...***...
Bintang sampai dirumah Ara. Dia lalu membukakan pintu dan membantu Ara masuk kedalam rumah, walaupun keliatannya cuek, tapi bintang ternyata tanggung jawab juga. Terbukti dia langsung menjelaskan pada ibu Ara kejadian yang menyebabkan ara terluka.
Diluar dugaan ibu Ara bukannya marah sama Bintang, malah menawari bintang makan. Ara sampai melongo dibuatnya. Sihir apa yang sudah Bintang pakai sampai sampai ibunya bisa bersikap sebaik itu pada cowok nyebelin disampingnya ini.
"Gak usah tante, saya pulang aja soalnya udah sore," Kata bintang sambil bersikap sooo manis, padahal dia tau aslinya Bintang dingin cuek.
"Saya pulang dulu ya tante, besok saya kesini lagi "
Bintang pamit sambil menyalami ibu Ara. Maksudnya besok kesini lagi???
Ara masih gak ngerti arah pembicaraan Bintang dan ibunya.
Saat Bintang sudah pulang buru buru ara menanyai ibunya.
"Bu kok bisa sih akrab sama dia? Terus maksudnya besok kesini lagi apa? "
Tanya Ara bertubi tubi, tapi hanya dibalas senyuman oleh ibunya.
"udah kamu makan abis itu istirahat."
Ara tak bertanya apa-apa lagi, bukan itu jawaban yang dia mau dengar.
Esoknya Ara bangun dengan lemas. Lututnya sudah enakan tapi jalannya masih sedikit pincang, mirip bebek baru belajar jalan.
"Kaki lo ngapa ra, manjat nya gagal? "
Tanya Alfa sembari memperhatikan lutut Ara yg diperban.
Ara tak menghiraukan, malah sibuk maen hp tiba tiba ada sms masuk dari nomor tidak dikenal .
081295XXXXX
Gue bentar lagi sampe dirumah lo.
Ara mengernyitkan dahi. No siapa nih? Salah sambung kali ye..
Belum sempat dia berpikir tiba tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya.
Ibunya buru buru membukakan pintu, siapa pagi pagi yang bertamu? Tanya Ara makin heran.
"Ra bintang udah dateng nih.."
Whaaaaaatttt !!!
Hampir saja roti dimulut ara muncraat ke abangnya yang duduk didepannya.
Alfa ikut penasaran. Dia menoleh, dan sesosok tubuh jangkung itu datang memasuki ruang tamu, terlihat jelas dari ruang makan yang jaraknya hanya beberapa langkah saja. Ara mematung, mau ngapain cowok itu kerumahnya?
"Mulai sekarang, sampai kamu sembuh, berangkat sama pulang sekolahnya bareng bintang ya ra, dia anak baik loh, mau bertanggung jawab atas kesalahannya.."
Ucap mamah tanpa menghiraukan Ara yang masih melongo dan kebingungan.
Ara berjalan keluar rumah masih tak percaya, Alfa menatap bintang dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Boleh juga selera lo bo.. " bo itu panggilan sayang Alfa ke adiknya, maksudnya kebo.
Bintang menjalankan mobilnya membelah jalan di pagi itu.
Mereka sampai disekolah tepat 5 menit sebelum bel berbunyi. Disepanjang jalan tadi, mereka berdua hanya diam. Bahkan Ara tak diajak berkenalan sampai sekarang sebagai basa basi, misalnya "Nama lo siapa?" gitu kek
Bintang membukakan pintu mobilnya dan mencoba membopong Ara, namun kali ini Ara menolak, jangan seenaknya ya, gue juga bisa nolak! Pikir Ara kesal,
"Gue bisa sendiri, udah mendingan kok kakinya, dan thanks ya udah nganterin gue, besok-besok gak usah kaya gitu lagi, gue nolongin lo kemaren karna kebetulan aja gue lagi nyari gelang gue, eh malah apes liat lo lagi berantem. Oke, anggap aja waktu itu lo nolongin gue pas jatuh dipagar, dan kita impas oke?!"
Ara terus saja ngedumel, tak dipedulikannya Bintang yang tetap menatapnya dalam diam. Cowok ini misterius dan gak bisa ditebak. Seperti pagi ini yang tiba tiba ada dirumahnya dengan alasan ingin bertanggung jawab.
Saat Ara sudah berjalan menjauh, bintang mengeluarkan sesuatu disaku celananya. Sebuah gelang.
Ara masuk dan tatapan cewek cewek seisi kelas menusuknya, perasaanya gak enak, apa ada yang salah dengan penampilannya hari ini? atau karna perban dikakinya dia jadi pusat perhatian?
Ara langsung duduk dan Vania langsung menatapnya penuh tanda tanya.
"Ra, lo jadian sama Bintang? " Vania tiba tiba nyeletuk saat ara duduk disampingnya, temennya itu menatapnya dengan seribu tanda tanya.
"Apa??" ara tak percaya dengan pertanyaan Vania yang menurutnya konyol banget. Dapet isu dari mana Vania, dan kenapa anak-anak cewek dikelasnya hari ini menatapnya dengan tatapan sinis? Apa jangan gara gara ini juga.
"Gue sama bintang gak ada apa apa!!!"
Ara mencoba memberi penjelasan, memang tak ada apa apa.
"Bohong. Anak anak udah rame tadi pagi, ada yang bilang, kalau kemaren itu lo dibopong sama Bintang ke UKS, terus dianter pulang juga. Dan katanya Bintang berantem dibelakang sekolah itu juga gara gara lo, kata yang gue denger gitu ra..."
Astaga ara bener-bener kaget, bagian bintang berantem gara gara dia itu jelas jelas fitnah! Yang lainnya emang iya, tapi bukan berarti dia jadian juga. Lagian bintang itu siapa sih? Sampai beritanya cepat banget menyebar kaya gini. Dia emang udah 2 bulan pindah ke SMA Bina Bangsa, tapi tak pernah sekalipun tau tentang cowok cowok tenar disekolah, karna emang gak tertarik.
"Bintang itukan anak basket paling ganteng di Bina Bangsa, ah siapa sih yang gak kenal dia, kakak kelas aja banyak yang suka sama dia. Dia itu jarang ngomong. Misterius, dan susah di dapetin, makanya anak anak penasaran, kenapa kemaren bintang bisa anterin seorang cewe pulang .." Vania terus saja ngoceh.
ara hanya diam sambil mengingat ingat kembali, emang sih Bintang ganteng, banget malah. Tubuhnya tinggi bola matanya bening, hidungnya mancung, tapi sayangnya dingin banget. Tapi mungkin itulah yang bikin anak anak cewek tertarik untuk menyukai Bintang. Cewek kan gitu sukanya yang tipe tipe kaya vampir gitulah misterius. Pikir ara ngaco.
"Kemaren itu kebetulan, dan gue gak jadian sama bintang! " ucap Ara tegas.
Bel istirahat berbunyi Ara tidak pergi ke kantin selain karna malas menghadapi tatapan sinis cewek cewek yang salah paham, antara dia dan Bintang, itu juga karna kakinya masih rada sakit dibawa jalan.
"Ra,, lo bener gak mau ke kantin, yuk makan gue laper nih,"
"Gak Van lo duluan aja,"
" Yaudah gue duluan ya, lo gak mau nitip makan? "
"Gue nitip roti ya Van rasa keju"
Ara langsung mengeluarkan uang dari sakunya, dan memberikannya pada Vania.
Vania menerimanya lalu kemudian pergi.
Kelas sepi.. Ara menyenderkan bahunya di tembok kemudian memejamkan matanya perlahan.
Sepuluh detik kemudian dia membuka mata merasakan ada seseorang duduk disampingnya.. Angin berhembus pelan lewat jendela.
"Lo ngapain disini?" Ara kaget melihat sosok cowok yang kemarin ribut sama bintang, tiba tiba sudah duduk manis disampingnya.
"Hai Maharani, gue Gilang, dan gue mau minta maaf atas kejadian kemarin, gue bener bener nyesel.." Ucap Gilang dengan raut muka serius, tanpa pura pura. Sesal itu terpancar jelas dimatanya.
Ara bengong kaget campur bingung, darimana cowok itu tau kelasnya, darimana tau namanya? Belum ara menjawab tiba tiba gilang mengalihkan pandangannya ke lutut ara.
"Kaki lu udah baikan? Gue ngerasa bersalah banget, maaf ya.." Lagi-lagi permintaan maaf yang keluar dari mulut cowok ini.
Vania masuk kelas dan kaget melihat ada Gilang kaka kelasnya yang gak kalah tenarnya dari Bintang tiba-tiba duduk di bangkunya.
"Kak Gilang kok ada disini? ada urusan apa sama ara? "
"Hai Van, bukan apa-apa kok."ucapnya sambil tersenyum, senyumnya manis semanis gulali, kata ara dalam hati. Walaupun wajahnya masih lebam bekas beradu jotos sama Bintang kemarin.
"Yuk ra, gue duluan ya, sekali lagi gue nyesel banget atas kejadian kemaren, sorry ya.."
Gilang menepuk lembut bahu ara dan berjalan keluar kelas, meninggalkan Ara yang belum sempat menjawab.
"Lah, lu kenal sama Ka Gilang juga Ra? wah hebat nih sohib gue temenannya sama artis-artis sekolah.." Vania duduk sambil melotot ke arah Ara yang masih gak ngerti.
"Apaan sih? emang yang tadi siapa? kenal juga engga gue!" Andai dia bisa cerita kalau kemarin si Gilang inilah yang gak sengaja bikin lututnya luka. Yah, tapi apa untungnya juga cerita itu.
Ara mengambil headset didalam tasnya, tak dipedulikannya Vania yang terus saja ngoceh.
...****...
...'jangan menjadi abu-abu ketika...
...Aku menjadikanmu putih dihidupku'...
Pulangnya, Ara tetap diantar Bintang, dengan setengah terpaksa, karna Bintang sudah duluan merangkulnya, sebelum Ara sempat menolak, ini cowo rangkul seenaknya, maksa seenaknya.
Dan besoknya Ara juga diantar kesekolah oleh Bintang. Itu membuat Ara makin jadi bahan gosip di sekolah.
Anak anak cewek di sekolahnya, mengira bahwa Ara sudah jadian dengan Bintang. Tatapan sinis pun tertuju pada Ara tiap kali dia lewat sendirian dilorong lorong sekolah.
Ada yang berbisik dan kasak kusuk.
"Itu toh ceweknya si bintang, biasa aja tuh, gak ada cakep-cakep nya sama sekali! "
huuuhghhh kedengeran tauuk! Gerutu Ara kesal, kalau mau ngerumpi jangan pas dibelakangnya, rasanya, pengen dia timpuk pake sepatu!
Sebal rasanya mendengar hal-hal yang sebenarnya adalah fitnah belaka. Ara benar-benar sudah tidak tahan. Dibulatkan tekadnya untuk bicara kepada Bintang sepulang sekolah.
Bintang harus membersihkan namanya dari keonaran yang sedang terjadi, yang sudah membuat nama bagusnya terkelupas eh maksudnya tercemar.
Ara mencari kontak bintang, nama bintang ia plesetin jadi tangki air saking kesalnya.
To : Tangki Air
Gue mau ngomong pulang sekolah, ada hal penting.
Ara mengirim SMS itu kemudian menyusul Vania ke kantin.
Ara melewati lorong dan tertegun saat sampai didekat perpustakaan, disana ada Bintang, duduk di pojok rak sambil membaca sebuah buku. Entah buku apa, yang pasti Bintang nampak begitu serius, dan terkadang senyum tipis tersirat di wajahnya.
Ara tak menyangka, cowok setengil Bintang, doyan ke perpus, baca buku pulak.
Tanpa sadar Ara masuk keperpus juga. Belagak mencari cari buku. Padahal, hanya penasaran dengan buku yang dipegang bintang. Cowok macam itu baca buku apa? Novel romantis? Ah mustahil, baca buku masak? Ya kali emak-emak, terus apa doong?
Ara berjalan pelan tanpa tau kalau Bintang ngeh dengan kedatangannya, dia membelokan badannya ke lorong rak yang Bintang sedang bersender, tapi Ara kaget, karna bintang sudah tak ada disana.
Saat dia berbalik lagi bintang ternyata sudah ada didepannya, begitu dekat sampai bau parfum yang manis itu tercium lagi.
Jantungnya kembali beedegup. Entah ini debaran apa, debaran yang selalu ada setiap kali bintang didekatnya.
Bintang meletakan tangannya tepat dirak diatas kepala Ara, tangan kirinya masih memegang sebuah buku. Dia mendekatkan wajahnya tanpa memperdulikan Ara yang mukanya mulai merah karna malu.
"Lu mau ngintip gue disini"
Tanya Bintang sambil menatap Ara tajam
Mampus gue, pikir ara dalam hati.
"Kata siapa, gue mau pinjem buku kali, emang ini perpus lu, gue gak boleh kesini gitu? " Ara mengelak gelagapan.
Bintang tersenyum kecut, lalu menyerahkan buku ditangannya kepada Ara kemudian pergi tanpa sepatah katapun.
Ara menatap kepergian Bintang sengan kesal, selalu begitu, selalu seenaknya.
Ara menatap buku ditangannya, sebuah novel dengan judul bungaku.
Seorang Bintang baca novel? Ara mengernyitkan dahinya heran, akhirnya dia meminjam buku itu kepada petugas perpus, kali-kali nanti dirumahnya mau dibaca-baca, sekarang sih lagi males.
Pulangnya Ara melenggang menuju parkiran, Bintang sudah ada disana, duduk didepan mobil sambil memainkan bola basket ditangannya. Ara menarik nafas panjang, dia harus segera menyampaikan keinginannya.
Belum Ara menghampiri Bintang, tiba-tiba dari arah lain, ada seorang cewek dengan tubuh tinggi dan cantik menghampiri Bintang,
Bintang berhenti memainkan bola kemudian menatap cewek itu. Tatapan yang tak biasa, tatapan penuh makna, Ara menghentikan langkahnya.
"Gosip itu gak benerkan bii?"
Bii? Mungkin itu panggilan sayang cewe itu ke Bintang. Tanya Ara dalam hati
Bintang hanya terdiam. Menatap dalam-dalam, tanpa bicara sepatah katapun. Gosiip? Ara mulai gugup, jangan jangan gosip jadian dia dengan Bintang.
Deg bintang melihat kearah Ara, diikuti cewek itu, sialnya belum sempat menghindar, Ara sudah ketangkap basah sedang memperhatikan mereka berdua.
Ara buru2 menuju gerbang sekolah namun Bintang mengejarnya dan memegang tangannya.
" Ikut gue! " Bintang menarik tangan Ara, dan mereka berjalan ke arah cewek tadi yang memperhatikan dengan tatapan sedih.
"Dia cewek gue ta, gue sayang sama dia, maafin gue ta .."
Ucapan Bintang itu seketika membuat detak jantung Ara semakin kencang, hampir mau pingsan rasanya.
Diliriknya cewek itu, dan benar saja, raut muka yg sedih tadi berganti jadi air mata yang mengalir dikedua pipinya. Terlihat gurat sedih yang sangat dalam dimata cewe itu, ara jadi benar-benar tak tega. Bintangpun terlihat terluka jelas sekali dimata Ara, dua orang ini sama sama saling terluka.
Ara mencoba membuka suara, tak tega juga dia melihat cewek cantik itu menangis.
"Maaf, sebenernya gue sama bintang itu gak..." belum ia menyelesaikan kata2nya bintang langsung merangkul bahu Ara
"Gue duluan ya ta.."
Tanpa permisi seperti biasa Bintang menuntun Ara masuk kemobil, meninggalkan cewek itu yang lalu menangis sendirian sejadi jadinya.
...****...
Mobil Bintang berhenti tepat disebuah jalan rindang, tak jauh dari rumah Ara, Bintang menatap ke depan, padahal tidak ada apa apa di sana.
Matanya terlihat begitu terluka, sangat terluka. Dia menundukkan kepalanya disetiran mobil.
Ara hendak protes atas kejadian tadi, tapi tidak jadi, karena melihat Bintang begitu terluka, Ara menunggu sampai Bintang tenang.
"Kalau lo sayang sama dia, kenapa lo nyakitin dia dengan kata-kata lo tadi?" Tanya arah akhirnya,
Bintang mengangkat wajahnya, kemudian menghembuskan nafas pelan, seperti ada beban berat yang ditahannya.
"Dia Tata, cewek yang gue suka dari SMP, kita udah sahabatan lama, tapi ternyata gue baru sadar, kalau gue punya rasa sama dia, dan dia pun ternyata menyimpan rasa yang sama sejak dulu, tapi gue terlambat menyadari, dan akhirnya abang gue duluan yang menyatakan cinta pada tata, gue emang pengecut " Ucap Bintang sedih
"Terus, tata nerima cinta abang lu? "
Bintang hanya terdiam kemudian ditatapnya Ara perlahan.
"Iya dia terima, karna dia mungkin udah capek nungguin gue ngungkapin semuanya,"
"Maksud lu, sekarang Tata itu ceweknya abang lu? "
" Iya, Abang gue yang lu liat kemarin ribut sama gue di belakang sekolah," kata Bintang pelan
"WHAT!!!?????" Ara hampir Teriak ,dia tidak percaya, bahwa cowok yang kemarin datang ke kelasnya dan ribut sama Bintang itu adalah kakaknya Bintang sendiri.
"Jadi, Gilang itu Kakak lo dan lo Kemarin ribut karena apa? sorry gue kepo, kalau lu nggak mau cerita juga nggak apa-apa kok"
"Gue ribut sama kakak gue kemarin gara-gara dia tahu kalau gue ternyata sayang sama Tata, dan dia terlambat tahu. Setelah dia jadian sama Tata dia mukul gua karena dia kecewa, kenapa gue nggak ngomong sama dia dari dulu,gue nggak mungkin matahin hati abang gue sendiri. Makanya gue milih diam, dan pura-pura bahagia melihat dia jadian sama Tata, tapi sandiwara tetap sandiwara, bakal kebongkar jugakan akhirnya, ya kan ra? "
Ara hanya diam mematung.
"Terus kenapa lu tadi bilang Tata kalau gue cewek lu, dan lu sayang sama gue, itu kan bohong Maksud lu apa ngomong kayak gitu?"
"Gue nggak ada pilihan lain selain ngomong itu, dan hanya itu yang ada di otak gue saat itu,"
Ara sedih juga mendengar Bintang ngomong kayak gitu Padahal tadi dia sempat melambung tinggi. Saat Bintang ngomong kalau dia sayang sama Ara. Tapi kenapa Ara harus sedih? kan memang tidak ada apa-apa di antara dia dan Bintang, Ara jadi bingung sendiri. Ada apa dengan hatinya?
"Lu mau kan bantuin gue, pura-pura jadi cewek gue?" Tanya Bintang sambil menatap Ara
"Kenapa harus gue ? kenapa lu nggak cari cewek lain aja?" Tanya Ara bingung.
"Karena lu nggak suka kan sama gue?"
Deg, debaran itu datang lagi..
Terbata bata Ara menjawab.
"i.. Iyalah, Gue nggak suka sama lu,"
" Ya udah bagus, deal,"
"Apanya yang deal? Lu tuh ya, gue kan belum bilang setuju mau bantuin lu!!"
Bintang tak menghiraukan ucapan Ara, dia langsung menyalakan mobilnya dan mengantarkan Ara pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments