DEBARAN ITU MULAI DATANG

...***...

"Bo, temen lu jemput noh didepan rumah. Udah Buruan sarapannya," ucap Alfa sambil memindahkan roti dari atas piring ke dalam mulut besarnya.

"Bilang aja deh gue mau berangkatnya sama lu, bang.."

Ara ingin menghindar dari Bintang, sejak ucapan bintang kemarin, dia benar-benar tidak bisa tidur semalaman. Jadi pacar bohongan? enak aja, digosipin pacaran aja udah bikin hidupnya jadi ribet. Apalagi harus pura-pura. Apalagi Bintang sepertinya tidak menghiraukan jawaban Ara.

"Lagi ribut sama dia?" Selidik Alfa kepo

"Udah si Bang bilang aja kayak gitu, "

" Eh bo, masih untung ada yang mau sama lo, ganteng lagi, ngapa lo ngehindar sih?"

Ucap Alfa sadis sambil terkekeh menahan tawa.

"Sialan lu bang, gini-gini banyak yang naksir sama gue,"

"Udah sana berangkat, gue kan lagi cuti, keburu siang nanti. Dia, walaupun diusir, kayaknya nggak bakal pergi sebelum lu keluar,"

Ara hanya bisa tertunduk lemas. Ia lalu berjalan ke arah Bintang, dan mereka pun pergi ke sekolah berdua lagi.

Sesampainya di sekolah, semua mata tertuju padanya.

Ara jadi Keki sendiri, dia masuk ke kelasnya tanpa menghiraukan tatapan tatapan sinis cewek-cewek di sekitarnya.

Vania kemudian tersenyum, dan langsung menggoda teman sebangkunya.

"Cie, katanya nggak jadian, tapi tiap hari makin lengket aja kayak perangko."

Ara hanya diam dia bingung mau jawab apa, karena Vania nggak boleh tahu kalau dia hanya pura-pura jadi pacarnya Bintang.

Pulangnya, Ara sengaja duduk di kantin dulu, menunggu siswa siswi lain pulang, selain ingin menghindari tatapan menusuk cewek-cewek fansnya Bintang, juga ingin menghindari si Bintangnya sendiri. Entahlah, rasanya sebal seolah olah Bintang mempermainkan hatinya, karna sudah seenaknya mengajaknya pura-pura pacaran, tanpa mendengar pendapat Ara lebih dulu.

Dari kejauhan Tata melihat Ara, dan langsung menghampiri gadis imut itu.

"Hai, gue boleh duduk disini?" tata menepuk bahu Ara pelan, Ara menoleh seketika, dan kaget bukan main.

'Inikah cewek yang di rebutin sama dua kaka beradik itu Bintang dan Gilang' gumam ara dalam hati.

"Silahkan duduk aja," jawab Ara pelan sambil tersenyum tipis.

Tata diam sejenak, lalu dilihatnya Ara dari ujung kaki sampai ujung rambut dengan seksama, Ara jadi salah tingkah sendiri, merasa gak nyaman diperhatikan seperti itu.

"Lu beneran pacaran sama Bintang? sorry kalau tiba tiba gue nanya ini, oiya kenalin gue Tata, sahabatnya Bintang," Tata mengulurkan tangannya ke Ara.

Ara ragu-ragu menjabat tangan tata

"Gue Maharani .."

Ucap ara singkat, dia bingung mau jawab apa, takut-takut salah ngomong bisa berabe urusannya.

"Lu belum jawab pertanyaan gue tadi? Lu beneran pacaran sama Bintang?"

Tata menatap Ara serius.

Ara menelan ludah, duh mati gue, kenapa disaat kaya gini malah ketemu cewek ini, hanya berdua pulak. Jadi ara gak bisa menghindar sama sekali, eh ngapain menghindar, toh ceritain aja yang sebenernya kalau dia dan bintang emang gak ada apa apa. Cape juga pura pura, lagian gak ada untungnya buat dia. Hanya menambah hatt ers dadakan Ara, yang tak lain adalah para cewek yang ngefans sama si Tangki air itu.

"Gini ya, sebenernya gue.."

Belum Ara menyelesaikan ucapannya tiba tiba bahunya dirangkul dari samping oleh seseorang.

DEG!!! Bintang. Ara tau dari wangi parfumnya yang khas.

"Ternyata kamu disini sayang, aku udah nungguin kamu dari tadi di depan, yuk balik, katanya mau nemenin aku nyari buku,"

"Ta, lo ngapain disini, tuh gilang udah nungguin diparkiran dari tadi," Bintang menepuk bahu Tata, lalu pergi meninggalkan Tata dan menarik tangan Ara yang masih kebingungan.

Sebuah mobil silver terparkir didepan toko buku yang cukup besar disebuah pasar tradisional di daerah Bandung.

Bintang menatap Ara, di sepanjang perjalanan tadi Ara hanya manyun tak bergeming.

Dia malas meladeni Bintang yang suka seenaknya.

"Gue udah telfon nyokap lu, dan beliau udah ngizinin. Lu gak usah mikir macem macem, gue cuman mau minta lu temenin gue nyari buku,"

"Kenapa harus gue, lu kan bisa ajak tuh salah satu cewek yang tergila gila sama lu!"

Akhirnya ara meledak juga

"Karna lu pacar pura-pura gue, kalau gue ajak yang lain, malah tambah runyam ceritanya..."

"Denger ya, gue tegasin, GUE GAK MAU JADI PACAR PURA PURA LU, GUE GAK PERNAH BILANG IYA, JADI LO GAK USAH SEENAKNYA YA TANG!!!" Ucap Ara ngegas

Bintang diam sejenak, dia menunggu sampai ara mengeluarkan semua yang ada dipikirannya.

"Lu pikir gue gak cape digosipin aneh aneh, gue gak pantes lah sama lu yang terlalu ganteng, lagian siapa juga yang suka sama lu. Gue emang gak cantik-cantik banget. Tapi gue juga cantik, buktinya banyak yang mau sama gue, cuman guanya aja yang gak mau sama mereka " Ara ngoceh ngoceh gak jelas saking kesalnya.

Bintang tersenyum tipis.

"Udah tenang belum?" Bintang menatap Ara dalam diam, kasian juga dengan cewek disampingnya yang akhirnya ikut terlibat dalam masalahnya dengan Tata.

Ara menoleh, mau marah tapi gak jadi, dia menatap Bintang sejenak, pantes sih anak-anak cewek di sekolahnya tergila gila sama bintang, emang ni anak kalau gak tengil ganteng banget. Hidungnya mancung, alisnya tebal, bola matanya coklat bening, nyaris sempurna. Ah, tapi ya tengil mah tengil aja titik.

"Gue minta sama lu, gak usah drama lagi, dan bilang sama semuanya kalau kita itu gak pernah pacaran," Ucap ara judes

"kalau gue gak mau? "

Bintang meraih tangan Ara, Ara kaget reflek ingin melepaskan diri, tapi sayang, tenaga Ara gak ada apa apanya dibanding Bintang, Bintang merogoh kantong bajunya dan mengeluarkan sesuatu.

"Ini punya lu kan?"

"I..itukan gelang kesayangan gue, kok bisa ada di lo sih ?! Wah lu nyolong ya!"

Ara meronta ingin melepaskan tangan Bintang, tapi tenaga Bintang terlalu kuat.

"Enak aja lu, lu inget gak waktu lu jatuh dibelakang sekolah pas lu manjat pagar, gelang ini nyangkut di sepatu gue, yaudah gue ambil aja,"

"Yaudah sini balikin"

Ara mencoba mengambil gelang itu, tapi Bintang langsung memindahkan tangannya dibelakang badannya, sehingga tangan Ara reflek mengikuti gerakan tangan Bintang yang tanpa sadar membuat tubuh Ara begitu dekat dengan tubuh Bintang, hanya beberapa senti saja.

Wangi parfum Bintang begitu menusuk hidung, sampai nafas Bintang pun terasa menerpa rambutnya, Ara benar benar deg-degan kali ini, entah debaran macam apa ini.

Bintang menatapnya lekat lekat, Ara langsung menjauhkan badannya, dia gak mau jantungnya samapi loncat gara-gara si cowok tengil itu.

"Gue bakal balikin ini gelang, asal lu mau bantuin gue dengan jadi pacar bohongan gue" Ucap Bintang santai tanpa memperdulikan Ara.

"Apa?"

Ara terkejut, Bintang masih tetap diam dan memainkan gelang Ara ditangannya.

"Jadi gimana, mau gak?"

Ara diam sejenak, benar-benar gila emang si Bintang ini, dia menimbang-nimbang sesaat, itukan kalung kesayangan hadiah dari almarhum papahnya, dan Ara udah janji ke papahnya bakal jaga terus gelang itu.

"Lama banget sih lu mikirnya, yaudah ini kalung gue simpen aja deh,"

"Eh jangan dong itu gelang kesayangan gue tau!!, yaudah iya gue mau pura-pura jadi pacar lu, tapi dengan satu syarat.."

Akhirnya terpaksa Ara setuju juga.

"Apa syaratnya?"

Bintang mendekatkan wajahnya ke Ara, menatap gadis mungil itu lekat-lekat. Sepertinya Ara mulai luluh juga.

Deg!!!

Ara gugup, pipinya memerah, ni cowok paling bisa bikin moodnya bolak balik gak karuan, kadang kesel kadang dag dig dug duuuerr.

" Tentuin sampai berapa lama, karna gue gak mau ada dibdalem status bohongan lama-lama,"

Bintang terdiam sejenak.

"Kasih gue waktu sebulan, sampai kakak gue percaya kalau gue udah gak ada rasa sama Tata."

"Jadi lu mau jadiin gue tameng lu?"

"Bukan gitu ra, anggep aja gue minta tolong sama lu, dan sebagai imbalannya gue bakal balikin gelang lu kalau perjanjian kita udah selesai."

Ara terdiam, seenaknya aja nih cowok nyuruh-nyuruh jadi pacar bohongannya.

Dia gak tau kalau Ara mati matian nahan degup jantungnya yang mau copot, tiap deket sama dia.

Entah ini debaran apa, yang pasti ini bakal menyiksa dia selama sebulan ini.

"Ya udah deal."

Ucap Ara manyun.

Bintang tersenyum tipis melihat tingkah laku Ara.

Bintang mengacak ngacak rambut Ara

"Thanks ya udah mau bantuin gue,"

Ara benar-benar kaget, disingkirkannya tangan Bintang dari kepalanya.

Deg Deg ...

"Jangan sembarangan nyentuh gue ya, inget kita cuman pura-pura, jangan kesempatan curi-curi"

Bintang makin terkekeh.

"Curi-curi kesempatan maksud lu?" Bintang masih terkekeh sembari mulai menyalakan mesin mobilnya.

"Ternyata lu normal ya, tang!!"

"Maksud lu?" tanya Bintang tak paham.

"Gue kira lu gak bisa senyum atau ketawa gitu, ternyata, hati lu masih berfungsi ya tang,"

Bintang terdiam, dia menatap Ara sejenak, tatapan yang Ara pun tak tahu maknanya.

Kemudian mereka segera melaju menuju rumah Ara untuk mengantar ara pulang.

Terpopuler

Comments

Martini Ayat

Martini Ayat

Beberan aja, jangan pura-pura

2022-09-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!