Nayara Mahesa adalah anak pertama dari bapak Reza Mahesa. Ibunya Nayara meninggal dunia ketika Nayara berumur dua tahun karena penyakit kanker rahim dan satu tahun kemudian papanya menikah lagi. Dari pernikahan keduanya papanya Nayara memiliki seorang putra yang bernama Allen Mahesa. Umur Allen hanya terpaut tiga tahun lebih beberapa bulan, dari Nayara.
Allen berumur tujuh belas tahun dan beberapa Minggu yang lalu, baru saja merayakan sweet seventeen secara besar besaran di sebuah restoran mewah. Padahal dulu, sewaktu Nayara berumur tujuh belas tahun tidak ada ucapan selamat ulang tahun dari mama tiri, adik tirinya bahkan, dari papa kandungnya sendiri. Hanya Devon kekasihnya yang memberikan ucapan selamat, kado berupa jam tangan cantik, dan perayaan kecil kecilan di pinggir pantai. Devon membeli kue kecil, memasang lilin di atasnya, menyuruh Nayara untuk make a wish, kemudian memakan kue itu bersama sama. Momen yang sangat indah dan membuat Nayara semakin mencintai Devon.
Allen Mahesa
Mama tirinya Nayara tidak menyayangi Nayara dan memperlakukan Nayara berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Allen. Allen begitu dimanja dan disayanginya tetapi terhadap Nayara dia selalu sinis dan galak.
Papanya Nayara yang selalu sibuk di kantor dan selalu pulang larut malam, tidak pernah mengambil pusing dan mempedulikan perbedaan kasih sayang yang diberikan oleh istrinya itu kepada Nayara.
Nayara telah lulus Sekolah Menengah Kejuruan jurusan pariwisata. Nayara ketika masih duduk di bangku SMK, sudah bisa mencari uang sendiri dengan menjadi tour guide. Uangnya dia kumpulkan karena, dia mempunyai impian suatu saat nanti bisa hidup mandiri lepas dari mama dan papanya.
Putri dari Reza Mahesa itu memutuskan tidak melanjutkan kuliah karena mama tirinya tidak bersedia menguliahkannya dan papanya menyetujui begitu saja keputusan dari istri cantiknya itu. Nayara sekali lagi hanya bisa menurut dan pasrah. Dan akhirnya Nayara melanjutkan pekerjaannya sebagai tour guide untuk mencari tambahan uang dan untuk mengisi waktu luangnya.
Nayara mengenal kekasihnya di pantai, kekasihnya itu juga seorang tour guide lebih tua tiga tahun dari Nayara dan sangat dewasa pemikirannya, sangat mencintai dan menyayanginya.
Mereka kemudian memutuskan untuk bertunangan ala ala anak remaja seumuran mereka yang tengah dimabuk cinta. Nayara bertekad kalau seumur hidupnya dia hanya akan mencintai Devon Buana.
Devon Buana
Nayara membukakan pintu untuk Allen, adik laki lakinya itu kembali pulang malam dan dalam keadaan mabuk padahal masih duduk di bangku SMA. Sejak merayakan ulang tahun yang ketujuh belas, beberapa Minggu yang lalu, Allen berubah drastis, jadi sering pulang malam dalam keadaan mabuk.
"Kamu pulang malam lagi, dan bau kamu, bau alkohol pekat sekali, bikin kakak mual, nih" Nayara memapah tubuh adiknya dan melangkah menuju ke kamar adiknya. Nayara membaringkan adiknya di atas tempat tidur dan melepaskan sepatu adiknya.
"Dek? kami sebenarnya dari mana? kenapa sering banget pulang malam dan mabuk akhir akhir ini?"
Tetapi yang ditanya hanya diam dan mendengkur.
Nayara menghela napas panjang kemudian menyelimuti tubuh adik laki lakinya yang beda ibu dengannya itu dengan penuh kasih sayang.
Nayara sangat menyayangi Allen begitu juga Allen. Sebenarnya Allen pun begitu menyayangi kakaknya cuma takut untuk menunjukkannya ke Nayara, Allen merasa malas kalau mamanya mengomel ketika Allen menunjukkan sedikit saja rasa sayang dia untuk kakaknya. Itulah kenapa Allen kemudian menjadi acuh tak acuh terhadap kakaknya.
Nayara kemudian mematikan lampu kamarnya Allen, melangkah keluar dari kamarnya Allen dan menutup pintunya.
Nayara kemudian masuk kembali ke kamarnya.
"Allen, semoga kamu bisa berubah dan mau mendengarkan nasehat kakak untuk tidak lagi keluyuran malam dan mabuk mabukan" Nayara bergumam sendiri sembari berbaring dan menatap langit langit kamarnya.
Nayara kemudian meraih foto mama.kamdungnya "ma, doakan Nayara untuk bisa bertahan, bersabar dan selalu kuat, hidup di rumah ini. Nayara sebenarnya sudah tidak betah hidup di rumah ini, ma. Papa tidak pernah peduli dengan Nayara, papa hanya peduli dengan pekerjaan, istri dan putra kesayangannya. Papa lupa kalau papa juga memiliki Nayara. Mama baru Nayara pun, tidak pernah sedikitpun menyayangi Nayara" tanpa Nayara sadari, air mata menetes di atas bingkai foto mama kandungnya itu.
"Ma, kadang Nayara pengen ikut mama naik ke Sorga, Nayara lelah menjalani hidup seperti ini. Tapi Tuhan belum bersedia untuk membawa Nayara bertemu dengan mama. Nayara sangat merindukan mama" Nayara kemudian memeluk erat foto mamanya dan menangis terisak.
Nayara menghentikan tangisnya ketika mendengar pintu rumahnya kembali diketuk oleh seseorang "itu pasti papa" Nayara kemudian bangun dan melangkah ke ruang depan untuk membukakan pintu.
Papanya Nayara melangkah masuk dan Nayara kembali mengunci pintunya.
"Mama kamu mana?" papanya Nayara berucap sembari melangkah ke kamarnya.
"Mama sudah tidur, pa" jawab Nayara.
"Lalu adik kamu?"
"Allen juga sudah tidur"
Kemudian papanya melangkah menuju ke kamarnya meninggalkan Nayara.
Nayara begitu ingin disapa, dibelai rambutnya, dan diajak duduk sebentar untuk mengobrol oleh papanya. Tetapi itu hanyalah impian belaka bagi seorang Nayara.
Nayara akhirnya melangkah gontai kembali ke kamarnya.
"Apakah aku harus katakan ke mama dan papa soal Allen yang sudah satu Minggu ini selalu pulang malam dalam keadaan mabuk?" gumam Nayara sembari menatap langit langit kamarnya.
Gadis cantik keturunan Mahesa itu, kembali memeluk bingkai foto mama kandungnya dan berusaha untuk memejamkan mata menuju ke alam mimpi dan berharap semoga di alam mimpi, dia menemukan kebahagiaan.
Devon masih berada di dalam sebuah apartemen mewah milik seorang wanita yang umurnya separuh lebih tua darinya, mereka habis bercinta dengan buasnya. Mereka sebenarnya berjanji untuk tidak bertemu lagi satu sama lain, tapi takdir berkata lain. Wanita itu merupakan istri dari seorang pengusaha kaya raya dan merasa kesepian di pulau B. Suaminya yang melakukan ekspansi besar besaran untuk bisnisnya, hanya sibuk meeting dan memantau bisnisnya di lapangan, tanpa menyadari kalau istrinya itu kesepian dan merasa bosan ketika harus mendampinginya meeting ke sana kemari. Wanita itu sangat seksi dan cantik di usianya yang sudah menginjak empat puluh tahun. Anggun dan elegan, dia bernama Berlian, sesuai dengan namanya dia berkilau bak berlian di mata seorang remaja seperti Devon.
Awal perjumpaan Berlian dengan Devon beberapa hari yang lalu.........................
Di jamuan makan yang mewah seperti biasanya Berlian dipaksa suaminya untuk mendampinginya tetapi Berlian menolak pergi dengan alasan sedang PMS, merasa pusing dan lemas. Akhirnya suaminya itu pun pergi sendiri, meninggalkan Berlian di dalam kamar apartemen super mewahnya.
Beberapa menit setelah kepergian suaminya, Berlian pun keluar dari dari apartemen itu dan langsung meluncurkan mobilnya ke pantai.
Langit nampak indah di senja yang temaram, Berlian langsung membuka dressnya melempar asal di atas pasir putih pantai nan indah itu, lalu berenang untuk melepas segala penat dan kejenuhan selama menjalani lima belas tahun pernikahannya tanpa cinta.
Setelah puas bermain air dan berenang, cewek seksi nan cantik itu berjalan dengan gemulai di pinggir pantai, menggelar kain pantainya kemudian dia berbaring di atasnya, memakai kacamata hitam super mahalnya dan menatap langit.
Devon memandang Berlian dari kejauhan. Devon langsung terpikat akan keseksian dan kecantikannya Berlian dalam balutan pakaian renang two pieces-nya yang berwarna hitam.
Devon kemudian mendekati Berlian yang tengah berbaring di atas pasir beralaskan kain pantai.
"Hai?" sapa Devon dengan nada menggantung.
Berlian menoleh dan mendongakkan wajahnya untuk melihat siapa yang menyapanya. Berlian melihat seorang cowok muda lumayan tampan berdiri di sampingnya "hai" Berlian menyapa balik dan kembali menatap langit
"Emm, sebentar lagi gelap, apakah tidak berbahaya bagi seorang wanita berada sendirian di pantai, seperti ini?"
"Kenapa, kau mau menemaniku?" tanya Berlian tanpa basa basi.
Devon kemudian duduk di sampingnya Berlian "aku Devon, ayahku pemilik salah satu restoran di pantai ini, dan aku seorang tour guide, mahasiswa sastra Inggris"
Berlian tetap menatap langit dan berucap "aku Berlian"
"Apakah kamu tersesat? apa kamu perlu tour guide?" Devon merasa nyaman mengobrol dengan Berlian yang terkesan santai, oleh sebab itu dia pun menggunakan bahasa tidak formal kepada Berlian.
"Berapa?" tanya Berlian sambil melepas kacamatanya dan menoleh ke Devon.
"Gratis, aku kasih gratis. Anggap saja promo dan bonus untuk perkenalan kita"
"Oke" Berlian kemudian mengulurkan tangannya ke Devon sebagai kode supaya Devon membantunya untuk bangun.
Devon memegang tangannya Berlian dan membantunya untuk bangun. Ada sensasi aneh yang Devon rasakan ketika dia menyentuh tangan wanita yang sangat seksi yang kini berdiri di depannya.
Berlian kemudian mengenakan kembali dressnya di depan Devon dan mengajak Devon meninggalkan pantai untuk masuk ke dalam mobil sedan merahnya yang super mahal.
"Oke, kita mau ke mana?" tanya Berlian sembari mengemudikan mobilnya.
"Mau ke museum?"
"Aku sudah ke sana kemarin" jawab Berlian.
"Mau ke bangunan bersejarah atau candi?"
"Aku juga sudah pernah ke sana" Berlian terkekeh geli dan melirik Devon.
"Semua sudah pernah, lalu kenapa kamu menyetujui permintaanku untuk menjadi tour guide kamu?"
"Berapa umur kamu, kamu masih bocah ingusan sepertinya" Berlian mengusap kasar rambut cepaknya Devon.
Devon mendengus kesal dan berucap "jangan mengusap kepalaku, kau perlakukan aku seperti anak kecil! aku juga bukan bocah ingusan, beberapa bulan lagi umurku dua puluh tiga"
"Hahahahaha, umur dua puluh tiga saja bangga" Berlian menghentikan mobilnya di depan sebuah galeri lukisan.
Devon kembali mendengus kesal, tapi Berlian tidak menggubrisnya alih alih turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam galeri.
Devon langsung turun dari mobil dan berlari menyusul langkahnya Berlian "kau suka seenaknya seperti ini ya?"
Berlian menoleh ke Devon dan mengulas senyum cantiknya.
Shit! Devon mengumpat di dalam hatinya ketika melihat senyum cantik dan seksi miliknya Berlian.
Mereka kemudian melihat lihat lukisan.
Devon memberanikan diri untuk bertanya "kau sudah tahu umurku, sekarang katakan berapa umurmu?"
"Tebak saja bocah!" kata Berlian dengan santainya sambil berdiri di depan sebuah lukisan indah, seorang wanita tengah menatap langit senja dengan posisi membelakangi pengamatnya. Berlian melihat nama pelukisnya, Axel B.
"Jangan panggil aku bocah! aku hampir dua puluh tiga tahun"
"Cih! hampir dua puluh tiga tahun saja bangga"
Devon kembali meradang karena berulangkali dianggap anak kecil oleh wanita itu. Kemudian Devon menarik pinggang Berlian dengan tangan kirinya dan menangkup pipinya Berlian dengan tangan kanannya. Devon lalu mencium singkat bibir sensualnya Berlian. "Anak dua puluh tiga tahun bisa melakukan segala hal" ucap Devon setelah melepaskan ciumannya.
Berlian tersenyum menggoda "apa saja itu? aku penasaran nih"
"Ajak aku ke rumah kamu, maka akan aku tunjukkan" Devon menyeringai.
"Jangan ke rumahku, kita ke hotel saja"
Mereka akhirnya menuju ke hotel. Berlian yang membayar kamar hotelnya. Dan di kamar itu mereka mulai berciuman dengan sangat liar, dan bercinta dengan sangat indah. Pengalaman pertama bagi Devon dan terasa begitu memabukkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Ummu Jihad Elmoro
si devon trrnyata bronis penyuka tante2.. 😂😂
2021-09-29
0
Desrina Tobing
q mmanpir thoour...msii nyimak 😊👍
2021-09-20
0
Aku Ya Aku. 😂😂
menarikk
2021-07-23
0