Chapter 2 : Topaz Academy (2)

Gunung Topaz yang berwarna biru kristal itu, terlihat seperti pegunungan berlian bila terkena sinar mentari. Meski begitu indah, namun jalan menuju puncaknya sangatlah berbahaya. Dikatakan bila hanya beberapa orang saja yang mampu berjalan menuju puncak Gunung Topaz dengan selamat. Dan kembali lagi ke bawah dengan keadaan tidak lecet sedikitpun. Dan akademi Topaz, bangunannya sendiri hampir menjadi bagian dari gunung suci itu. Ada sebuah bagian dari akademi, di mana langsung terhubung dengan terowongan gunung Topaz. Yakni ruang Kepala sekolah.

Meskipun hanya satu bagian saja yang menyatu dengan gunung Topaz, namun dari aula saja sudah dapat terasa bila bangunan sekolah benar-benar mendeskripsikan tentang gunung suci itu. Di aula yang sangat luas, di mana bagian atapnya yang terbuat dari kaca, langsung menampilkan kaki gunung Topaz yang berkilau. Tidak sedikit orang yang berdecak kagum pada keindahan gunung suci itu. Mengingat, untuk melihat sedekat ini dengan gunung Topaz haruslah mendapatkan izin dari akademi ini. Sekolah yang juga menjadi pelindung gunung suci.

"Baiklah-baiklah semua, perhatikan ke arahku dengan benar."

Semua langsung mengalihkan pandangannya ke arah Barcus yang ada di podium, bersama beberapa guru lainnya. Jubah birunya bergerak ketika tangannya tidak kunjung diam. Ia memandangi para peserta yang lolos dengan tatapan kesal. Karena masih saja ada orang yang belum menuruti perintahnya.

"Baiklah. Aku apresiasi untuk kalian yang melaksanakan ucapanku barusan dengan cepat." Barcus menghela napas. Ia mulai mengeluarkan sebuah gulungan dari tangannya dengan sihir yang ia kuasai. Salah satu sihir dasar di tingkat Mage. Membuka gulungan kertas itu perlahan, Barcus mendengus keras membuat para pengajar yang duduk di belakangnya termasuk Kepala sekolah, mengerutkan dahi mereka bingung.

"Sebenarnya, kebanyakan dari kalian mendapat keberuntungan bisa menjadi bagian dari akademi ini," Barcus menggulung kembali kertas itu lalu menghilang dengan sendirinya, "karena untuk bisa membuat bola kristal menunjukkan warna, haruslah berada di tingkat Teksis level 21. Itu level paling rendah untuk murid di akademi ini," tutur Barcus dengan suaranya yang begitu lantang. Para pendaftar yang lolos langsung menundukkan kepala. Sebagian dari mereka merasa tersindir dengan ucapan Barcus barusan. Ini sama seperti, Barcus memberitahu bila pemilik level di bawah 21 tidak begitu diharapkan kehadirannya.

Zelden berdehem dengan suara keras yang membuatnya langsung mendapat perhatian penuh dari Barcus. "Ada apa, Kepala sekolah?" tanya guru itu tanpa rasa bersalah sedikitpun. Semua guru yang duduk di sebelah Zelden menggeleng pelan dengan kepala tertunduk ataupun tersenyum masam. Sedangkan Zelden tidak menampilkan ekspresi apapun. Bibirnya terkunci dengan rapat.

"Baiklah, bila tidak ada yang ingin kau katakan, aku akan melanjutkan ini." Barcus kembali menatap para pendaftar dengan raut tegas.

"Sebelum kalian kubiarkan keluar dari aula ini, ada satu hal yang ingin aku sampaikan mengenai akademi Topaz ini. Hal penting yang harus kalian ingat sampai mati." Perkataan Barcus benar-benar berhasil membuat bulu kuduk para pendaftar yang lolos berdiri. Jika sudah menyangkut tentang kematian, maka ini bukan hal yang baik.

"Dalam akademi ini, tingkat kekuatan kalian sangat berpengaruh dalam kegiatan sehari-hari. Maka siapkan mental kalian mulai detik ini. Bila ada yang merasa tidak akan sanggup, kalian tahu di mana letak pintu keluarnya," ujar Barcus datar. Ia mengibaskan tangannya pelan, seolah sudah malas dengan apa yang seharusnya ia katakan pada para pendaftar yang lolos itu.

"Aku sudah selesai bicara. Kalian boleh pergi dari tempat ini," ujarnya lagi ketika tubuh para remaja itu menegang. Ia berjalan acuh melewati para guru yang lebih senior darinya lalu melangkah meninggalkan aula begitu saja. Zelden menghela napas panjang. Sejak awal, memang bukan tindakan yang benar bila menyuruh Barcus bicara di depan para pendaftar yang lolos.

Zelden yang tiba-tiba berdiri, membuat semua orang menutup rapat mulutnya untuk memperhatikan dengan baik Kepala Sekolah Topaz itu.

"Hiraukan saja apapun yang Barcus katakan sebelumnya. Kalian bisa pergi ke gedung asrama untuk pembagian kamar," ujar Zelden. Ia langsung melangkahkan kakinya menuruni podium diikuti oleh semua guru. Mereka berjalan keluar diikuti tatapan penasaran dari para remaja itu.

Meskipun penerimaan murid baru di sekolah ini lebih cepat 4 bulan daripada biasanya, namun Zelden tidak pernah menyangka akan mendapatkan cukup banyak murid dengan kekuatan di atas rata-rata. Ya, setidaknya sudah cukup meski dominan pendaftar yang lolos memiliki tingkat level yang masih sangat rendah.

"Kepala sekolah. Lalu, bagaimana dengan sistem pembelajarannya?" Zelden menoleh ke arah Cheya dengan senyuman yang terukir di wajah keriputnya.

"Jangan pikirkan itu. Tetap lakukan hal yang serupa seperti sebelum-sebelumnya saja untuk menjadikan mereka orang-orang terkuat." Cheya mengangguk mengerti. Ia memelankan langkahnya hingga kembali berjalan setelah satu langkah berada di belakang Zelden.

Sebenarnya bukan hanya Cheya saja yang ragu, namun hampir semua guru. Mereka sudah mendapatkan daftar para pendaftar yang lolos seleksi itu sebelumnya. Dan betapa terkejutnya mereka ketika mendapati jumlah murid dengan level di bawah Teksis cukup banyak. Ini seperti ada sesuatu yang salah dengan bola kristal itu.

"Tidak ada yang salah dengan bola kristal itu." Kepala para guru yang berjalan di belakang Zelden langsung terangkat dengan dahi mengerut. Mendengar hal barusan membuat mereka merasa bila Zelden bisa membaca isi pikiran mereka.

Zelden kembali bicara, "mungkin ini memang takdir dari langit untuk sekolah kita. Lagipula, firasat buruk selalu menghantui diriku akhir-akhir ini." Setelahnya, Zelden kembali melangkah tanpa menyadari para guru yang berhenti untuk mencerna ucapannya itu.

Firasat yang Zelden rasakan bukanlah firasat biasa. Itu adalah salah satu anugerah yang Zelden dapatkan sebagai Kepala Sekolah ini. Bila Zelden mengatakan hal demikian, maka sudah jelas akan ada hal buruk yang terjadi. Mungkin ini juga yang kristal suci itu rasakan, sehingga bisa meloloskan para pendaftar yang levelnya masih sangat jauh dari kata siap. Bukan para pendaftar yang memiliki kekuatan yang bisa digunakan untuk bertempur nantinya.

"Aku masih saja bingung akan sesuatu hal," semua para guru menoleh ke arah Azura, "bagaimana kriteria yang pantas menurut bola kristal suci itu? Bukankah kalian merasakan hal yang sama denganku? Tadi saja, ada pendaftar yang berada di level 27, namun gagal membuat bola itu bersinar," jelas Azura. Semua guru kembali bungkam.

"Hati yang suci? Atau..."

"Aku tidak yakin, Guru Delwana. Sangat sulit untuk menebak benda mati terutama yang suci itu. Hanya Langit dan mungkin saja Kepala Sekolah yang mengetahuinya," ujar Pisces memotong. Semua guru kembali berjalan. Mereka masih saja memikirkan apa yang satu hari ini terjadi. Sangat sulit diterima logika, dengan hasil pendaftaran tahun ini. Mungkin memang benar, bola kristal itu tengah mencari sosok yang bisa diandalkan ketika firasat buruk Zelden menjadi nyata.

Episodes
1 PROLOG
2 Chapter 1
3 Chapter 2 : Topaz Academy (2)
4 Chapter 3 : Camoline
5 Chapter 4 : The Dinner
6 Chapter 5 : Theory
7 Chapter 6 : 3 Elemen Alam
8 Chapter 7 : Pindah Tingkatan
9 Chapter 8 : Klan Chromos
10 Chapter 9 : Rahasia
11 Chapter 10 : Bertarung
12 Chapter 11 : Khawatir
13 Chapter 12 : Fakta Baru
14 Chapter 13 : Petinggi Klan Putih
15 Chapter 14 : Mate Different Fate
16 Chapter 15 : Petinggi Istana
17 Chapter 16 : Petinggi Istana (2)
18 Chapter 17 : Pertunjukkan
19 Chapter 18 : Pertunjukan (2)
20 Chapter 19 : Kesedihan
21 Chapter 20 : Diskusi
22 Chapter 21 : Latihan
23 Chapter 22 : Bagaimana jika...
24 Chapter 23 : Mate
25 Chapter 24 : Kutukan
26 Chapter 25 : Siapa?
27 Chapter 26 : Kekuatan
28 27. Ketahuan
29 Chapter 28.
30 Chapter 29. Hari Ujian
31 30. Keputusan
32 31.
33 32.
34 Chapter 33. Penyerangan
35 Chapter 34. Bertemu
36 Chapter 35.
37 Chapter 36. Ayah
38 Chapter 37. Kisah Lalu
39 Chapter 38. Asdus
40 Chapter 39. Hilang
41 Chapter 40 : Hilang (2)
42 Chapter 41 : Batu Opal
43 Chapter 42 : Sang Tetua dan Cahaya Kutukan
44 Chapter 43 : Rahasia Penjelajah
45 Chapter 44 : Mengetahuinya
46 Chapter 45 : Retakan
47 Chapter 46 : Kisah
48 Chapter 47 : Rindu
49 Chapter 48 : Kabar
50 Chapter 49 : Aliansi
51 Chapter 50 : Kunjungan
52 Chapter 51 : Dilema
53 Chapter 52 : Bagian Terakhir
54 Chapter 53 : Azura sang Putri
55 Chapter 54 : Kekuatan yang Meningkat
56 Chapter 55 : Rahasia Violetta
57 Chapter 56 : Langit Jingga
58 Chapter 57 : Terlihat
59 Chapter 58 : Bergerak tanpa Berpikir
60 Chapter 59 : Kesepakatan
61 Chapter 60 : Keributan
62 Chapter 61 : Surat
63 Chapter 62 : Hancur atau Dihancurkan
64 Chapter 63 : Jiwa yang Bereinkarnasi
65 Chapter 64 : Cahaya di balik Bayangan
66 Chapter 65 : Di balik Cerita
67 EPILOG
Episodes

Updated 67 Episodes

1
PROLOG
2
Chapter 1
3
Chapter 2 : Topaz Academy (2)
4
Chapter 3 : Camoline
5
Chapter 4 : The Dinner
6
Chapter 5 : Theory
7
Chapter 6 : 3 Elemen Alam
8
Chapter 7 : Pindah Tingkatan
9
Chapter 8 : Klan Chromos
10
Chapter 9 : Rahasia
11
Chapter 10 : Bertarung
12
Chapter 11 : Khawatir
13
Chapter 12 : Fakta Baru
14
Chapter 13 : Petinggi Klan Putih
15
Chapter 14 : Mate Different Fate
16
Chapter 15 : Petinggi Istana
17
Chapter 16 : Petinggi Istana (2)
18
Chapter 17 : Pertunjukkan
19
Chapter 18 : Pertunjukan (2)
20
Chapter 19 : Kesedihan
21
Chapter 20 : Diskusi
22
Chapter 21 : Latihan
23
Chapter 22 : Bagaimana jika...
24
Chapter 23 : Mate
25
Chapter 24 : Kutukan
26
Chapter 25 : Siapa?
27
Chapter 26 : Kekuatan
28
27. Ketahuan
29
Chapter 28.
30
Chapter 29. Hari Ujian
31
30. Keputusan
32
31.
33
32.
34
Chapter 33. Penyerangan
35
Chapter 34. Bertemu
36
Chapter 35.
37
Chapter 36. Ayah
38
Chapter 37. Kisah Lalu
39
Chapter 38. Asdus
40
Chapter 39. Hilang
41
Chapter 40 : Hilang (2)
42
Chapter 41 : Batu Opal
43
Chapter 42 : Sang Tetua dan Cahaya Kutukan
44
Chapter 43 : Rahasia Penjelajah
45
Chapter 44 : Mengetahuinya
46
Chapter 45 : Retakan
47
Chapter 46 : Kisah
48
Chapter 47 : Rindu
49
Chapter 48 : Kabar
50
Chapter 49 : Aliansi
51
Chapter 50 : Kunjungan
52
Chapter 51 : Dilema
53
Chapter 52 : Bagian Terakhir
54
Chapter 53 : Azura sang Putri
55
Chapter 54 : Kekuatan yang Meningkat
56
Chapter 55 : Rahasia Violetta
57
Chapter 56 : Langit Jingga
58
Chapter 57 : Terlihat
59
Chapter 58 : Bergerak tanpa Berpikir
60
Chapter 59 : Kesepakatan
61
Chapter 60 : Keributan
62
Chapter 61 : Surat
63
Chapter 62 : Hancur atau Dihancurkan
64
Chapter 63 : Jiwa yang Bereinkarnasi
65
Chapter 64 : Cahaya di balik Bayangan
66
Chapter 65 : Di balik Cerita
67
EPILOG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!