...***...
Jam beker berdering kencang, sementara Ara masih tetap tak bergeming sedikitpun dari tempat tidur, seolah tuli padahal nyaring bunyi jam beker bisa terdengar sampai kelantai bawah.
Alfa kakak Ara yang sedari tadi terganggu dengan bunyi jam langsung bergegas menaiki anak tangga menuju kamar adik semata wayangnya, seolah apal betul kebiasaannya.
"Eh, kebo amat gak bangun-bangun, set dah ni anak kebiasaan banget. Ra udah jam berapa ini, nanti lo telat sekolah!! " gerutu Alfa sambil menarik selimut yang membungkus tubuh Ara, sementara Ara malah menutup kupingnya dengan bantal.
"5 menit lagi deh," ucap Ara setengah sadar setengah engga.
"Yaudah, gue tinggal, kalau lo gak bangun-bangun ye, " ucap alfa kesal sambil ngeloyor keluar.
Ara tetap tak peduli, ia tetap melanjutkan tidurnya. Memang kebiasaan buruk ara adalah susah dibangunin tiap pagi. Sampai ibu Ara nyerah buat bangunin putrinya, karna percuma mau toak sekencang apapun, ara akan tetep jadi orang budeg tingkat dewa setiap pagi. Jadi ibunya akan membiarkan sampai Ara bangun sendiri
Itu juga kalau bangun hehe.
"Abang, lo kok gak bangunin gue sih, kan gue bisa telaat bang...." teriak Ara kesal sambil berlari menuruni anak tangga. Tangan kanannya masih sibuk menyisir rambut, sementara tangan kirinya menggendong buku - buku sekolah.
"Bang-bang, emangnya gue bambang. Eh ra terus tadi yang ke kamar lo siapa kalau bukan gue? Makanya jangan kebo tidurnya, kalau nanti tiba - tiba gempa lo gak akan sempet bangun udah ketimpa beton duluan, "
Umpat Alfa sambil tak menoleh kearah adiknya. Seolah sudah terbiasa dengan kelakuan adiknya.
"Hush, Alfa ngomongnya sembarangan aja, udah ra sarapan dulu, lagian kamu susah banget dibangunin, abang kamu tadi udah ke kamar kamu tapi kamu malah tidur lagi," mama mencoba membantu memasukan buku-buku ditangan Ara.
Ara cuman cemberut sambil menatap ke arah jam dinding. Mampus udah jam 06.45 Wib, sedangkan jam masuk sekolah adalah jam 07.00 Wib, cuman punya waktu 15 menit menuju sekolah. Udah pasti telat, dan lebih parahnya pelajaran pertama hari ini itu Pak Pandi guru paling killer disekolah, telat dikit kelar udah.
"Kak, ayo berangkat sekarang, sarapannya dijalan aja mah, aku berangkat ya, "
Ara buru-buru menyalami tangan ibunya sambil menarik tangan Alfa kakaknya dan mencomot sepotong roti ditangan kanannya .
Alfa lalu menjalankan mobilnya menuju SMA Bina Bangsa.
...****...
"Kak, gerbangnya udah ditutup nih, masa gue manjat pagar lagi," Ara menoleh ke arah abangnya yang malah sibuk ngupil.
"Ih lo jorok banget sih bang, bukannya dengerin gue malah ngupil," ucap Ara, sambil pura-pura pasang tampang jijay bajayy pada abangnya.
"Yaudeeehhh sih ra kek biasanya aje, lo begimannee, kan biasanyeee lo emang manjat pohon ye kaan, eh maksudnya pager haha" Alfa tertawa puas sambil tak menghiraukan adiknya yang sedang panik.
"Udeh sana, nanti gue ikutan telat ni berangkat kerjanya, siapa suruh lo kebo banget kalau dibangunin."
Alfa memang masuk kerja jam setengah 8 jadi masih ada waktu untuk mengantar adiknya ke sekolah setiap pagi dan kebetulan jalannya juga searah dengan sekolahan Ara.
"Yaudah gue duluan, ati-ati lo bang."
Ara menutup pintu mobil alfa dengan ogah - ogahan
"Dah adikku tersayang, selamat manjat, jangan sampai lecet ya..." Alfa terkekeh lagi sembari menjalankan mobilnya menjauh dari Ara.
Tinggallah Ara seorang diri, yang sekarang sudah berdiri dibelakang pagar sekolah.Tempat biasanya dia manjat kalau kesiangan.
Ara mulai memanjat pagar dengan hati-hati, memang ukuran pagar itu tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Jadi cukup mudah bagi Ara untuk memanjat dengan keahliannya dari kecil, yang suka manjat-manjat pohon mangga tetangga.
Ara celingukan sekeliling, takut-takut ada guru yang lewat, tapi buat kebelakang sekolah kayanya gak mungkin, karna emang area itu jarang dilewatin guru ataupun murid.
Saat Ara sudah berada disisi dalam pagar sekolah, kakinya tak sengaja terpeleset dan BRUUUGHHH!! Ara terjatuh, terjatuh kedalam sebuah pelukan. Entah siapa yang menangkapnya tiba-tiba, Ara tak berani membuka mata, takut-takut yang menangkapnya itu orang aneh atau malah guru, bisa gawat.
Ara membuka matanya pelan-pelan, wangi parfum itu menusuk hidung Ara, wanginya khas, lembut dan manis.
Seketika jantung Ara berdegup cepat, sesosok laki - laki tengah menatapnya tajam, dingin dan beku, tanpa sepatah katapun.
Wajah itu begitu manis dan tampan, yang tanpa sadar Ara terus memperhatikannya.
"Cewek-cewek kok hobi manjat, kaya monyet!!!"
Ucap Bintang sambil mendorong tubuh Ara menjauhinya.
Lamunan Ara buyar seketika, ara baru sadar kalau sedari tadi dia begitu dekat dengan posisi memegang bahu bintang. Kalau gak ada bintang, mungkin Ara tadi sudah jatuh ke tanah dengan keras. Untung ada laki - laki ini yang menangkapnya dengan tepat. Entah darimana datangnya Bintang tiba-tiba ada di bawah pagar.
"Ng nng... Ngaanuu itu.. Gue.. "
"gue gak peduli!!"
Belum sempat Ara bicara Bintang sudah ngeloyor duluan, seolah tak ada orang disitu.
"Iiiish cowok rese, udah ngatain gue monyet, gue lagi ngomong malah ditinggal,"
Ara kesal tapi tak dihiraukannya Bintang lagi, karna dia ingat harus segera ke kelas sebelum Pak Pandi datang.
...****...
"Maharani!!!!"
Suara itu bukan lain dan tak bukan adalah suara Pak Pandi diujung kelas, yang terdengar sangat marah ketika melihat Ara baru masuk ke kelasnya. Pak Pandi terkenal sangat disiplin dan ketat. Banyak siswa siswi yang kena hukumnya, gara - gara telat atau bahkan tidak mengerjakan tugas sekolah yang diberikannya.
"Iii.. Iya pak," Ara menelan ludah saat namanya dipanggil oleh Lak Pandi, pasrah tamat sudah.
"Kenapa kamu telat? kamu tau ini jam berapa? " Pak Pandi berjalan kearah ara sambil melotot, saat bicara kumisnya bergoyang goyang mirip pak Raden di film si Unyil.
"Tadi, mobil abang saya mogok pak.. " Ucap Ara sambil ngeles, cuman itu alasan yang ada di otaknya saat ini.
"Memangnya tidak ada angkot?"
Pak Pandi ngomong sambil muncrat, Ara mencoba menahan nafas. Banjir kali Cisadane nih..
"A..ada pak, tapi penuh semua pak, masa iya saya nyempil kaya upil pak,"
Seisi kelas lalu tertawa mendengar ucapan Ara, yang antara polos atau bloon dalam mencari alasan.
"Sudah sudah diam semua, sekarang kembali ketempat duduk mu, nanti balik sekolah kamu bersihkan lapangan sekolah bantuin mang ucup!!"
"Iya pak.. "ucap Ara pasrah, sambil kembali ketempat duduknya.
Vania teman sebangku Ara tau pasti alasan tadi tuh cuman karangan ara, karna dia tau banget alasan ara telat tiap hari adalah karna dia tidur kaya kebo. Ara memang baru pindah sekitar 2 bulan ke SMA Bina Bangsa. Tapi sifatnya yang periang dan mudah bergaul membuatnya gampang beradaptasi dengan cepat. Salah satunya kepada teman sebangkunya Vania.
"Sabar ya ra, gue bantu doa. Eh lo tadi manjat lewat belakang lagi? " Tanya Vania sambil pasang tampang pura pura mengasihani dan berbisik pelan, takut takut ada yang dengar kata 'Panjat' nya hehe.
"Ah, dasar lo ngejek gue aja, eh iya tadi pas gue manjat itu, gue mau jatoh, tapi ada yang nangkep gue, cowok dan dia ganteng sih, tapi ngeselin banget," Kata Ara kesal ketika ingat kejadian tadi.
"Siapa ? Lo kenal dia? Anak kelas berapa? "
Tanya Vania penasaran.
"Yee mana gue tau, dan gue juga gak mau tau, abis dia ngatain gue monyet,"
Ara mengeluarkan buku-buku ditasnya, sambil mulai menulis yang ditulis pak fandi dipapan.
Vania kontan terkekeh pelan.
"Haha lo sih, cewek kok nekat manjat manjat, eh gelang yang biasa lo pake kemana? "
Ara tersontak, dia baru ngeh kalau gelang kesayangannya yang dibelikan Almarhum Papahnya hilang, pasti terjatuh saat memanjat tadi. Dia bertekad istirahat nanti akan balik kesana mencari gelangnya, semoga ketemu, harap Ara dalam hati.
...***...
Bel pulang sudah berbunyi. Ara langsung menuju ruang OSIS untuk mengambil sapu dan penyedok sampah. Ya, dia mau menjalankan hukuman Pak Pandi, kalau gak dia gak boleh ikut pelajaran Pak Pandi lagi. Begitu ancam Pak Pandi agar murid muridnya menjadi disiplin.
"Mang Ucup, aku bantuin nyapu lapangan ya, Mang Ucup nyapu yang lain aja," kata Ara sambil mulai menyapu sekitar luar lapangan. Karna memang lapangan sudah bersih, jadi hanya dedaunan di sekitar lapangan saja yang masih perlu disapu.
"Iya neng, nuhun atuh ya sudah bantuin mamang," Ucap Mang Ucup sambil nyengir kuda.
"Iya mang santai aja,"
Setelah selesai menyapu lapangan, Ara langsung bergegas ke belakang sekolah untuk mencari gelangnya yang hilang. Sesampainya disana dia kaget bukan main.
BRUUGHHH!!
Ara mematung, melihat ada dua orang Siswa yang sedang saling baku hantam. Dan yang membuat Ara lebih kaget salah satu diantaranya adalah bintang. Siswa yang tadi pagi menangkapnya saat jatuh dari pagar.
Dua siswa itu masing masing terlihat sudah sama sama babak belur, Ara ingin melerai tapi takut kena hantam. Secara tubuhnya lebih kecil dibanding dua Siswa yang sedang ribut, mereka sama sama jangkung dan keliatannya kuat. Terlihat dari lebam lebam dibadan mereka masing masing yang menunjukan seberapa kuat kekuatan keduanya.
BRAAAAGHHHGGHH..
Bintang terdorong kepojok oleh siswa itu, Ara ingat kejadian tadi pagi, walaupun tidak sengaja tapi Bintang sudah menolongnya, tiba tiba naluri ingin balas budi muncul begitu saja.
" Eh, wei weii.. udah jangan ribut lagi, kalau gak gue panggil guru nih ya.. ."
Ucap Ara gelagapan, antara takut dan ngeri, ngeri kena tonjok.
Bintang dan siswa yang berkelahi dengannya tiba tiba menoleh ke Ara. Ara langsung ciut nyalinya melihat tatapan dua siswa yang lagi kalap kalapnya. Darah keluar sedikit dibibir kedua orang siswa itu, lebam di pelipis, dan disekitar pipi, menandakan kalau mereka benar benar habis adu jotos.
"Lo gak usah ikut campuurrrr, pergi sana kalau gak mau kena bogem mentah!!!!"
Kata siswa yang sedari tadi membabi buta memukuli Bintang. Bintang meringis kesakitan saat kaki siswa itu menekan dadanya, Ara benar benar tak tega melihatnya.
Tanpa sadar kakinya melangkah mendekati siswa yang sedari tadi menindih tubuh Bintang. Ketika siswa itu siap melayangkan bogemnya ke wajah Bintang, Ara menarik ujung lengan siswa itu dengan kedua tangannya. Sudah tidak dipedulikannya lagi rasa takutnya, dia malah takut kalau bintang mati, dan menghantuinya karna tidak mencoba menolong orang sekarat persis didepan matanya.
"Udah jangan dipukul lagi, ntar dia bisa mati!!!!"
Ucap Ara sambil terus mencoba menahan lengan siswa itu. Tapi siswa itu dalam keadaan marah dan seperti kesetanan. Tanpa sengaja, dia malah berbalik dan mendorong tubuh Ara hingga arah terjatuh dan lututnya kena pembatas lantai.
"Aduuuhhhh,,,, " Ara meringis kesakitan, lutut dan pembatas lantai yang beradu itu cukup membuatnya kakinya sakit minta ampun, ngilu, nyeriiii.
Bintang yang melihat Ara meringis langsung mencoba berdiri dengan sisa tenaga yang ada. Siswa itu yang kaget dan tak sengaja mendorong Ara mencoba menghampiri Ara dengan raut muka bersalah.
Bintang mencengkram kerah baju siswa itu kuat kuat, lalu memukulnya dengan sekuat tenanga, entah sisa tenaga itu datang dari mana.
"Kalau lo mau marah, tumpahin semuanya sama gua, jangan libatin orang lain!!!"
Bintang meninju lagi siswa itu sampai siswa itu terslungkup, siswa itu menatap Ara dengan tatapan bersalah.
Bintang lalu menghampiri Ara yang masih meringis kesakitan.
Tanpa persetujuan Ara, bintang mengangkat tubuh Ara kedalam pelukannya, walaupun badannya penuh luka, ternyata Bintang masih punya tenaga untuk membopong tubuh Ara.
...'Aku menemukanmu'...
Bintang membaringkan ara diruang UKS sekolah, disitu masih ada penjaga UKSny kebetulan di SMA Bina Bangsa ada kelas sorenya, jadi masih ada sebagian Siswa Siswi dan sebagian Guru di sekolah.
" Yaampun Bintang, kamu berkelahi lagi? "
tanya bu Susi penjaga UKS, dia hapal betul bintang ini sering bolak balik UKS sekolah hanya untuk sekedar berbaring di UKS atau minta perban.
"Bu, minta tolong obati kaki dia.."
Ucap Bintang sambil mengambil kursi dan duduk disebelah Ara.
"Kok bisa kamu luka? Kamu dipukulin Bintang? "
Bu Susi menatap tajam ke arah Bintang, takut takut kalau Bintang yang membuat kaki Ara terluka.
"Bukan dia bu, tadi saya gak sengaja jatuh pas lagi jalan, " Karang Ara sambil menahan sakit di lututnya.
Bu Susi mulai membersihkan luka Ara, dengan alkohol sampai Ara meringis kesakitan, dan tanpa sadar tangannya mencengkram bahu Bintang yang ada disampingnya. Bintang mengambil tangan ara dan membawanya kedalam genggamannya, setiap kali kesakitan, Ara mencengkram tangan Bintang kuat kuat, dan Bintang pun hanya membiarkannya saja.
"Nah sudah selesai, nanti ganti perbannya kalau udah kering ya.. "
Ucap Bu susi sambil menyiapkan perban untuk ara bawa pulang.
Ara membuka matanya perlahan, nyerinya sudah mulai berkurang, tapi lututnya masih cenat cenut. Dia baru ngeh kalau tangannya masih dalam genggaman Bintang. Buru buru dia melepaskan tangannya. Debaran itu datang lagi.
"Sorry, gue gak sengaja, lo kalau mau pulang, gihh pulang aja, gue bisa pulang sendiri kok! "
Kata Ara mengalihkan perhatian.
"Dengan luka kaya gitu? "
Tatap Bintang datar
Bu Susi memberikan sebungkus plastik yang didalamnya ada perban untuk membalut luka Ara.
Bintang meletakan tangan Ara dipundaknya dan membopongnya tanpa permisi lebih dulu.
Nih cowok seenaknya amat sih, apa apa gak pernah permisi, gumam Ara dalam hati. Tapi tak dipedulikannya lagi karna memang dia butuh bantuan seseorang untuk membantunya berjalan, karna lututnya masih terasa sakit saat dibawa berjalan kaki.
"Gue anterin lo balik. " kata Bintang sambil membuka pintu mobil dan menyuruh Ara masuk tanpa menunggu Ara menjawab
"Rumah lo dimana? "
Tanya Bintang sambil memakaikan sabuk pengaman ke Ara yang sedari tadi diem aja.
Ara gak habis pikir kenapa bisa bisanya dia nolongin orang kaya Bintang yang suka seenaknya, aturan tadi dia pergi aja pas ngeliat pertengkaran itu. Gak peduli bintang mau sekarat kek, niat mau nyari gelang malah dapat malang, ah nyesel dateng terlambat.
Gelang gak ketemu sekarang malah dapet lecet di lutut, mamah pasti khawatir ngeliat kaki Ara, karna Ara itu anak kesayangan mama, duh lengkap sudah penderitaannya hari ini.
...****...
ini gambaran pemeran Bintang
kalau ini Maharani atau Ara
dan yang terakhir bayu
...***...
Bintang sampai dirumah Ara. Dia lalu membukakan pintu dan membantu Ara masuk kedalam rumah, walaupun keliatannya cuek, tapi bintang ternyata tanggung jawab juga. Terbukti dia langsung menjelaskan pada ibu Ara kejadian yang menyebabkan ara terluka.
Diluar dugaan ibu Ara bukannya marah sama Bintang, malah menawari bintang makan. Ara sampai melongo dibuatnya. Sihir apa yang sudah Bintang pakai sampai sampai ibunya bisa bersikap sebaik itu pada cowok nyebelin disampingnya ini.
"Gak usah tante, saya pulang aja soalnya udah sore," Kata bintang sambil bersikap sooo manis, padahal dia tau aslinya Bintang dingin cuek.
"Saya pulang dulu ya tante, besok saya kesini lagi "
Bintang pamit sambil menyalami ibu Ara. Maksudnya besok kesini lagi???
Ara masih gak ngerti arah pembicaraan Bintang dan ibunya.
Saat Bintang sudah pulang buru buru ara menanyai ibunya.
"Bu kok bisa sih akrab sama dia? Terus maksudnya besok kesini lagi apa? "
Tanya Ara bertubi tubi, tapi hanya dibalas senyuman oleh ibunya.
"udah kamu makan abis itu istirahat."
Ara tak bertanya apa-apa lagi, bukan itu jawaban yang dia mau dengar.
Esoknya Ara bangun dengan lemas. Lututnya sudah enakan tapi jalannya masih sedikit pincang, mirip bebek baru belajar jalan.
"Kaki lo ngapa ra, manjat nya gagal? "
Tanya Alfa sembari memperhatikan lutut Ara yg diperban.
Ara tak menghiraukan, malah sibuk maen hp tiba tiba ada sms masuk dari nomor tidak dikenal .
081295XXXXX
Gue bentar lagi sampe dirumah lo.
Ara mengernyitkan dahi. No siapa nih? Salah sambung kali ye..
Belum sempat dia berpikir tiba tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya.
Ibunya buru buru membukakan pintu, siapa pagi pagi yang bertamu? Tanya Ara makin heran.
"Ra bintang udah dateng nih.."
Whaaaaaatttt !!!
Hampir saja roti dimulut ara muncraat ke abangnya yang duduk didepannya.
Alfa ikut penasaran. Dia menoleh, dan sesosok tubuh jangkung itu datang memasuki ruang tamu, terlihat jelas dari ruang makan yang jaraknya hanya beberapa langkah saja. Ara mematung, mau ngapain cowok itu kerumahnya?
"Mulai sekarang, sampai kamu sembuh, berangkat sama pulang sekolahnya bareng bintang ya ra, dia anak baik loh, mau bertanggung jawab atas kesalahannya.."
Ucap mamah tanpa menghiraukan Ara yang masih melongo dan kebingungan.
Ara berjalan keluar rumah masih tak percaya, Alfa menatap bintang dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Boleh juga selera lo bo.. " bo itu panggilan sayang Alfa ke adiknya, maksudnya kebo.
Bintang menjalankan mobilnya membelah jalan di pagi itu.
Mereka sampai disekolah tepat 5 menit sebelum bel berbunyi. Disepanjang jalan tadi, mereka berdua hanya diam. Bahkan Ara tak diajak berkenalan sampai sekarang sebagai basa basi, misalnya "Nama lo siapa?" gitu kek
Bintang membukakan pintu mobilnya dan mencoba membopong Ara, namun kali ini Ara menolak, jangan seenaknya ya, gue juga bisa nolak! Pikir Ara kesal,
"Gue bisa sendiri, udah mendingan kok kakinya, dan thanks ya udah nganterin gue, besok-besok gak usah kaya gitu lagi, gue nolongin lo kemaren karna kebetulan aja gue lagi nyari gelang gue, eh malah apes liat lo lagi berantem. Oke, anggap aja waktu itu lo nolongin gue pas jatuh dipagar, dan kita impas oke?!"
Ara terus saja ngedumel, tak dipedulikannya Bintang yang tetap menatapnya dalam diam. Cowok ini misterius dan gak bisa ditebak. Seperti pagi ini yang tiba tiba ada dirumahnya dengan alasan ingin bertanggung jawab.
Saat Ara sudah berjalan menjauh, bintang mengeluarkan sesuatu disaku celananya. Sebuah gelang.
Ara masuk dan tatapan cewek cewek seisi kelas menusuknya, perasaanya gak enak, apa ada yang salah dengan penampilannya hari ini? atau karna perban dikakinya dia jadi pusat perhatian?
Ara langsung duduk dan Vania langsung menatapnya penuh tanda tanya.
"Ra, lo jadian sama Bintang? " Vania tiba tiba nyeletuk saat ara duduk disampingnya, temennya itu menatapnya dengan seribu tanda tanya.
"Apa??" ara tak percaya dengan pertanyaan Vania yang menurutnya konyol banget. Dapet isu dari mana Vania, dan kenapa anak-anak cewek dikelasnya hari ini menatapnya dengan tatapan sinis? Apa jangan gara gara ini juga.
"Gue sama bintang gak ada apa apa!!!"
Ara mencoba memberi penjelasan, memang tak ada apa apa.
"Bohong. Anak anak udah rame tadi pagi, ada yang bilang, kalau kemaren itu lo dibopong sama Bintang ke UKS, terus dianter pulang juga. Dan katanya Bintang berantem dibelakang sekolah itu juga gara gara lo, kata yang gue denger gitu ra..."
Astaga ara bener-bener kaget, bagian bintang berantem gara gara dia itu jelas jelas fitnah! Yang lainnya emang iya, tapi bukan berarti dia jadian juga. Lagian bintang itu siapa sih? Sampai beritanya cepat banget menyebar kaya gini. Dia emang udah 2 bulan pindah ke SMA Bina Bangsa, tapi tak pernah sekalipun tau tentang cowok cowok tenar disekolah, karna emang gak tertarik.
"Bintang itukan anak basket paling ganteng di Bina Bangsa, ah siapa sih yang gak kenal dia, kakak kelas aja banyak yang suka sama dia. Dia itu jarang ngomong. Misterius, dan susah di dapetin, makanya anak anak penasaran, kenapa kemaren bintang bisa anterin seorang cewe pulang .." Vania terus saja ngoceh.
ara hanya diam sambil mengingat ingat kembali, emang sih Bintang ganteng, banget malah. Tubuhnya tinggi bola matanya bening, hidungnya mancung, tapi sayangnya dingin banget. Tapi mungkin itulah yang bikin anak anak cewek tertarik untuk menyukai Bintang. Cewek kan gitu sukanya yang tipe tipe kaya vampir gitulah misterius. Pikir ara ngaco.
"Kemaren itu kebetulan, dan gue gak jadian sama bintang! " ucap Ara tegas.
Bel istirahat berbunyi Ara tidak pergi ke kantin selain karna malas menghadapi tatapan sinis cewek cewek yang salah paham, antara dia dan Bintang, itu juga karna kakinya masih rada sakit dibawa jalan.
"Ra,, lo bener gak mau ke kantin, yuk makan gue laper nih,"
"Gak Van lo duluan aja,"
" Yaudah gue duluan ya, lo gak mau nitip makan? "
"Gue nitip roti ya Van rasa keju"
Ara langsung mengeluarkan uang dari sakunya, dan memberikannya pada Vania.
Vania menerimanya lalu kemudian pergi.
Kelas sepi.. Ara menyenderkan bahunya di tembok kemudian memejamkan matanya perlahan.
Sepuluh detik kemudian dia membuka mata merasakan ada seseorang duduk disampingnya.. Angin berhembus pelan lewat jendela.
"Lo ngapain disini?" Ara kaget melihat sosok cowok yang kemarin ribut sama bintang, tiba tiba sudah duduk manis disampingnya.
"Hai Maharani, gue Gilang, dan gue mau minta maaf atas kejadian kemarin, gue bener bener nyesel.." Ucap Gilang dengan raut muka serius, tanpa pura pura. Sesal itu terpancar jelas dimatanya.
Ara bengong kaget campur bingung, darimana cowok itu tau kelasnya, darimana tau namanya? Belum ara menjawab tiba tiba gilang mengalihkan pandangannya ke lutut ara.
"Kaki lu udah baikan? Gue ngerasa bersalah banget, maaf ya.." Lagi-lagi permintaan maaf yang keluar dari mulut cowok ini.
Vania masuk kelas dan kaget melihat ada Gilang kaka kelasnya yang gak kalah tenarnya dari Bintang tiba-tiba duduk di bangkunya.
"Kak Gilang kok ada disini? ada urusan apa sama ara? "
"Hai Van, bukan apa-apa kok."ucapnya sambil tersenyum, senyumnya manis semanis gulali, kata ara dalam hati. Walaupun wajahnya masih lebam bekas beradu jotos sama Bintang kemarin.
"Yuk ra, gue duluan ya, sekali lagi gue nyesel banget atas kejadian kemaren, sorry ya.."
Gilang menepuk lembut bahu ara dan berjalan keluar kelas, meninggalkan Ara yang belum sempat menjawab.
"Lah, lu kenal sama Ka Gilang juga Ra? wah hebat nih sohib gue temenannya sama artis-artis sekolah.." Vania duduk sambil melotot ke arah Ara yang masih gak ngerti.
"Apaan sih? emang yang tadi siapa? kenal juga engga gue!" Andai dia bisa cerita kalau kemarin si Gilang inilah yang gak sengaja bikin lututnya luka. Yah, tapi apa untungnya juga cerita itu.
Ara mengambil headset didalam tasnya, tak dipedulikannya Vania yang terus saja ngoceh.
...****...
...'jangan menjadi abu-abu ketika...
...Aku menjadikanmu putih dihidupku'...
Pulangnya, Ara tetap diantar Bintang, dengan setengah terpaksa, karna Bintang sudah duluan merangkulnya, sebelum Ara sempat menolak, ini cowo rangkul seenaknya, maksa seenaknya.
Dan besoknya Ara juga diantar kesekolah oleh Bintang. Itu membuat Ara makin jadi bahan gosip di sekolah.
Anak anak cewek di sekolahnya, mengira bahwa Ara sudah jadian dengan Bintang. Tatapan sinis pun tertuju pada Ara tiap kali dia lewat sendirian dilorong lorong sekolah.
Ada yang berbisik dan kasak kusuk.
"Itu toh ceweknya si bintang, biasa aja tuh, gak ada cakep-cakep nya sama sekali! "
huuuhghhh kedengeran tauuk! Gerutu Ara kesal, kalau mau ngerumpi jangan pas dibelakangnya, rasanya, pengen dia timpuk pake sepatu!
Sebal rasanya mendengar hal-hal yang sebenarnya adalah fitnah belaka. Ara benar-benar sudah tidak tahan. Dibulatkan tekadnya untuk bicara kepada Bintang sepulang sekolah.
Bintang harus membersihkan namanya dari keonaran yang sedang terjadi, yang sudah membuat nama bagusnya terkelupas eh maksudnya tercemar.
Ara mencari kontak bintang, nama bintang ia plesetin jadi tangki air saking kesalnya.
To : Tangki Air
Gue mau ngomong pulang sekolah, ada hal penting.
Ara mengirim SMS itu kemudian menyusul Vania ke kantin.
Ara melewati lorong dan tertegun saat sampai didekat perpustakaan, disana ada Bintang, duduk di pojok rak sambil membaca sebuah buku. Entah buku apa, yang pasti Bintang nampak begitu serius, dan terkadang senyum tipis tersirat di wajahnya.
Ara tak menyangka, cowok setengil Bintang, doyan ke perpus, baca buku pulak.
Tanpa sadar Ara masuk keperpus juga. Belagak mencari cari buku. Padahal, hanya penasaran dengan buku yang dipegang bintang. Cowok macam itu baca buku apa? Novel romantis? Ah mustahil, baca buku masak? Ya kali emak-emak, terus apa doong?
Ara berjalan pelan tanpa tau kalau Bintang ngeh dengan kedatangannya, dia membelokan badannya ke lorong rak yang Bintang sedang bersender, tapi Ara kaget, karna bintang sudah tak ada disana.
Saat dia berbalik lagi bintang ternyata sudah ada didepannya, begitu dekat sampai bau parfum yang manis itu tercium lagi.
Jantungnya kembali beedegup. Entah ini debaran apa, debaran yang selalu ada setiap kali bintang didekatnya.
Bintang meletakan tangannya tepat dirak diatas kepala Ara, tangan kirinya masih memegang sebuah buku. Dia mendekatkan wajahnya tanpa memperdulikan Ara yang mukanya mulai merah karna malu.
"Lu mau ngintip gue disini"
Tanya Bintang sambil menatap Ara tajam
Mampus gue, pikir ara dalam hati.
"Kata siapa, gue mau pinjem buku kali, emang ini perpus lu, gue gak boleh kesini gitu? " Ara mengelak gelagapan.
Bintang tersenyum kecut, lalu menyerahkan buku ditangannya kepada Ara kemudian pergi tanpa sepatah katapun.
Ara menatap kepergian Bintang sengan kesal, selalu begitu, selalu seenaknya.
Ara menatap buku ditangannya, sebuah novel dengan judul bungaku.
Seorang Bintang baca novel? Ara mengernyitkan dahinya heran, akhirnya dia meminjam buku itu kepada petugas perpus, kali-kali nanti dirumahnya mau dibaca-baca, sekarang sih lagi males.
Pulangnya Ara melenggang menuju parkiran, Bintang sudah ada disana, duduk didepan mobil sambil memainkan bola basket ditangannya. Ara menarik nafas panjang, dia harus segera menyampaikan keinginannya.
Belum Ara menghampiri Bintang, tiba-tiba dari arah lain, ada seorang cewek dengan tubuh tinggi dan cantik menghampiri Bintang,
Bintang berhenti memainkan bola kemudian menatap cewek itu. Tatapan yang tak biasa, tatapan penuh makna, Ara menghentikan langkahnya.
"Gosip itu gak benerkan bii?"
Bii? Mungkin itu panggilan sayang cewe itu ke Bintang. Tanya Ara dalam hati
Bintang hanya terdiam. Menatap dalam-dalam, tanpa bicara sepatah katapun. Gosiip? Ara mulai gugup, jangan jangan gosip jadian dia dengan Bintang.
Deg bintang melihat kearah Ara, diikuti cewek itu, sialnya belum sempat menghindar, Ara sudah ketangkap basah sedang memperhatikan mereka berdua.
Ara buru2 menuju gerbang sekolah namun Bintang mengejarnya dan memegang tangannya.
" Ikut gue! " Bintang menarik tangan Ara, dan mereka berjalan ke arah cewek tadi yang memperhatikan dengan tatapan sedih.
"Dia cewek gue ta, gue sayang sama dia, maafin gue ta .."
Ucapan Bintang itu seketika membuat detak jantung Ara semakin kencang, hampir mau pingsan rasanya.
Diliriknya cewek itu, dan benar saja, raut muka yg sedih tadi berganti jadi air mata yang mengalir dikedua pipinya. Terlihat gurat sedih yang sangat dalam dimata cewe itu, ara jadi benar-benar tak tega. Bintangpun terlihat terluka jelas sekali dimata Ara, dua orang ini sama sama saling terluka.
Ara mencoba membuka suara, tak tega juga dia melihat cewek cantik itu menangis.
"Maaf, sebenernya gue sama bintang itu gak..." belum ia menyelesaikan kata2nya bintang langsung merangkul bahu Ara
"Gue duluan ya ta.."
Tanpa permisi seperti biasa Bintang menuntun Ara masuk kemobil, meninggalkan cewek itu yang lalu menangis sendirian sejadi jadinya.
...****...
Mobil Bintang berhenti tepat disebuah jalan rindang, tak jauh dari rumah Ara, Bintang menatap ke depan, padahal tidak ada apa apa di sana.
Matanya terlihat begitu terluka, sangat terluka. Dia menundukkan kepalanya disetiran mobil.
Ara hendak protes atas kejadian tadi, tapi tidak jadi, karena melihat Bintang begitu terluka, Ara menunggu sampai Bintang tenang.
"Kalau lo sayang sama dia, kenapa lo nyakitin dia dengan kata-kata lo tadi?" Tanya arah akhirnya,
Bintang mengangkat wajahnya, kemudian menghembuskan nafas pelan, seperti ada beban berat yang ditahannya.
"Dia Tata, cewek yang gue suka dari SMP, kita udah sahabatan lama, tapi ternyata gue baru sadar, kalau gue punya rasa sama dia, dan dia pun ternyata menyimpan rasa yang sama sejak dulu, tapi gue terlambat menyadari, dan akhirnya abang gue duluan yang menyatakan cinta pada tata, gue emang pengecut " Ucap Bintang sedih
"Terus, tata nerima cinta abang lu? "
Bintang hanya terdiam kemudian ditatapnya Ara perlahan.
"Iya dia terima, karna dia mungkin udah capek nungguin gue ngungkapin semuanya,"
"Maksud lu, sekarang Tata itu ceweknya abang lu? "
" Iya, Abang gue yang lu liat kemarin ribut sama gue di belakang sekolah," kata Bintang pelan
"WHAT!!!?????" Ara hampir Teriak ,dia tidak percaya, bahwa cowok yang kemarin datang ke kelasnya dan ribut sama Bintang itu adalah kakaknya Bintang sendiri.
"Jadi, Gilang itu Kakak lo dan lo Kemarin ribut karena apa? sorry gue kepo, kalau lu nggak mau cerita juga nggak apa-apa kok"
"Gue ribut sama kakak gue kemarin gara-gara dia tahu kalau gue ternyata sayang sama Tata, dan dia terlambat tahu. Setelah dia jadian sama Tata dia mukul gua karena dia kecewa, kenapa gue nggak ngomong sama dia dari dulu,gue nggak mungkin matahin hati abang gue sendiri. Makanya gue milih diam, dan pura-pura bahagia melihat dia jadian sama Tata, tapi sandiwara tetap sandiwara, bakal kebongkar jugakan akhirnya, ya kan ra? "
Ara hanya diam mematung.
"Terus kenapa lu tadi bilang Tata kalau gue cewek lu, dan lu sayang sama gue, itu kan bohong Maksud lu apa ngomong kayak gitu?"
"Gue nggak ada pilihan lain selain ngomong itu, dan hanya itu yang ada di otak gue saat itu,"
Ara sedih juga mendengar Bintang ngomong kayak gitu Padahal tadi dia sempat melambung tinggi. Saat Bintang ngomong kalau dia sayang sama Ara. Tapi kenapa Ara harus sedih? kan memang tidak ada apa-apa di antara dia dan Bintang, Ara jadi bingung sendiri. Ada apa dengan hatinya?
"Lu mau kan bantuin gue, pura-pura jadi cewek gue?" Tanya Bintang sambil menatap Ara
"Kenapa harus gue ? kenapa lu nggak cari cewek lain aja?" Tanya Ara bingung.
"Karena lu nggak suka kan sama gue?"
Deg, debaran itu datang lagi..
Terbata bata Ara menjawab.
"i.. Iyalah, Gue nggak suka sama lu,"
" Ya udah bagus, deal,"
"Apanya yang deal? Lu tuh ya, gue kan belum bilang setuju mau bantuin lu!!"
Bintang tak menghiraukan ucapan Ara, dia langsung menyalakan mobilnya dan mengantarkan Ara pulang.
...***...
"Bo, temen lu jemput noh didepan rumah. Udah Buruan sarapannya," ucap Alfa sambil memindahkan roti dari atas piring ke dalam mulut besarnya.
"Bilang aja deh gue mau berangkatnya sama lu, bang.."
Ara ingin menghindar dari Bintang, sejak ucapan bintang kemarin, dia benar-benar tidak bisa tidur semalaman. Jadi pacar bohongan? enak aja, digosipin pacaran aja udah bikin hidupnya jadi ribet. Apalagi harus pura-pura. Apalagi Bintang sepertinya tidak menghiraukan jawaban Ara.
"Lagi ribut sama dia?" Selidik Alfa kepo
"Udah si Bang bilang aja kayak gitu, "
" Eh bo, masih untung ada yang mau sama lo, ganteng lagi, ngapa lo ngehindar sih?"
Ucap Alfa sadis sambil terkekeh menahan tawa.
"Sialan lu bang, gini-gini banyak yang naksir sama gue,"
"Udah sana berangkat, gue kan lagi cuti, keburu siang nanti. Dia, walaupun diusir, kayaknya nggak bakal pergi sebelum lu keluar,"
Ara hanya bisa tertunduk lemas. Ia lalu berjalan ke arah Bintang, dan mereka pun pergi ke sekolah berdua lagi.
Sesampainya di sekolah, semua mata tertuju padanya.
Ara jadi Keki sendiri, dia masuk ke kelasnya tanpa menghiraukan tatapan tatapan sinis cewek-cewek di sekitarnya.
Vania kemudian tersenyum, dan langsung menggoda teman sebangkunya.
"Cie, katanya nggak jadian, tapi tiap hari makin lengket aja kayak perangko."
Ara hanya diam dia bingung mau jawab apa, karena Vania nggak boleh tahu kalau dia hanya pura-pura jadi pacarnya Bintang.
Pulangnya, Ara sengaja duduk di kantin dulu, menunggu siswa siswi lain pulang, selain ingin menghindari tatapan menusuk cewek-cewek fansnya Bintang, juga ingin menghindari si Bintangnya sendiri. Entahlah, rasanya sebal seolah olah Bintang mempermainkan hatinya, karna sudah seenaknya mengajaknya pura-pura pacaran, tanpa mendengar pendapat Ara lebih dulu.
Dari kejauhan Tata melihat Ara, dan langsung menghampiri gadis imut itu.
"Hai, gue boleh duduk disini?" tata menepuk bahu Ara pelan, Ara menoleh seketika, dan kaget bukan main.
'Inikah cewek yang di rebutin sama dua kaka beradik itu Bintang dan Gilang' gumam ara dalam hati.
"Silahkan duduk aja," jawab Ara pelan sambil tersenyum tipis.
Tata diam sejenak, lalu dilihatnya Ara dari ujung kaki sampai ujung rambut dengan seksama, Ara jadi salah tingkah sendiri, merasa gak nyaman diperhatikan seperti itu.
"Lu beneran pacaran sama Bintang? sorry kalau tiba tiba gue nanya ini, oiya kenalin gue Tata, sahabatnya Bintang," Tata mengulurkan tangannya ke Ara.
Ara ragu-ragu menjabat tangan tata
"Gue Maharani .."
Ucap ara singkat, dia bingung mau jawab apa, takut-takut salah ngomong bisa berabe urusannya.
"Lu belum jawab pertanyaan gue tadi? Lu beneran pacaran sama Bintang?"
Tata menatap Ara serius.
Ara menelan ludah, duh mati gue, kenapa disaat kaya gini malah ketemu cewek ini, hanya berdua pulak. Jadi ara gak bisa menghindar sama sekali, eh ngapain menghindar, toh ceritain aja yang sebenernya kalau dia dan bintang emang gak ada apa apa. Cape juga pura pura, lagian gak ada untungnya buat dia. Hanya menambah hatt ers dadakan Ara, yang tak lain adalah para cewek yang ngefans sama si Tangki air itu.
"Gini ya, sebenernya gue.."
Belum Ara menyelesaikan ucapannya tiba tiba bahunya dirangkul dari samping oleh seseorang.
DEG!!! Bintang. Ara tau dari wangi parfumnya yang khas.
"Ternyata kamu disini sayang, aku udah nungguin kamu dari tadi di depan, yuk balik, katanya mau nemenin aku nyari buku,"
"Ta, lo ngapain disini, tuh gilang udah nungguin diparkiran dari tadi," Bintang menepuk bahu Tata, lalu pergi meninggalkan Tata dan menarik tangan Ara yang masih kebingungan.
Sebuah mobil silver terparkir didepan toko buku yang cukup besar disebuah pasar tradisional di daerah Bandung.
Bintang menatap Ara, di sepanjang perjalanan tadi Ara hanya manyun tak bergeming.
Dia malas meladeni Bintang yang suka seenaknya.
"Gue udah telfon nyokap lu, dan beliau udah ngizinin. Lu gak usah mikir macem macem, gue cuman mau minta lu temenin gue nyari buku,"
"Kenapa harus gue, lu kan bisa ajak tuh salah satu cewek yang tergila gila sama lu!"
Akhirnya ara meledak juga
"Karna lu pacar pura-pura gue, kalau gue ajak yang lain, malah tambah runyam ceritanya..."
"Denger ya, gue tegasin, GUE GAK MAU JADI PACAR PURA PURA LU, GUE GAK PERNAH BILANG IYA, JADI LO GAK USAH SEENAKNYA YA TANG!!!" Ucap Ara ngegas
Bintang diam sejenak, dia menunggu sampai ara mengeluarkan semua yang ada dipikirannya.
"Lu pikir gue gak cape digosipin aneh aneh, gue gak pantes lah sama lu yang terlalu ganteng, lagian siapa juga yang suka sama lu. Gue emang gak cantik-cantik banget. Tapi gue juga cantik, buktinya banyak yang mau sama gue, cuman guanya aja yang gak mau sama mereka " Ara ngoceh ngoceh gak jelas saking kesalnya.
Bintang tersenyum tipis.
"Udah tenang belum?" Bintang menatap Ara dalam diam, kasian juga dengan cewek disampingnya yang akhirnya ikut terlibat dalam masalahnya dengan Tata.
Ara menoleh, mau marah tapi gak jadi, dia menatap Bintang sejenak, pantes sih anak-anak cewek di sekolahnya tergila gila sama bintang, emang ni anak kalau gak tengil ganteng banget. Hidungnya mancung, alisnya tebal, bola matanya coklat bening, nyaris sempurna. Ah, tapi ya tengil mah tengil aja titik.
"Gue minta sama lu, gak usah drama lagi, dan bilang sama semuanya kalau kita itu gak pernah pacaran," Ucap ara judes
"kalau gue gak mau? "
Bintang meraih tangan Ara, Ara kaget reflek ingin melepaskan diri, tapi sayang, tenaga Ara gak ada apa apanya dibanding Bintang, Bintang merogoh kantong bajunya dan mengeluarkan sesuatu.
"Ini punya lu kan?"
"I..itukan gelang kesayangan gue, kok bisa ada di lo sih ?! Wah lu nyolong ya!"
Ara meronta ingin melepaskan tangan Bintang, tapi tenaga Bintang terlalu kuat.
"Enak aja lu, lu inget gak waktu lu jatuh dibelakang sekolah pas lu manjat pagar, gelang ini nyangkut di sepatu gue, yaudah gue ambil aja,"
"Yaudah sini balikin"
Ara mencoba mengambil gelang itu, tapi Bintang langsung memindahkan tangannya dibelakang badannya, sehingga tangan Ara reflek mengikuti gerakan tangan Bintang yang tanpa sadar membuat tubuh Ara begitu dekat dengan tubuh Bintang, hanya beberapa senti saja.
Wangi parfum Bintang begitu menusuk hidung, sampai nafas Bintang pun terasa menerpa rambutnya, Ara benar benar deg-degan kali ini, entah debaran macam apa ini.
Bintang menatapnya lekat lekat, Ara langsung menjauhkan badannya, dia gak mau jantungnya samapi loncat gara-gara si cowok tengil itu.
"Gue bakal balikin ini gelang, asal lu mau bantuin gue dengan jadi pacar bohongan gue" Ucap Bintang santai tanpa memperdulikan Ara.
"Apa?"
Ara terkejut, Bintang masih tetap diam dan memainkan gelang Ara ditangannya.
"Jadi gimana, mau gak?"
Ara diam sejenak, benar-benar gila emang si Bintang ini, dia menimbang-nimbang sesaat, itukan kalung kesayangan hadiah dari almarhum papahnya, dan Ara udah janji ke papahnya bakal jaga terus gelang itu.
"Lama banget sih lu mikirnya, yaudah ini kalung gue simpen aja deh,"
"Eh jangan dong itu gelang kesayangan gue tau!!, yaudah iya gue mau pura-pura jadi pacar lu, tapi dengan satu syarat.."
Akhirnya terpaksa Ara setuju juga.
"Apa syaratnya?"
Bintang mendekatkan wajahnya ke Ara, menatap gadis mungil itu lekat-lekat. Sepertinya Ara mulai luluh juga.
Deg!!!
Ara gugup, pipinya memerah, ni cowok paling bisa bikin moodnya bolak balik gak karuan, kadang kesel kadang dag dig dug duuuerr.
" Tentuin sampai berapa lama, karna gue gak mau ada dibdalem status bohongan lama-lama,"
Bintang terdiam sejenak.
"Kasih gue waktu sebulan, sampai kakak gue percaya kalau gue udah gak ada rasa sama Tata."
"Jadi lu mau jadiin gue tameng lu?"
"Bukan gitu ra, anggep aja gue minta tolong sama lu, dan sebagai imbalannya gue bakal balikin gelang lu kalau perjanjian kita udah selesai."
Ara terdiam, seenaknya aja nih cowok nyuruh-nyuruh jadi pacar bohongannya.
Dia gak tau kalau Ara mati matian nahan degup jantungnya yang mau copot, tiap deket sama dia.
Entah ini debaran apa, yang pasti ini bakal menyiksa dia selama sebulan ini.
"Ya udah deal."
Ucap Ara manyun.
Bintang tersenyum tipis melihat tingkah laku Ara.
Bintang mengacak ngacak rambut Ara
"Thanks ya udah mau bantuin gue,"
Ara benar-benar kaget, disingkirkannya tangan Bintang dari kepalanya.
Deg Deg ...
"Jangan sembarangan nyentuh gue ya, inget kita cuman pura-pura, jangan kesempatan curi-curi"
Bintang makin terkekeh.
"Curi-curi kesempatan maksud lu?" Bintang masih terkekeh sembari mulai menyalakan mesin mobilnya.
"Ternyata lu normal ya, tang!!"
"Maksud lu?" tanya Bintang tak paham.
"Gue kira lu gak bisa senyum atau ketawa gitu, ternyata, hati lu masih berfungsi ya tang,"
Bintang terdiam, dia menatap Ara sejenak, tatapan yang Ara pun tak tahu maknanya.
Kemudian mereka segera melaju menuju rumah Ara untuk mengantar ara pulang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!