PANGERAN KUTUB UTARA
...***...
Jam beker berdering kencang, sementara Ara masih tetap tak bergeming sedikitpun dari tempat tidur, seolah tuli padahal nyaring bunyi jam beker bisa terdengar sampai kelantai bawah.
Alfa kakak Ara yang sedari tadi terganggu dengan bunyi jam langsung bergegas menaiki anak tangga menuju kamar adik semata wayangnya, seolah apal betul kebiasaannya.
"Eh, kebo amat gak bangun-bangun, set dah ni anak kebiasaan banget. Ra udah jam berapa ini, nanti lo telat sekolah!! " gerutu Alfa sambil menarik selimut yang membungkus tubuh Ara, sementara Ara malah menutup kupingnya dengan bantal.
"5 menit lagi deh," ucap Ara setengah sadar setengah engga.
"Yaudah, gue tinggal, kalau lo gak bangun-bangun ye, " ucap alfa kesal sambil ngeloyor keluar.
Ara tetap tak peduli, ia tetap melanjutkan tidurnya. Memang kebiasaan buruk ara adalah susah dibangunin tiap pagi. Sampai ibu Ara nyerah buat bangunin putrinya, karna percuma mau toak sekencang apapun, ara akan tetep jadi orang budeg tingkat dewa setiap pagi. Jadi ibunya akan membiarkan sampai Ara bangun sendiri
Itu juga kalau bangun hehe.
"Abang, lo kok gak bangunin gue sih, kan gue bisa telaat bang...." teriak Ara kesal sambil berlari menuruni anak tangga. Tangan kanannya masih sibuk menyisir rambut, sementara tangan kirinya menggendong buku - buku sekolah.
"Bang-bang, emangnya gue bambang. Eh ra terus tadi yang ke kamar lo siapa kalau bukan gue? Makanya jangan kebo tidurnya, kalau nanti tiba - tiba gempa lo gak akan sempet bangun udah ketimpa beton duluan, "
Umpat Alfa sambil tak menoleh kearah adiknya. Seolah sudah terbiasa dengan kelakuan adiknya.
"Hush, Alfa ngomongnya sembarangan aja, udah ra sarapan dulu, lagian kamu susah banget dibangunin, abang kamu tadi udah ke kamar kamu tapi kamu malah tidur lagi," mama mencoba membantu memasukan buku-buku ditangan Ara.
Ara cuman cemberut sambil menatap ke arah jam dinding. Mampus udah jam 06.45 Wib, sedangkan jam masuk sekolah adalah jam 07.00 Wib, cuman punya waktu 15 menit menuju sekolah. Udah pasti telat, dan lebih parahnya pelajaran pertama hari ini itu Pak Pandi guru paling killer disekolah, telat dikit kelar udah.
"Kak, ayo berangkat sekarang, sarapannya dijalan aja mah, aku berangkat ya, "
Ara buru-buru menyalami tangan ibunya sambil menarik tangan Alfa kakaknya dan mencomot sepotong roti ditangan kanannya .
Alfa lalu menjalankan mobilnya menuju SMA Bina Bangsa.
...****...
"Kak, gerbangnya udah ditutup nih, masa gue manjat pagar lagi," Ara menoleh ke arah abangnya yang malah sibuk ngupil.
"Ih lo jorok banget sih bang, bukannya dengerin gue malah ngupil," ucap Ara, sambil pura-pura pasang tampang jijay bajayy pada abangnya.
"Yaudeeehhh sih ra kek biasanya aje, lo begimannee, kan biasanyeee lo emang manjat pohon ye kaan, eh maksudnya pager haha" Alfa tertawa puas sambil tak menghiraukan adiknya yang sedang panik.
"Udeh sana, nanti gue ikutan telat ni berangkat kerjanya, siapa suruh lo kebo banget kalau dibangunin."
Alfa memang masuk kerja jam setengah 8 jadi masih ada waktu untuk mengantar adiknya ke sekolah setiap pagi dan kebetulan jalannya juga searah dengan sekolahan Ara.
"Yaudah gue duluan, ati-ati lo bang."
Ara menutup pintu mobil alfa dengan ogah - ogahan
"Dah adikku tersayang, selamat manjat, jangan sampai lecet ya..." Alfa terkekeh lagi sembari menjalankan mobilnya menjauh dari Ara.
Tinggallah Ara seorang diri, yang sekarang sudah berdiri dibelakang pagar sekolah.Tempat biasanya dia manjat kalau kesiangan.
Ara mulai memanjat pagar dengan hati-hati, memang ukuran pagar itu tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Jadi cukup mudah bagi Ara untuk memanjat dengan keahliannya dari kecil, yang suka manjat-manjat pohon mangga tetangga.
Ara celingukan sekeliling, takut-takut ada guru yang lewat, tapi buat kebelakang sekolah kayanya gak mungkin, karna emang area itu jarang dilewatin guru ataupun murid.
Saat Ara sudah berada disisi dalam pagar sekolah, kakinya tak sengaja terpeleset dan BRUUUGHHH!! Ara terjatuh, terjatuh kedalam sebuah pelukan. Entah siapa yang menangkapnya tiba-tiba, Ara tak berani membuka mata, takut-takut yang menangkapnya itu orang aneh atau malah guru, bisa gawat.
Ara membuka matanya pelan-pelan, wangi parfum itu menusuk hidung Ara, wanginya khas, lembut dan manis.
Seketika jantung Ara berdegup cepat, sesosok laki - laki tengah menatapnya tajam, dingin dan beku, tanpa sepatah katapun.
Wajah itu begitu manis dan tampan, yang tanpa sadar Ara terus memperhatikannya.
"Cewek-cewek kok hobi manjat, kaya monyet!!!"
Ucap Bintang sambil mendorong tubuh Ara menjauhinya.
Lamunan Ara buyar seketika, ara baru sadar kalau sedari tadi dia begitu dekat dengan posisi memegang bahu bintang. Kalau gak ada bintang, mungkin Ara tadi sudah jatuh ke tanah dengan keras. Untung ada laki - laki ini yang menangkapnya dengan tepat. Entah darimana datangnya Bintang tiba-tiba ada di bawah pagar.
"Ng nng... Ngaanuu itu.. Gue.. "
"gue gak peduli!!"
Belum sempat Ara bicara Bintang sudah ngeloyor duluan, seolah tak ada orang disitu.
"Iiiish cowok rese, udah ngatain gue monyet, gue lagi ngomong malah ditinggal,"
Ara kesal tapi tak dihiraukannya Bintang lagi, karna dia ingat harus segera ke kelas sebelum Pak Pandi datang.
...****...
"Maharani!!!!"
Suara itu bukan lain dan tak bukan adalah suara Pak Pandi diujung kelas, yang terdengar sangat marah ketika melihat Ara baru masuk ke kelasnya. Pak Pandi terkenal sangat disiplin dan ketat. Banyak siswa siswi yang kena hukumnya, gara - gara telat atau bahkan tidak mengerjakan tugas sekolah yang diberikannya.
"Iii.. Iya pak," Ara menelan ludah saat namanya dipanggil oleh Lak Pandi, pasrah tamat sudah.
"Kenapa kamu telat? kamu tau ini jam berapa? " Pak Pandi berjalan kearah ara sambil melotot, saat bicara kumisnya bergoyang goyang mirip pak Raden di film si Unyil.
"Tadi, mobil abang saya mogok pak.. " Ucap Ara sambil ngeles, cuman itu alasan yang ada di otaknya saat ini.
"Memangnya tidak ada angkot?"
Pak Pandi ngomong sambil muncrat, Ara mencoba menahan nafas. Banjir kali Cisadane nih..
"A..ada pak, tapi penuh semua pak, masa iya saya nyempil kaya upil pak,"
Seisi kelas lalu tertawa mendengar ucapan Ara, yang antara polos atau bloon dalam mencari alasan.
"Sudah sudah diam semua, sekarang kembali ketempat duduk mu, nanti balik sekolah kamu bersihkan lapangan sekolah bantuin mang ucup!!"
"Iya pak.. "ucap Ara pasrah, sambil kembali ketempat duduknya.
Vania teman sebangku Ara tau pasti alasan tadi tuh cuman karangan ara, karna dia tau banget alasan ara telat tiap hari adalah karna dia tidur kaya kebo. Ara memang baru pindah sekitar 2 bulan ke SMA Bina Bangsa. Tapi sifatnya yang periang dan mudah bergaul membuatnya gampang beradaptasi dengan cepat. Salah satunya kepada teman sebangkunya Vania.
"Sabar ya ra, gue bantu doa. Eh lo tadi manjat lewat belakang lagi? " Tanya Vania sambil pasang tampang pura pura mengasihani dan berbisik pelan, takut takut ada yang dengar kata 'Panjat' nya hehe.
"Ah, dasar lo ngejek gue aja, eh iya tadi pas gue manjat itu, gue mau jatoh, tapi ada yang nangkep gue, cowok dan dia ganteng sih, tapi ngeselin banget," Kata Ara kesal ketika ingat kejadian tadi.
"Siapa ? Lo kenal dia? Anak kelas berapa? "
Tanya Vania penasaran.
"Yee mana gue tau, dan gue juga gak mau tau, abis dia ngatain gue monyet,"
Ara mengeluarkan buku-buku ditasnya, sambil mulai menulis yang ditulis pak fandi dipapan.
Vania kontan terkekeh pelan.
"Haha lo sih, cewek kok nekat manjat manjat, eh gelang yang biasa lo pake kemana? "
Ara tersontak, dia baru ngeh kalau gelang kesayangannya yang dibelikan Almarhum Papahnya hilang, pasti terjatuh saat memanjat tadi. Dia bertekad istirahat nanti akan balik kesana mencari gelangnya, semoga ketemu, harap Ara dalam hati.
...***...
Bel pulang sudah berbunyi. Ara langsung menuju ruang OSIS untuk mengambil sapu dan penyedok sampah. Ya, dia mau menjalankan hukuman Pak Pandi, kalau gak dia gak boleh ikut pelajaran Pak Pandi lagi. Begitu ancam Pak Pandi agar murid muridnya menjadi disiplin.
"Mang Ucup, aku bantuin nyapu lapangan ya, Mang Ucup nyapu yang lain aja," kata Ara sambil mulai menyapu sekitar luar lapangan. Karna memang lapangan sudah bersih, jadi hanya dedaunan di sekitar lapangan saja yang masih perlu disapu.
"Iya neng, nuhun atuh ya sudah bantuin mamang," Ucap Mang Ucup sambil nyengir kuda.
"Iya mang santai aja,"
Setelah selesai menyapu lapangan, Ara langsung bergegas ke belakang sekolah untuk mencari gelangnya yang hilang. Sesampainya disana dia kaget bukan main.
BRUUGHHH!!
Ara mematung, melihat ada dua orang Siswa yang sedang saling baku hantam. Dan yang membuat Ara lebih kaget salah satu diantaranya adalah bintang. Siswa yang tadi pagi menangkapnya saat jatuh dari pagar.
Dua siswa itu masing masing terlihat sudah sama sama babak belur, Ara ingin melerai tapi takut kena hantam. Secara tubuhnya lebih kecil dibanding dua Siswa yang sedang ribut, mereka sama sama jangkung dan keliatannya kuat. Terlihat dari lebam lebam dibadan mereka masing masing yang menunjukan seberapa kuat kekuatan keduanya.
BRAAAAGHHHGGHH..
Bintang terdorong kepojok oleh siswa itu, Ara ingat kejadian tadi pagi, walaupun tidak sengaja tapi Bintang sudah menolongnya, tiba tiba naluri ingin balas budi muncul begitu saja.
" Eh, wei weii.. udah jangan ribut lagi, kalau gak gue panggil guru nih ya.. ."
Ucap Ara gelagapan, antara takut dan ngeri, ngeri kena tonjok.
Bintang dan siswa yang berkelahi dengannya tiba tiba menoleh ke Ara. Ara langsung ciut nyalinya melihat tatapan dua siswa yang lagi kalap kalapnya. Darah keluar sedikit dibibir kedua orang siswa itu, lebam di pelipis, dan disekitar pipi, menandakan kalau mereka benar benar habis adu jotos.
"Lo gak usah ikut campuurrrr, pergi sana kalau gak mau kena bogem mentah!!!!"
Kata siswa yang sedari tadi membabi buta memukuli Bintang. Bintang meringis kesakitan saat kaki siswa itu menekan dadanya, Ara benar benar tak tega melihatnya.
Tanpa sadar kakinya melangkah mendekati siswa yang sedari tadi menindih tubuh Bintang. Ketika siswa itu siap melayangkan bogemnya ke wajah Bintang, Ara menarik ujung lengan siswa itu dengan kedua tangannya. Sudah tidak dipedulikannya lagi rasa takutnya, dia malah takut kalau bintang mati, dan menghantuinya karna tidak mencoba menolong orang sekarat persis didepan matanya.
"Udah jangan dipukul lagi, ntar dia bisa mati!!!!"
Ucap Ara sambil terus mencoba menahan lengan siswa itu. Tapi siswa itu dalam keadaan marah dan seperti kesetanan. Tanpa sengaja, dia malah berbalik dan mendorong tubuh Ara hingga arah terjatuh dan lututnya kena pembatas lantai.
"Aduuuhhhh,,,, " Ara meringis kesakitan, lutut dan pembatas lantai yang beradu itu cukup membuatnya kakinya sakit minta ampun, ngilu, nyeriiii.
Bintang yang melihat Ara meringis langsung mencoba berdiri dengan sisa tenaga yang ada. Siswa itu yang kaget dan tak sengaja mendorong Ara mencoba menghampiri Ara dengan raut muka bersalah.
Bintang mencengkram kerah baju siswa itu kuat kuat, lalu memukulnya dengan sekuat tenanga, entah sisa tenaga itu datang dari mana.
"Kalau lo mau marah, tumpahin semuanya sama gua, jangan libatin orang lain!!!"
Bintang meninju lagi siswa itu sampai siswa itu terslungkup, siswa itu menatap Ara dengan tatapan bersalah.
Bintang lalu menghampiri Ara yang masih meringis kesakitan.
Tanpa persetujuan Ara, bintang mengangkat tubuh Ara kedalam pelukannya, walaupun badannya penuh luka, ternyata Bintang masih punya tenaga untuk membopong tubuh Ara.
...'Aku menemukanmu'...
Bintang membaringkan ara diruang UKS sekolah, disitu masih ada penjaga UKSny kebetulan di SMA Bina Bangsa ada kelas sorenya, jadi masih ada sebagian Siswa Siswi dan sebagian Guru di sekolah.
" Yaampun Bintang, kamu berkelahi lagi? "
tanya bu Susi penjaga UKS, dia hapal betul bintang ini sering bolak balik UKS sekolah hanya untuk sekedar berbaring di UKS atau minta perban.
"Bu, minta tolong obati kaki dia.."
Ucap Bintang sambil mengambil kursi dan duduk disebelah Ara.
"Kok bisa kamu luka? Kamu dipukulin Bintang? "
Bu Susi menatap tajam ke arah Bintang, takut takut kalau Bintang yang membuat kaki Ara terluka.
"Bukan dia bu, tadi saya gak sengaja jatuh pas lagi jalan, " Karang Ara sambil menahan sakit di lututnya.
Bu Susi mulai membersihkan luka Ara, dengan alkohol sampai Ara meringis kesakitan, dan tanpa sadar tangannya mencengkram bahu Bintang yang ada disampingnya. Bintang mengambil tangan ara dan membawanya kedalam genggamannya, setiap kali kesakitan, Ara mencengkram tangan Bintang kuat kuat, dan Bintang pun hanya membiarkannya saja.
"Nah sudah selesai, nanti ganti perbannya kalau udah kering ya.. "
Ucap Bu susi sambil menyiapkan perban untuk ara bawa pulang.
Ara membuka matanya perlahan, nyerinya sudah mulai berkurang, tapi lututnya masih cenat cenut. Dia baru ngeh kalau tangannya masih dalam genggaman Bintang. Buru buru dia melepaskan tangannya. Debaran itu datang lagi.
"Sorry, gue gak sengaja, lo kalau mau pulang, gihh pulang aja, gue bisa pulang sendiri kok! "
Kata Ara mengalihkan perhatian.
"Dengan luka kaya gitu? "
Tatap Bintang datar
Bu Susi memberikan sebungkus plastik yang didalamnya ada perban untuk membalut luka Ara.
Bintang meletakan tangan Ara dipundaknya dan membopongnya tanpa permisi lebih dulu.
Nih cowok seenaknya amat sih, apa apa gak pernah permisi, gumam Ara dalam hati. Tapi tak dipedulikannya lagi karna memang dia butuh bantuan seseorang untuk membantunya berjalan, karna lututnya masih terasa sakit saat dibawa berjalan kaki.
"Gue anterin lo balik. " kata Bintang sambil membuka pintu mobil dan menyuruh Ara masuk tanpa menunggu Ara menjawab
"Rumah lo dimana? "
Tanya Bintang sambil memakaikan sabuk pengaman ke Ara yang sedari tadi diem aja.
Ara gak habis pikir kenapa bisa bisanya dia nolongin orang kaya Bintang yang suka seenaknya, aturan tadi dia pergi aja pas ngeliat pertengkaran itu. Gak peduli bintang mau sekarat kek, niat mau nyari gelang malah dapat malang, ah nyesel dateng terlambat.
Gelang gak ketemu sekarang malah dapet lecet di lutut, mamah pasti khawatir ngeliat kaki Ara, karna Ara itu anak kesayangan mama, duh lengkap sudah penderitaannya hari ini.
...****...
ini gambaran pemeran Bintang
kalau ini Maharani atau Ara
dan yang terakhir bayu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Dina Dina
visualny ganti Ach tor😁😁 yg kekorean gt
2024-09-03
0