Chapter 1

Camoline duduk bersandar di bawah pohon Apel yang tengah berbuah dengan lebat. Disimpannya sebuah buku bersampul kulit cokelat yang ia temukan kemarin malam. Sebenarnya, bukan secara kebetulan, buku di pangkuannya ini ia temukan. Karena sebenarnya, buku ini adalah salah satu koleksi milik Ayahnya yang merupakan Profesor Tinggi di Perpustakaan Pusat Kota. Tempat di mana ribuan bahkan lebih buku berada di sana. Dan untuk mendapatkan posisi seperti Ayahnya adalah hal tersulit. Karena, tidak semua orang mampu mendapatkan gelar itu.

Dan buku ini, adalah sebuah buku yang berada di ruang kerja milik Ayahnya di rumah. Ruangannya bisa dikatakan Perpustakaan Pusat Kota dalam versi yang lebih kecil. Hampir semua buku di ruangan Ayahnya telah Camoline baca. Namun, secara diam-diam. Ia masih merasa canggung bila meminta izin untuk meminjam buku koleksi Ayahnya itu secara langsung. Termasuk dengan buku di pangkuannya saat ini. Buku yang menjelaskan tentang cara untuk mengetahui elemen dasar yang dimiliki seseorang tanpa dibantu oleh orang lain. Camoline sangat penasaran semenjak ia melihat sampul buku ini saja.

Ia penasaran dengan elemen yang ia miliki. Walaupun Ayahnya memiliki elemen cahaya, namun Camoline tidak pernah merasakan bila kekuatannya akan serupa dengan milik Ayahnya. Walaupun jarang, namun bukan hal yang aneh lagi bila seorang anak memiliki elemen yang berbeda jauh dengan milik kedua orang tuanya. Karena itulah, buku ini akan benar-benar menjawab pertanyaan yang sangat mengganggunya selama sepekan ini.

Dibukanya dengan perlahan, halaman per halaman buku itu. Hingga, tangannya berhenti memindahkan halaman ketika melihat sebuah mantera yang begitu asing di matanya. Ia benar-benar baru melihat mantera di buku ini. Di bacanya dengan baik halaman tersebut, tentang langkah-langkah mengetahui elemen yang dimiliki secara cepat dan cukup aman untuk seorang pemula.

Setelah hapal di luar kepala, Camoline menyingkirkan buku itu dari pangkuannya. Ia menegakkan tubuhnya dengan benar, lalu menjernihkan pikirannya. Ia sudah menghapal sebisanya tentang mantera di halaman itu. Berharap, agar ia tidak melakukan kesalahan apapun hari ini. Karena, itu akan mengerikan nantinya.

"Oscail an geata," gumam Camoline dengan mata yang terpejam erat. Mengembuskan napasnya perlahan, Camoline mulai membuka kedua matanya. Bersamaan dengan itu, dirinya dikagetkan dengan pergerakan sulur tanaman yang mulai membelit dirinya. Camoline tetap berusaha untuk terus tenang, tidak ingin mengakibatkan kekacauan besar di kebun apel milik orang lain. Hingga, sulur tanaman itu berhenti bergerak setelah membentuk sebuah perisai di hadapan Camoline. Rupanya, sulur tanaman itu hanya mengikat tangannya dengan lemah.

Senyuman gadis berambut hitam itu terbit, kala dirinya menyadari, bila elemen yang ia kuasai ialah tanaman. Perlahan, ia mulai menggerakkan tangannya. Dan secara mengejutkan, tanaman itu bergerak sesuai gerakan tangannya. Membuat senyuman di wajah Camoline semakin lebar. Sangat tidak menyangka, elemen yang ia miliki saat ini. Walaupun termasuk ke dalam kategori elemen yang lemah, Camoline tidak mempedulikannya. Yang terpenting, dirinya sangat senang setelah mengetahui hal ini.

Kembali fokus pada kekuatan yang baru sedikit diketahuinya, Camoline menyingkirkan semua tanaman yang ada di hadapannya. Ia tidak yakin, darimana sulur tanaman ini berasal. Karenanya, ia hanya menyingkirkan tanaman merambat itu dari sekitarnya begitu saja. Setelahnya, Camoline bangkit dari duduknya sambil membawa buku bersampul kulit itu. Ditepuknya pelan gaun berwarna cokelat yang ia gunakan itu, sebelum berjalan keluar dari perkebunan apel milik Bibi Joarn.

Karena terlalu senang, Camoline sampai melupakan alasan utama kenapa dirinya datang ke tempat ini. Ia benar-benar lupa. Buku yang ada di pelukannya ini, terlalu menggoda untuk segera di baca. Yang mana berhasil membuatnya lupa akan sesuatu hal. Dalam hati, Camoline berharap bila apa yang ia lupakan, bukanlah hal yang sangat penting.

Perkebunan Apel milik Bibi Joarn cukup luas. Luasnya, bahkan sampai mendekati hutan perbatasan. Di perkebunan ini, bukan hanya ditemukan apel-apel merah segar yang tumbuh di sepanjang mata memandang. Namun juga, beberapa peri tanaman dan hewan yang akan terlihat sibuk di sekitar pohon. Bukan Bibi Joarn yang mempekerjakan para peri kecil itu. Melainkan, para peri itu yang memang selalu tiba-tiba muncul di tempat yang dianggap mereka tepat untuk tinggal.

Sesekali, Camoline tersenyum ketika beberapa dari mereka terbang di sekitarnya. Karena sering berkunjung, para peri itu menjadi tidak asing lagi dengan kehadiran Camoline. Bisa dikatakan, hanya mencium aromanya saja, mereka dapat mengenali bila itu adalah Camoline.

Setelah berjalan kaki menyusuri jalan luar satu arah, akhirnya Camoline sampai di depan jalan keluar-masuk perkebunan ini. Langkah kakinya terhenti ketika melihat Bibi Joarn —yang membelakangi dirinya— tengah mengobrol dengan seorang pemuda berpakaian bangsawan. Langkah Camoline terhenti, tepat di belakang Bibi Joarn. Ia menatap lekat ke arah pakaian yang digunakan pria berambut merah itu. Tidak asing di mata Camoline, namun dirinya masih meragukan ingatannya.

Bibi Joarn menoleh ke belakangnya, setelah menyadari bila lawan bicaranya sesekali menoleh ke arah belakangnya. Dahinya mengerut, sebelum senyuman terbit di wajahnya. "Ah, Camoline. Kau sudah bermain di kebunku?" tanya Bibi Joarn. Yang tidak dapat Camoline pastikan, apakah Bibi Joarn tengah menyindirnya atau tidak. Terkadang, Bibi Joarn memang sangat sulit untuk ditebak.

"Begitulah," jawab Camoline seadanya. Kembali, matanya menatap ke arah pakaian si pemuda itu sesekali. Terlihat jelas dirinya penasaran.

"Perkenalkan, beliau adalah Pangeran Londer, dari klan Chromos. Tuan, perkenalkan dia adalah Camoline Laufie, keponakanku," ujar Bibi Joarn. Kedua orang itu langsung membungkuk dengan hormat.

"Senang bertemu dengan Anda, nona Camoline."

"Suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda, Pangeran Londer."

Bibi Joarn tersenyum puas. Sebelum, kerutan di dahinya mendalam ketika menyadari sebuah buku di pelukan Camoline. Ia benar-benar baru menyadarinya. Kembali, ia menatap Camoline penuh tanya. Ditatap demikian, membuat Camoline menjadi salah tingkah. Ia khawatir, akan sesuatu hal yang tidak dapat ia ketahui.

"Itu... Buku darimana?" Camoline mengedipkan sekali matanya. Ia sangat bersyukur bila Bibi Joarn tidak menyadari bahwa buku di tangannya termasuk koleksi milik Ayahnya.

"Aku meminjamnya dari seseorang. Bibi, terima kasih sudah mengizinkanku ke perkebunan Apel lagi. Aku akan pulang lebih cepat hari ini," ujar Camoline dengan senyuman. Bibi Joarn hanya mengangguk saja. Ia membiarkan Camoline berjalan meninggalkan area perkebunan milik dirinya.

Camoline melangkah dengan ringan. Kabar tentang kekuatannya tadi, ia ingin segera memberitahu Ayahnya. Bisa saja, dirinya memberitahu Bibi Joarn tadi. Namun, ia merasa kurang yakin dengan hal itu. Karenanya, ia tidak mengatakan apapun tentang apa yang terjadi tadi di perkebunan. Yah, walaupun Bibi Joarn pasti akan bertanya bila melihat setumpuk tanaman yang tiba-tiba mengganggu kebersihan kebunnya.

Setelah beberapa meter jauh dari Bibi Joarn dan Londer, tubuh Camoline sedikit berputar untuk menatap kembali ke arah mereka. Lebih tepatnya ke arah Londer. Di saat yang bersamaan, pemuda itu juga rupanya tengah memperhatikan dirinya. Hal yang membuat senyuman Camoline terbit walau hanya tipis. Satu hal yang membuat Camoline penasaran pada sosok pemuda itu ialah, aroma yang keluar dari tubuh pria itu.

Matcha?

Revisi : 14 - 03 - 2020

Terpopuler

Comments

Kita_Yama

Kita_Yama

Kak, saran aja dari aku. Sebenernya novel ini bagus loh, kenapa sepi? mungkin karena cover yang kurang menarik. Cover buku itu sangat penting untuk menarik pembaca

2023-05-05

3

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Chapter 1
3 Chapter 2 : Topaz Academy (2)
4 Chapter 3 : Camoline
5 Chapter 4 : The Dinner
6 Chapter 5 : Theory
7 Chapter 6 : 3 Elemen Alam
8 Chapter 7 : Pindah Tingkatan
9 Chapter 8 : Klan Chromos
10 Chapter 9 : Rahasia
11 Chapter 10 : Bertarung
12 Chapter 11 : Khawatir
13 Chapter 12 : Fakta Baru
14 Chapter 13 : Petinggi Klan Putih
15 Chapter 14 : Mate Different Fate
16 Chapter 15 : Petinggi Istana
17 Chapter 16 : Petinggi Istana (2)
18 Chapter 17 : Pertunjukkan
19 Chapter 18 : Pertunjukan (2)
20 Chapter 19 : Kesedihan
21 Chapter 20 : Diskusi
22 Chapter 21 : Latihan
23 Chapter 22 : Bagaimana jika...
24 Chapter 23 : Mate
25 Chapter 24 : Kutukan
26 Chapter 25 : Siapa?
27 Chapter 26 : Kekuatan
28 27. Ketahuan
29 Chapter 28.
30 Chapter 29. Hari Ujian
31 30. Keputusan
32 31.
33 32.
34 Chapter 33. Penyerangan
35 Chapter 34. Bertemu
36 Chapter 35.
37 Chapter 36. Ayah
38 Chapter 37. Kisah Lalu
39 Chapter 38. Asdus
40 Chapter 39. Hilang
41 Chapter 40 : Hilang (2)
42 Chapter 41 : Batu Opal
43 Chapter 42 : Sang Tetua dan Cahaya Kutukan
44 Chapter 43 : Rahasia Penjelajah
45 Chapter 44 : Mengetahuinya
46 Chapter 45 : Retakan
47 Chapter 46 : Kisah
48 Chapter 47 : Rindu
49 Chapter 48 : Kabar
50 Chapter 49 : Aliansi
51 Chapter 50 : Kunjungan
52 Chapter 51 : Dilema
53 Chapter 52 : Bagian Terakhir
54 Chapter 53 : Azura sang Putri
55 Chapter 54 : Kekuatan yang Meningkat
56 Chapter 55 : Rahasia Violetta
57 Chapter 56 : Langit Jingga
58 Chapter 57 : Terlihat
59 Chapter 58 : Bergerak tanpa Berpikir
60 Chapter 59 : Kesepakatan
61 Chapter 60 : Keributan
62 Chapter 61 : Surat
63 Chapter 62 : Hancur atau Dihancurkan
64 Chapter 63 : Jiwa yang Bereinkarnasi
65 Chapter 64 : Cahaya di balik Bayangan
66 Chapter 65 : Di balik Cerita
67 EPILOG
Episodes

Updated 67 Episodes

1
PROLOG
2
Chapter 1
3
Chapter 2 : Topaz Academy (2)
4
Chapter 3 : Camoline
5
Chapter 4 : The Dinner
6
Chapter 5 : Theory
7
Chapter 6 : 3 Elemen Alam
8
Chapter 7 : Pindah Tingkatan
9
Chapter 8 : Klan Chromos
10
Chapter 9 : Rahasia
11
Chapter 10 : Bertarung
12
Chapter 11 : Khawatir
13
Chapter 12 : Fakta Baru
14
Chapter 13 : Petinggi Klan Putih
15
Chapter 14 : Mate Different Fate
16
Chapter 15 : Petinggi Istana
17
Chapter 16 : Petinggi Istana (2)
18
Chapter 17 : Pertunjukkan
19
Chapter 18 : Pertunjukan (2)
20
Chapter 19 : Kesedihan
21
Chapter 20 : Diskusi
22
Chapter 21 : Latihan
23
Chapter 22 : Bagaimana jika...
24
Chapter 23 : Mate
25
Chapter 24 : Kutukan
26
Chapter 25 : Siapa?
27
Chapter 26 : Kekuatan
28
27. Ketahuan
29
Chapter 28.
30
Chapter 29. Hari Ujian
31
30. Keputusan
32
31.
33
32.
34
Chapter 33. Penyerangan
35
Chapter 34. Bertemu
36
Chapter 35.
37
Chapter 36. Ayah
38
Chapter 37. Kisah Lalu
39
Chapter 38. Asdus
40
Chapter 39. Hilang
41
Chapter 40 : Hilang (2)
42
Chapter 41 : Batu Opal
43
Chapter 42 : Sang Tetua dan Cahaya Kutukan
44
Chapter 43 : Rahasia Penjelajah
45
Chapter 44 : Mengetahuinya
46
Chapter 45 : Retakan
47
Chapter 46 : Kisah
48
Chapter 47 : Rindu
49
Chapter 48 : Kabar
50
Chapter 49 : Aliansi
51
Chapter 50 : Kunjungan
52
Chapter 51 : Dilema
53
Chapter 52 : Bagian Terakhir
54
Chapter 53 : Azura sang Putri
55
Chapter 54 : Kekuatan yang Meningkat
56
Chapter 55 : Rahasia Violetta
57
Chapter 56 : Langit Jingga
58
Chapter 57 : Terlihat
59
Chapter 58 : Bergerak tanpa Berpikir
60
Chapter 59 : Kesepakatan
61
Chapter 60 : Keributan
62
Chapter 61 : Surat
63
Chapter 62 : Hancur atau Dihancurkan
64
Chapter 63 : Jiwa yang Bereinkarnasi
65
Chapter 64 : Cahaya di balik Bayangan
66
Chapter 65 : Di balik Cerita
67
EPILOG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!