AKU SELINGKUH DENGAN DEBT COLLECTOR

AKU SELINGKUH DENGAN DEBT COLLECTOR

EPISODE 1 PERTEMUAN CINTA

Namaku adalah Restu (29). Aku adalah seorang istri dari seorang laki-laki bernama Dadang (34).

Aku dan suamiku ngontrak di sebuah rumah sederhana, karena kami mempunyai komitmen untuk tidak tinggal bersama orang tua kami berdua.

Aku hanyalah seorang ibu rumah tangga, sedangkan suamiku bekerja serabutan, kalau sedang tidak ada proyek bangunan maka suamiku ngojek di perempatan terminal yang tidak jauh dari kontrakan kami.

Selama dua tahun pernikahan, kami belum mempunyai keturunan dan kami mempunyai satu unit sepeda motor matic dari hasil kredit 3 tahun dengan cicilan 700 ribu perbulan.

Cicilan motor itu sudah berjalan hampir satu tahun, kami berdua berani mengambil kredit motor karena suamiku berencana motor itu di pakai untuk ngojek.

Sampai pada akhirnya kredit cicilan motor itu macet satu bulan, karena memang pekerjaan suami ku lagi sepi, ingin rasanya aku bekerja tapi di larang oleh suamiku.

Ingin pinjam sama orang tua kami, tapi malu rasanya, lagi pula orang tua kami bukan orang berada, aku dan suamiku sama-sama kehilangan figur sosok seorang ayah.

Orang tuaku hanya tinggal ibuku saja Ibu Hartatik (52) yang sehari-harinya mengandalkan gaji pensiunan Almarhum Ayahku.

Sedangkan orang tua suamiku juga tinggal Ibunya saja, Ibu Maimunah (55), yang juga mengandalkan gaji Pensiunan Almarhum ayahnya.

Sampai bulan ke 2 cicilan motor itu tetap belum bisa kami bayarkan dan pada akhirnya orang dari Bank motor itu datang ke kontrakan kami.

Pagi itu suamiku sudah berangkat untuk bekerja. Jam menunjukkan pukul 09.00 Pagi, tiba-tiba terdengar ketukan pintu kontrakan ku.

Tok....Tok....Tok.

Lalu aku membuka pintu....

"Selamat Pagi Bu," kata orang itu.

"Iya selamat pagi," ucap ku menatap orang itu.

"Apa benar ini rumah bapak Dadang?" tanya orang itu.

"Iya benar," jawabku singkat.

"Bapak Dadang nya ada Bu?" tanya orang itu lagi.

"Oh mas Dadang lagi kerja, siapa ya?" tanyaku penasaran karena orang itu memakai jaket hitam dan sepatu pantofel.

"Ibu istrinya ya, saya dari Bank motor yang bapak Dadang kredit, saya ingin bertemu bapak Dadang Bu," ujar orang itu sembari tersenyum menatapku.

"Oh silahkan masuk dulu Pak," ucapku menyuruh orang itu masuk.

"Iya, permisi Bu," ujar orang itu sembari masuk ke dalam rumahku.

"Silahkan duduk Pak," ucapku menyuruh orang itu duduk di kursi ruang tamuku.

Setelah itu kami berdua duduk di ruang tamu rumahku.

"Saya Teguh Bu," ucap orang itu memperkenalkan diri.

Orang itu adalah bapak Teguh (36), yang bekerja sebagai penagih hutang dari Bank tempatku ambil kredit motor.

"Bagaimana ini Bu, bapak Dadang cicilannya sudah telat dua bulan," ujar pak Teguh seraya menatapku.

"Iya Pak, pekerjaan suami saya lagi sepi Pak, bulan depan kalau ada rejeki pasti di bayar Pak," ucapku mengiba.

"Kalau sampai bulan depan motornya di tarik Bu," ucap pak Teguh membuatku semakin panik dan takut.

"Aduh, bagaimana ya Pak," ucapku bingung.

"Kalau bisa di bayar bulan ini ya Bu, satu bulan dulu tidak apa-apa," ujar pak Teguh dengan senyum di wajahnya.

"Iya nanti saya bilang suami saya Pak," ucapku kepada pak Teguh.

"Iya Bu, terima kasih," balas pak Teguh dengan perasaan lega.

Aku perhatikan pak Teguh selalu melihat ke arahku dan selalu curi-curi pandang terhadapku.

"Kalau bisa saya minta no WA nya Bu," ujar pak Teguh dengan tersenyum.

"Oh iya bisa Pak," ucapku sembari mengambil HP ku dari atas meja, kemudian aku memberikan nomor WA ku.

"Ya sudah saya pamit dulu Bu," ujar pak Teguh sembari beranjak dari tempat duduknya.

"Iya Pak," ucapku sembari mengantarkan pak Teguh sampai di depan pintu rumahku.

Siang harinya, suamiku pulang ke rumah, setiap jam 12 Siang suamiku memang rutin pulang ke rumah untuk sekedar makan dan Shalat Dhuhur.

Saat makan siang di dapur, aku mengobrol dengan suamiku, aku menceritakan kepada suamiku kalau tadi ada Bank menagih cicilan motor.

"Mas, tadi ada Bank nagih cicilan motor," ucapku menatap ke arah suamiku yang sedang menyantap makan siang.

"Apa katanya Dik?" tanya suamiku.

"Di suruh bayar bulan ini Mas," Jawabku dengan lirih.

"Iya mudah-mudahan ada rejeki Dik," ucap suamiku dengan tenang.

"Iya Mas," ucapku singkat.

Setalah makan siang dan beribadah Shalat Dhuhur, suamiku kembali berangkat kerja.

"Dik, aku berangkat ya," ujar suamiku sembari memasang jaket dan helmnya.

"Iya hati-hati Mas," ucapku kemudian aku mencium tangan suamiku dengan lembut.

Setelah suamiku berangkat aku membuat status di WA ku.

"Setiap kesulitan pasti ada kemudahan, mudah-mudahan di beri jalan, Amin"

Sampai pada akhirnya pak Teguh membalas Status WA ku....

Pak Teguh : Kesulitan apa Bu, bisa saya bantu?

Aku kaget kenapa pak teguh chat aku seperti itu.

Aku pun membalas Chat WA nya pak Teguh...

Aku : Masalah bayar kredit motor Pak.

Pak Teguh : Oh masalah itu tidak usah di pikirkan Bu.

Aku : Tidak mau di pikirkan bagaimana kalau bulan ini harus bayar Pak.

Pak Teguh : Saya yang bantu Bu.

Aku : Serius Pak?

Pak teguh : Iya, Besok saya ke rumah Bu Restu ada yang harus saya bicarakan.

Aku : Iya Pak.

Itulah isi Chat WA ku dengan pak Teguh, aku langsung hapus Chat WA dari pak Teguh untuk menjaga perasaan suamiku.

Keesokan harinya sekitar jam 10.00 Pagi, terdengar ketukan pintu rumahku....

Tok....Tok....Tok.

Aku pun bergegas membuka pintu....

"Pak Teguh, silahkan masuk Pak," ujar ku menyuruh pak Teguh masuk.

"Iya Bu," ucap pak Teguh sembari masuk ke dalam rumahku.

"Saya buatkan Teh dulu ya Pak," ucapku kepada pak Teguh.

"Sudah tidak usah repot-repot Bu," ujarnya sembari melihat ke arahku.

"Tidak repot kok Pak," jawabku singkat.

Kemudian aku ke dapur untuk membuat Teh untuk pak Teguh, 10 menit kemudian setelah aku membuat Teh.

Aku pun menghidangkannya kepada pak Teguh di ruang tamu...

"Bagaimana Pak, masalah cicilannya?" ucapku sembari aku duduk di samping pak Teguh.

"Oh, Iya saya yang bantu ya Bu, saya yang akan tutupi cicilannya," ujar pak Teguh sembari melihat ke arahku.

"Beneran Pak?" tanyaku sedikit kaget.

"Iya Bu," kata pak Teguh dengan yakin.

"Aduh, terima kasih banyak ya Pak, Kalau ada rejeki saya ganti Pak," ucapku dengan senang.

"Tidak usah di ganti tidak apa-apa kok Bu," kata pak Teguh sembari tersenyum kepadaku.

"Tapi Bu Restu jangan cerita sama siapa-siapa ya termasuk suami Bu Restu," ujar pak Teguh dengan tatapan yang tajam ke arah ku.

"Oh iya Pak," ucapku menundukkan kepalaku.

Dalam hati aku bertanya-tanya kenapa pak Teguh begitu baik, dengan keberanian ku dan rasa penasaranku, aku memberanikan diri bertanya kepada pak Teguh.

"Maaf ya Pak, kenapa Bapak mau membantu saya?" tanyaku penasaran.

Pak Teguh terdiam sejenak kemudian menghela nafas panjang....

"Maaf ya Bu, kalau saya sedikit lancang, saya sebenarnya ada rasa sama Bu Restu," kata pak Teguh sambil menatap ke arahku.

"Rasa apa ya Pak?" tanyaku sambil tersenyum.

"Rasa sayang dan cinta Bu," jawab pak Teguh dengan tegas.

"Aduh Bapak, baru satu kali ketemu sudah sayang dan cinta," ucapku tersipu malu.

"Sejak pertama lihat Bu Restu saya langsung cinta," ujar pak Teguh dengan suara yang tegas.

"Tolong rahasiakan ini ya Bu," ujar pak Teguh menyuruhku untuk merahasiakannya.

Setelah pak Teguh mengatakan itu, hatiku berdebar tidak karuan, karena ini yang pertama bagiku, seorang pria mengatakan cinta kepadaku setelah aku menikah.

"Iya Pak, akan saya rahasiakan," jawabku singkat.

"Kedatangan saya kesini hanya ingin mengatakan itu, syukur-syukur Bu Restu membalas cinta saya," ujar pak Teguh sembari menatapku.

Aku hanya bisa tersenyum mendengar hal itu...

"Ya sudah saya pamit pulang dulu Bu," ucap pak Teguh.

"Oh iya, diminum dulu Teh nya Pak." ujar ku.

"Iya Bu," ucapnya seraya meminum teh yang ada di atas meja.

"Terima kasih Bu Restu," kata pak Teguh sembari beranjak dari tempat duduknya.

"Sama-sama Pak." ucapku.

Setelah pak Teguh pulang, aku merebahkan tubuh ku di atas ranjang, aku melamun menatap langit-langit kamar, hati kecilku sebenarnya juga suka dengan pak Teguh, karena dia begitu dewasa, bertanggung jawab, dan sopan dan aku tidak menceritakan kejadian ini kepada suamiku.

Semakin lama pak Teguh semakin sering Chat WA denganku. Di pagi hari sekitar pukul 08.00 Pagi, pak Teguh menyadari kalau suamiku tidak ada di rumah.

Pak Teguh chat Aku....

Pak Teguh : Bu Restu.

Aku : Ya Pak.

Pak Teguh : Lagi apa?

Aku : Selesai masak Pak.

Pak Teguh : Wah pasti enak masakannya.

Aku : Biasa aja Pak.

Pak Teguh : Boleh dong saya coba masakannya.

Aku : Boleh Pak, ke rumah saja.

Pak Teguh : Beneran nih?

Aku : Iya.

Tak berselang lama setelah Chat WA, terdengar ketukan pintu rumahku....

Tok....Tok....Tok.

Aku pun bergegas membuka pintu....

"Kok cepat datangnya Pak?" tanyaku sembari aku dan pak Teguh masuk ke dalam rumah.

"Kebetulan saya nagih dekat sini Bu, mana Bu masakannya?" tanya pak Teguh dengan antusias.

"Oh iya duduk Pak, saya ambilkan dulu ya," ujar ku seraya aku pergi ke dapur untuk mengambil masakan ku.

Setelah itu aku kembali ke ruang tamu dan menghidangkannya untuk pak Teguh.

"Ini Pak, silahkan," ucapku menyodorkan masakan ku kepada pak Teguh.

"Wah, soto ayam ya, maaf merepotkan ya Bu," kata pak Teguh.

"Tidak apa-apa Pak," ucapku sembari aku duduk di dekat pak Teguh.

"Enak sekali Bu," kata pak Teguh menyantap masakan ku.

"Masa sih Pak," ucap sedikit tidak percaya.

"Iya Bu, kalau di jual pasti laris ini," ujar pak Teguh sambil menyantap masakan ku dengan lahap.

Setelah selesai makan, kami pun mengobrol di ruang tamu, ada sedikit kekhawatiran di hatiku, aku takut suamiku datang atau di lihat tetanggaku.

Hampir satu jam aku dan pak Teguh mengobrol di ruang tamu, sejak saat itulah aku tahu bahwa pak Teguh mempunya istri dan anak, aku sempat ingin menjauhi dirinya tapi hati ini tidak dapat di bohongi bahwa aku mulai suka dengan pak Teguh.

Setelah lama kami mengobrol akhirnya pak Teguh pamit pulang....

"Sudah Siang saya pamit pulang dulu Bu," ujar pak Teguh sembari beranjak dari tempat duduknya.

"Iya Pak," ucapku singkat.

"Jangan panggil Pak, panggil Mas aja," ujar pak Teguh sembari tersenyum kepadaku.

"Iya Mas, hati-hati di jalan ya," ujar ku sembari mengantar mas Teguh ke depan rumah ku.

Benih-benih cinta mulai tumbuh di antara aku dan mas Teguh, aku semakin sering chat WA dengan mas Teguh, kami pun juga sering melakukan video call saat suamiku tidak ada di rumah.

Hati dan perasaanku benar-benar tidak karuan, aku sungguh berdosa terhadap suamiku, di sisi lain aku menikmati perselingkuhan ini, karena ini yang pertama bagiku, sejak aku menikah dengan suamiku.

Semakin lama hubunganku dengan mas Teguh semakin intens, mas Teguh juga sering datang ke kontrakan ku.

Sempat tetanggaku bertanya kepadaku tentang sosok mas Teguh yang sering datang menyambangi ku, tapi aku menjawab kepada mereka bahwa mas Teguh adalah penagih hutang.

Setelah aku menjawab seperti itu tidak ada lagi pertanyaan lagi dari tetanggaku, karena mereka tahu kalau mas Teguh adalah penagih hutang.

Sampai pada akhirnya peristiwa memalukan terjadi dalam hidupku, kejadian yang membuat hidupku berubah drastis.

Pagi itu sekitar pukul 09.00. Terdengar ketukan pintu rumahku....

Tok....Tok....Tok.

Aku pun segera membuka pintu....

"Tumben Pagi sekali Mas?" tanyaku sembari membuka pintu.

"Iya aku kangen," kata mas Teguh.

"Masuk Mas." Aku mempersilahkan mas Teguh masuk.

"Iya Dik," ucap mas Teguh.

Kami pun duduk di ruang tamu, setelah beberapa lama kami mengobrol kemudian mas Teguh berpindah duduk di sampingku, aku diam saja saat itu.

"Mas, mau cium kamu, boleh ya?" tanya mas Teguh menatapku dengan mesra.

Mendengar mas Teguh mengatakan itu aku terdiam.

"Sopan sekali orang ini mau cium saja minta ijin." Gumam ku dalam hati.

"Kok diam Dik, boleh ya?" tanya nya lagi.

Tanpa aku sadari tiba-tiba mas Teguh sudah mencium pipiku, aku kaget dan terdiam beberapa saat, aku tidak percaya apa yang aku lakukan ini, aku sudah mengkhianati suamiku, karena aku terbawa suasana pada saat itu.

Akhirnya aku dan mas Teguh melakukannya di ruang tamu...

Nasi sudah menjadi bubur, menyesal pun percuma karena sudah terjadi, aku hanya bisa pasrah apa yang di lakukan mas Teguh kepadaku pada saat itu.

Sampai akhirnya kami duduk tanpa ada sepatah katapun.

"Maafkan aku Dik," kata mas Teguh sembari menatapku.

Aku hanya bisa diam, aku tidak percaya apa yang aku lakukan dengan mas Teguh, aku takut jika suamiku tahu tentang hal ini.

BERSAMBUNG KE EPISODE 2

Terpopuler

Comments

Dewi Dewi

Dewi Dewi

mau baca dulu aja ya thor tapi udh sy kssih jempol satu diatas

2022-02-28

0

Triee Wulandari

Triee Wulandari

dari panggilan Pak & Bu skrng jadi mas & dik. 😀

2021-11-17

0

artka keylango

artka keylango

mampir dilapakku juga ya judul ceritanya Kindaru ratenya dewasa ini cerita pertamaku yang enggak diblok... hehe ... entah karena apa, namun sepertinya dilapak ini para pembacanya cukup dewasa dengan menghargai karya orang lain bahkan komennya ndak menghujat authornya ...
buat Authornya semangat terus makasih ...

2020-12-31

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!