Peppermint Kiss
24 Desember 2013
Pagi ini salju masih turun, meskipun tidak deras namun sanggup membuat tubuh yang tidak mengenakan pakaian tebal akan menggigil. Malam natal akan segera tiba, dan laki-laki yang sedang duduk di tengah keramaian stasiun itu sama sekali tidak menyukai natal tahun ini.
Laki-laki itu tidak sedang menunggu seseorang, melainkan menunggu waktu berjalan sangat lamban. Jelas tergambar di wajahnya yang tertunduk menatap kosong lantai stasiun. Entah mengapa?
"Hei, Shin Hyeok-ah, apakah itu kau?" seruan yang menyeruak diantara hiruk pikuk stasiun di sekelilingnya itu berhasil membuat wajahnya terangkat. Sepasang mata hitam pekatnya itu menangkap seorang laki-laki separuh baya sedang berdiri beberapa meter darinya. Laki-laki itu berpakaian formal, menandakan kalau ia akan pergi bekerja dengan kereta.
"Ternyata memang kau." Serunya dengan senyum lebar kemudian berjalan mendekat. "Lama sekali tidak berjumpa. Bagaimana kabarmu sekarang?" pertanyaan itu berhasil membuat laki-laki berwajah muram itu tersenyum simpul.
"Seperti kelihatannya, aku baik Paman Han," jawabnya seraya mengangkat kedua bahunya. "Bagaimana dengan Bibi Han?" tanyanya berbasa-basi. Setidaknya hal ini bisa membuatnya sedikit melupakan apa yang akan ia temukan setelah ini.
"Dia baik," Paman Han adalah tetangga ayahnya—yang sewaktu ia kecil sering menemaninya bermain. Waktu itu Paman Han baru beberapa tahun menikah dan bayi perempuannya yang mungil sudah dianggapnya sebagai adik perempuannya sendiri. Paman Han bahkan berlaku melebihi ayah kandungnya ketimbang ayahnya sendiri.
"Lalu Ha-Ni?" tentu Shin Hyeok tidak melupakan adik perempuannya itu.
"Dia akan lulus kuliah tahun ini. Tidak terasa ya, waktu cepat sekali berjalan. Kautahu, dia terkadang menanyakanmu dan begitu merindukan masa kecil kalian. Kubilang saja kauterlalu sibuk dengan pekerjaanmu. Dia pasti akan senang melihatmu pulang natal kali ini."
Shin Hyeok hanya menarik ujung-ujung bibirnya. Menatap paman Han membuatnya rindu yang selama ini selalu ia abaikan meluap. Sejak lulus sekolah dan memilih kuliah jauh dari rumah, Kim Shin Hyeok tidak pernah mengagendakan pulang pada setiap liburannya.
Pulang ke rumah bukanlah hal yang menyenangkan untuknya. Banyak anak yang akan bersuka cita ketika kembali saat libur natal telah tiba, tapi untuknya adalah pengecualian. Baginya keluarga bukanlah sesuatu yang penting. Dan kalaupun ia terpaksa harus pulang, itu bukan karena keluarga. Melainkan ia ingin mengambil sesuatu yang tertinggal, setelah itu ia tidak punya banyak waktu untuk sekadar melepas rindu dengan orang yang ada di rumah, karena ia tidak pernah punya rindu untuk mereka.
"Shin Hyeok, Appa mohon. Pulanglah untuk kali ini saja. Appa ingin memperkenalkanmu dengan seseorang." Permintaan ayahnya itu terus terngiang di kepala Kim Shin Hyeok ketika sampai di halaman rumah berlantai dua. "Dia putri ibumu."
Tiba-tiba saja Shin Hyeok menyesal ketika mengingat ayahnya menghapalkan 'ibumu' di telinganya. Sungguh ia tidak suka sebutan itu, karena perempuan yang disebut 'ibumu' oleh ayahnya, bukanlah ibu yang melahirkan. Wanita itu hanya istri kedua ayahnya dan sampai kini Shin Hyeok tidak pernah menganggapnya sebagai pengganti ibunya.
Entah bagaimana ayahnya berhasil membujuknya untuk sampai lagi ke bangunan yang disebut rumah oleh ayahnya ini.
"Welcome hell!" gumamnya seraya melangkahkan kakinya masuk. Ke dalam rumah yang berbulan-bulan tidak pernah ia singgahi.
"Shin Hyeok, kaukah itu?" suara lembut namun tegas itu memenuhi telinganya. Setelah sekian tahun, pagi ini ia bisa mendengarkan suara ayahnya secara langsung. Tidak banyak perubahan dalam diri ayahnya, kecuali wajahnya yang mulai keriput.
Ayahnya tetap terlihat tampan dengan rambut hitam mengkilap. Tubuhnya yang jangkung, masih bisa berdiri tegak. Ini pertama kalinya Shin Hyeok menatap ayahnya sebegitu lama setelah hampir sepuluh tahun berlalu.
"Aku yakin kaupasti akan pulang." Laki-laki separuh baya itu langsung memeluknya sedangkan ia hanya terpaku. Sejujurnya ia juga punya rindu yang ingin ia sampaikan pada laki-laki itu namun kebenciannya pada laki-laki itu menutup segala rindunya.
Hanya dengan menatap kedua mata ayahnya saja, ia bisa kembali mengenang kebahagiaan sewaktu kecil ketika ibunya masih hidup. Namun semuanya sirna ketika Shin Hyeok melihat seorang perempuan paruh baya berdiri di samping ayahnya dengan senyum yang membuatnya ingin muntah.
"Natal tahun ini akan terasa membahagiakan." Kata perempuan itu dengan senyum sumringah. Senyum yang terlihat tulus, tapi Shin Hyeok tidak pernah menyukai senyum itu, juga perempuan itu.
Shin Hyeok melepaskan diri dari pelukan ayahnya dan berpamitan untuk ke kamarnya. Ia mengeluh kecapaian dan mengatakan baru akan keluar kamar ketika makan siang.
"Anyeonghaseyo, Oppa..."
Suara lembut yang begitu asing baginya itu berhasil menghentikan langkahnya. Shin Hyeok tahu siapa yang sedang menyapanya itu. Ia bisa menebak kalau orang itulah yang membuat ayahnya memaksa pulang. Dan jika saja tidak ada panggilan Oppa yang begitu mengganggu pendengarannya, barangkali Shin Hyeok sudah melanjutkan langkahnya.
"Jangan panggil aku Oppa! Aku tidak suka ada yang memanggilku Oppa di sini kecuali Ha-Ni." Katanya menegaskan.
"Kenapa Oppa? Aku ini anak istri ayahmu, berarti aku adalah adikmu bukan?" ucapan itu terdengar memuakkan bagi Shin Hyeok.
"Kumohon berhentilah memanggilku Oppa karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah menganggap ibumu sebagai ibuku. Aku bukan—" Sepasang mata hitam Shin Hyeok membola ketika mendapati seorang gadis berambut panjang tengah tersenyum ramah padanya.
Bukan senyum yang menampakkan kecantikan itu yang membuat Shin Hyeok terbelalak tak percaya. Kali ini, ketakjuban Shin Hyeok bukan untuk paras cantik gadis itu. Ada hal lain yang membuat Shin Hyeok ingin menanyakan banyak hal pada gadis itu. Banyak sekali.
"Kau?" Shin Hyeok
Gadis bermata hitam kecokelatan itu semakin melebarkan senyumnya. Oppa..."Ia sudah meramalkan reaksi Shin Hyeok saat ini. Ia juga sangat yakin kalau tidak akan sulit bagi Shin Hyeok untuk mengenalinya. Meski ini adalah pertemuan pertama mereka...lagi.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Dharma
Rekomendasi Novel yang sangat bagus untukmu, Medley Asmara (Classic Roman)
2021-01-20
0
❤️YennyAzzahra🍒
Haiii kak.. Mantan Terindah hadir ya
2020-11-13
0
Andriani Salsabila
saran ny sih kk pokus ke satu cerita dlu aja😁
2020-11-06
0