Semenjak kejadian yang aku lakukan di ruang tamu bersama mas Teguh, aku jadi merasa berdosa kepada Tuhan juga kepada suamiku, jujur saja aku melakukannya bukan karena hutangku tapi karena aku memang suka dengan mas Teguh.
Cinta memanglah sulit untuk dipahami, karena cinta manusia dapat melakukan semuanya, begitu juga denganku, aku semakin dalam terperosok ke dalam perselingkuhan dengan mas Teguh.
Karena perselingkuhan ini adalah yang pertama untukku semenjak aku menikah, aku mendapatkan kenyamanan emosional yang tidak didapatkan bersama suamiku, aku mendapatkan perhatian yang lebih dari mas Teguh.
Aku juga suka mas Teguh karena obrolan kita yang nyambung, aku tidak sadar bahwa aku telah bermain api.
Dari seringnya kami bertukar pikiran, dan terkadang di situ ada saat saling curhat diantara kami, aku semakin merasa nyaman.
Sedikit demi sedikit tanpa aku sadari aku merasa mendapat sandaran baru, sebuah sandaran yang bisa memberikan rasa tenang dan bisa menerima aku, sementara itu sandaran lamaku aku rasakan mulai usang dan menjadi hambar.
Memang kecanggihan teknologi semakin mempermudah setan menggoda manusia, dengan fasilitas WA kami pun sering mulai berkomunikasi.
Setiap Minggu sekali mas Teguh selalu menyempatkan waktu datang ke kontrakan ku untuk sekedar melepas rindu, setiap datang ke rumahku mas Teguh juga memberiku uang belanja.
Suatu pagi sekitar pukul 06.30, aku sarapan dengan suamiku.
"Dik, Bank Motor tidak datang lagi?" tanya suamiku.
"Nggak ada mas," jawabku singkat.
"Kata Bu Susi sering datang kesini Dik," tanya suamiku sembari melihatku yang duduk di sampingnya.
Seketika aku kaget, ternyata selama ini Bu Susi sering memperhatikan aku.
Ibu Susi (26) adalah tetanggaku, dia seorang janda kembang yang terkenal dengan sering membicarakan orang dan suka sekali bergosip.
"Iya mas setiap Senin datang," jawabku dengan tenang agar suamiku tidak curiga.
"Katanya tadi nggak ada," kata suamiku sembari melihat ke arahku.
"Iya tidak sering, seperti kata Bu Susi Mas," jawabku sedikit gugup.
"Terus bagaimana kata Bank nya Dik?" tanya suamiku dengan suara datar.
"Di suruh bayar Mas, kalau nggak bayar dia terus kesini katanya Mas, karena memang tugas dari kantornya," ujar ku.
Suamiku terdiam saat aku berkata seperti itu.
"Oh iya Dik," ucap suamiku singkat.
Selesai sarapan sekitar pukul 07.00 Pagi.
"Aku berangkat ya Dik," ucap suamiku sembari menyodorkan tangannya.
"Iya hati-hati Mas," ucapku sembari mencium tangan suamiku dengan mesra.
Tak berselang lama sekitar satu Jam setelah suamiku berangkat.
Terdengar ketukan pintu rumahku....
Tok....Tok....Tok.
Pada saat itu aku lagi mencuci baju di kamar mandi.
Tok.. .Tok....Tok.
"Iya tunggu sebentar," ucapku sembari bergegas membuka pintu.
Aku pun membuka pintu....
"Mas Teguh, masuk Mas," ujar ku menyuruh mas Teguh masuk.
"Lagi apa Dik?" tanya mas Teguh sembari masuk ke dalam rumahku.
"Lagi nyuci Mas," jawabku kemudian menutup pintu rumahku.
"Duduk dulu Mas, aku nyuci dulu ya, tinggal sedikit Mas," ucapku kepada mas Teguh yang duduk di hadapanku.
"Iya Dik." ucapnya
Setelah itu aku menuju ke kamar mandi, saat aku ke kamar mandi mas Teguh mengikuti ku dari belakang.
"Mas mau apa?" tanyaku menoleh ke mas Teguh.
"Mau bantuin kamu nyuci," jawab mas Teguh sembari tersenyum.
"Nggak usah Mas," ucapku dengan tegas.
Tanpa berkata-kata tiba-tiba mas Teguh memelukku dari belakang.
Sampai pada akhirnya aku melakukannya di kamar mandi bersama mas Teguh.
Hampir satu jam aku dan mas Teguh di dalam kamar mandi.
Di dalam kamar mandi aku mengobrol dengan mas Teguh...
"Mas jangan sering-sering kesini, tetangga sudah pada ngomongin kamu mas," ucapku menatap wajah mas Teguh yang penuh dengan keringat.
"Iya kah Dik?" tanya mas Teguh sembari merapikan pakaiannya.
"Iya Mas," ucapku dengan tegas.
"Apa kamu sudah bilang kalau aku penagih hutang sayang?" tanya mas Teguh sembari memegang pipiku dengan mesra.
"Sudah, tapi jangan sering-sering Mas," ucapku singkat.
"Iya Dik aku ngerti." ucapnya.
"Ya sudah, sana Mas tunggu di ruang tamu, aku selesaikan nyuci dulu sebentar." Aku menyuruh mas Teguh keluar dari kamar mandi.
Lalu mas Teguh keluar dari kamar mandi dan segera ke ruang tamu, aku pun kembali meneruskan mencuci baju.
Kurang lebih 15 menit aku mencuci, selesai mencuci aku bergegas ke ruang tamu untuk menemui mas Teguh.
Di ruang tamu....
"Mas bagaimana masalah kreditnya kalau suamiku tanya?" tanyaku sambil menatap wajah mas Teguh.
"Kamu bilang saja tidak usah di bayar tapi namanya di Blacklist dari Bank," Jawab mas Teguh dengan tegas.
"Terus bagaimana kalau nama suamiku di blacklist Mas? aku sama suami tidak bisa ambil kredit lagi?" tanya ku penasaran.
"Kamu bilang saja seperti itu, masalah kreditnya aku yang lunasi," ucap mas Teguh.
"Begitu ya Mas, terima kasih ya Mas," ucap ku sembari tersenyum ke arah mas Teguh.
"Iya Dik." ucapnya.
"Mas juga jangan sering chat aku kalau malam ya, takut suamiku yang pegang HP nya," pintaku kepada mas Teguh.
"Iya sayang, ya sudah aku pulang dulu ya, tidak enak sama tetangga kalau lama-lama," kata mas Teguh sambil beranjak dari duduknya.
"Iya Mas." ucapku.
Sebelum beranjak pergi, mas Teguh masih menyempatkan mencium keningku, hatiku berbunga-bunga saat itu, inikah yang di namakan cinta terlarang.
Benar kata orang selingkuh itu indah, sensasinya amat menggetarkan, nikmatnya mendebarkan, tantangannya memacu adrenalin, dan rasanya menggoda, pokoknya melebihi hubungan sah dalam pernikahan.
Selingkuh menjadi hal indah ditengah rutinitas membosankan setelah bertahun-tahun mengarungi bahtera perkawinan dengan suamiku.
Aku tidak tahu sampai kapan hubungan dengan mas Teguh akan bertahan, karena saat ini aku masih menikmatinya.
Sampai suatu malam suamiku meminta jatah kepadaku, aku melakukannya dengan suamiku pada malam itu, anehnya saat aku melakukan dengan suamiku, di pikiranku, aku melakukannya dengan mas Teguh, sungguh pikiranku sudah di mabuk oleh benih-benih cinta terlarang.
Keesokan paginya saat suamiku akan berangkat kerja, dia bertanya lagi kepadaku perihal masalah kredit motor...
"Dik, Bank nya nggak datang lagi?" tanya suamiku sembari menatapku.
Mendengar suamiku bertanya seperti itu, aku jadi teringat perkataan mas Teguh.
"Iya kemaren datang, katanya kalau bulan depan belum bayar nama kamu di Blacklist Mas," jawabku dengan tegas.
"Tapi nggak narik motornya Dik?" tanya suamiku lagi.
"Nggak hanya di Blacklist Mas," jawabku dengan wajah menunduk.
"Oh ya sudah kalau hanya di Blacklist, lagian kita nggak mau ambil kredit lagi," ujar suamiku dengan tenang.
"Jadi nggak mau di bayar Mas?" tanyaku.
"Ya nggak usah Dik, kerjaan aku juga sepi ini," jawab suamiku.
"Ya sudah terserah Mas saja," ucapku.
Setelah suamiku berangkat kerja, sekitar pukul 08.30 Pagi. Mas Teguh meneleponku....
Mas Teguh : Halo sayang.
Aku : Iya Mas.
Mas Teguh : Sudah berangkat suamimu?
Aku : Sudah Mas.
Mas Teguh : Aku ke sana ya?
Aku : Iya mas.
Kemudian mas Teguh menutup teleponnya.
Tak berselang lama terdengar ketukan pintu rumahku....
Tok....Tok....Tok.
Aku yang sudah menunggu di ruang tamu, beranjak dari tempat duduk ku untuk membukakan pintu.
"Masuk Mas," ucapku sembari menyuruh mas Teguh masuk.
"Aman ya Dik," tanya mas Teguh kepadaku.
"Aman Mas," jawabku singkat.
Tidak menunggu waktu lama, mas Teguh langsung menarik ku ke kamar.
"Duh mas, buru-buru banget," ucapku.
"Kejar setoran Dik, sudah kangen banget," ujar mas Teguh sembari membawaku ke kamar.
Akhirnya aku pun melakukannya di kamarku.
Sebenarnya aku diliputi rasa takut yang berlebihan saat melakukannya, takut jika suamiku tiba-tiba datang.
Hampir satu jam aku dan mas Teguh di dalam kamar,
setelah itu mas Teguh meminta ijin ke kamar mandi.
"Sayang aku ke kamar mandi dulu ya," ucap mas Teguh sembari menatap wajahku dengan mesra.
"Iya Mas." ucapku.
kemudian dia beranjak dari ranjang untuk ke kamar mandi, aku masih berbaring di tempat tidur sambil merenung, ada penyesalan di dalam hatiku, penyesalan yang amat dalam karena aku sudah berkhianat dari suamiku.
Setelah dari kamar mandi mas Teguh menghampiriku yang sedang berbaring di kamar...
"Sayang ayo bangun," ujar mas Teguh menyuruhku bangun dari tempat tidur.
"Iya Mas," ucapku sembari merapikan pakaianku.
Lalu aku beranjak dari tempat tidurku dan duduk di ruang tamu bersama mas Teguh...
"Kamu kenapa sayang, seperti ada yang di pikirkan?" tanya mas Teguh melihat ke arahku.
"Aku baik-baik saja kok Mas," jawabku singkat.
"Beneran?" tanya mas Teguh memastikan.
"Iya Mas." ucapku.
"Ya sudah, aku pamit pulang dulu ya sayang," ujar mas Teguh sembari beranjak dari tempat duduknya.
"Iya Mas." ucapku.
Setelah mas Teguh pulang....
Aku masih duduk di ruang tamu termenung memikirkan perselingkuhan ini, aku menyadari bahwa perselingkuhan ini adalah sebuah kesalahan, aku merasakan tidak nyaman dalam hatiku, aku merasa bersalah pada suamiku.
BERSAMBUNG KE EPISODE 3
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Dewi Dewi
menang banyak mas Teguh he..
...
2022-02-28
0
Nur Adam
cerita ga adegan mesra ny thoor,,,ky cerita di kisah nyata di tv,,,ck ck
2021-09-22
0
Nur Chayati
selingkuhnya ngga ada adegan yg hot
2021-09-09
0