besok pas mau ujian baca Bismillah dulu nah habis itu lu jawab deh soal-soal itu sama jawaban yang bener" jawab Iyas sambil terkekeh di depan layar ponselnya.
"Eh dasar lu gimana sih, kalau itu mah gw juga udah tau, kasih kisi-kisinya kek" kata Tari sambil mendengus kesal.
"Hahaha, kaya ujian semesteran aja lu. Semua yang dikasih kemarin ada kok walaupun cuma 1 soal aja"
"Udah lu pasti bisa jawabnya semua, kemarin aja udah sedikit paham kok pas di cabang!"
"Semangat yaa!!"
"Ya udah deh iya. Makasih yaa."
Setelah itu Tari sibuk lagi dengan buku bukunya, hingga malam dan tertidur diantara tumpukkan buku buku itu.
Keesokan harinya Tari bangun pukul 5.00 pagi dan setelah itu cepat-cepat ia membuat teh, kemudian cepat-cepat mandi, cepat-cepat sarapan dan berangkat ke tempat dia akan tes ujian hari ini. Semua dikerjakan cepat-cepat karena ia takut akan terlambat ke tempat ujian, seperti yang kalian tahu Jakarta adalah sarang kemacetan hehe.
Setelah 2 jam perjalanan akhirnya Tari sampai di tempat ujian dan sebelum ujian dimulai ia pun membaca-baca lagi bukunya. Tak berapa lama ada tanda pesan masuk dari ponselnya,
"Semangat Tari"
"Isss deg-degan nih w Yas, nanti ujian w jelek hasilnya gimana gw dibuang ke cabang pelosok lagi"
"Tenang aja...calm down, pasti lu bisa"
"Iya deh, doain gw ya"
"Selalu...udah sana konsentrasi"
"Ya udah...makasih ya"
Ternyata Iyas yang mengirim pesan. Tak lama trainer pun datang dan membagikan kertas selebaran untuk absen dan setelah itu memberikan soal-soal ujian kepada para peserta. Akhirnya ujian pun dimulai.
Setelah 3 jam berkutat dengan ujian mereka telah selesai dan mengumpulkan hasilnya. Dan sesuai instruksi dari HRD mereka diwajibkan untuk kembali ke cabang masing-masing setelah ujian selesai dan hasilnya akan diumumkan 1 minggu lagi.
Beberapa teman Tari menawarkan diri untuk mengantarnya sampai ke cabang, namun tak ada satupun yang diterimanya. Begitulah Tari lebih senang menggunakan transportasi umum dari pada harus berboncengan dengan teman-temannya, lagi pula mereka juga harus kembali ke cabang masing-masing jadi harus bergegas agar tidak terlalu kena macet saat jam makan siang nanti. 2 jam perjalanan dari tempat training sampai ke cabang Tari, akhirnya ia pun sampai disana. Setibanya di cabang,
"Assalamu'alaikum," seru Tari
"Waalaikum salam" jawab teman teman Tari serempak
"Lah kok balik sini sih lu!!" kata Rudi
"Lah terus gw harus kemana? Masa ke rumah? Nanti gw di bilang ga masuk!!" ucap Tari kesal karena masih capek setelah perjalanan yang melelahkan itu.
"Kan emang hari ini jadwal libur lu Tari!" ucap Iyas mengingatkan
"Tadi kenapa nggak tanya jadwal dulu sih!"
"Ya ampun Yas gw lupa, yah gimana dong masa udah sampe sini suruh langsung pulang lagi, gila berkonde betis gw mana tadi gw berdiri di bis sekarang suruh balik pulang!" seru Tari dengan panjang lebar karena kesal.
"Ya udah absen aja lah, nanti juga diitung masuk, nanti email aja sekalian" seru Joni memberi solusi
"Oke deh, lu email ya" jawab Iyas
"Tenang bos" jawab Joni lagi sambil menautkan jari telunjuknya dan ibu jarinya hingga membuat huruf O.
Begitulah mereka di cabang saling memberi solusi saat ada masalah, bercanda tanpa ada batasan pimpinan atau bukan.
"Tari nanti gw pulang ke rumah ibu gw, lu mau bareng nggak" ucap Iyas.
"Iya yas boleh, capek gw udah mikir pas ujian trus kena macet kesini, tapi sampai depan rumah ya, please!" ucap Tari memohon
"Yah dasar minta jantung lu udah di kasih hati juga, wani piro?" ucap Iyas
"Sekarepmu" jawab Tari sambil mencebikkan bibirnya.
"Hahah ngambek gitu aja, iya nyonya nanti diantar sampai depan pintu" jawab Iyas sambil menepuk jidat Tari.
Diperjalanan pulang Tari mengajak Iyas mengobrol membahas ujiannya tadi "Yas nanti buat tau gw udah lulus apa ga nya gimana?" tanya Tari sambil berpikir karena dia belum berpengalaman.
"Telepon aja HRD nya dulu tanya lu lulus kaga terus kalau udah tau baru bikin surat pengajuan ganti transport, baru nanti disitu ditulis lu lulus" diam sejenak kemudian Iyas buka suara lagi
"Terus habis itu lu di mutasi deh ke luar pulau".
Deg
Setelah kata-kata Iyas barusan membuat Tari tidak tenang, memikirkan bagaimana ia nanti akan hidup di luar pulau, iya di luar pulau karena Tari akan di mutasi ke daerah seperti Sumatra, Sulawesi, Kalimantan atau Papua mungkin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
IM Ye-eun
Mampir akak 🙃
2021-03-17
2
.👄.
mampir...ga nyangka dikau seorang othor...🤣🤣🤣
2021-02-23
1
Tiwi 02
Thor mau tanya...novel ini udah di kontrak sama noveltoon belum?Maaf melenceng pertanyaannya?
2021-02-12
1