Chapter 4

Seung Ho terbangun dari tidur (tak) nyenyaknya ketika hidungnya mencium aroma sedap yang entah dari mana asalnya. Seingat Seung Ho tidak ada restauran yang cepat saji atau pedagang pinggir jalan yang berjualan di dekat rumahnya. Mana mungkin ada aroma seperti... seperti aroma Ramyoen—mie instan khas korea—yang begitu menggodanya.

"Apa gadis itu yang membuat Ramyoen tengah malam begini?" Seung Ho menyibakkan selimutnya lalu beranjak dari tempat tidurnya. Ia ingin memastikan bahwa benar gadis itulah yang membuat tidurnya semakin tak nyenyak.

Perlahan bahkan terlihat mengendap-endap, Seung Ho melangkah ke dapur. Dari pangkal tangga saja ia bisa melihat seseorang telah membuat kesibukan di dapurnya. Gadis itu sedang asyik mengaduk-aduk panci alumunium.

Seung berdeham sehingga Eun So refleks menoleh ke belakang. "Eh, kauterbangun?" tanyanya seraya kembali memusatkan pandangannya pada pancinya.

"Ya..." katanya acuh tak acuh. Langkahnya kemudian mendekati Eun So namun ia beralih ke lain tempat untuk mengambil gelas dan menuangkan minum dari teko lalu meneguknya.

"Nona Jung, apa kautidak takut berat badanmu naik jika makan selarut ini?" ledek Seung Ho yang sebenarnya sangat ingin memakan ramyoen buatan gadis itu. Mencium aromanya saja bisa membuat perutnya yang tidak terbiasa makan selarut ini menjadi lapar.

"Tidak apa-apa juga sih kalau berat badanku naik. Kurasa aku kurus sekali." katanya seolah menambah berat badan bukanlah hal yang mengerikan seperti yang sering diresahkan kebanyakan gadis.

"Begitu...?" tanyanya dengan alis terangkat sebelah.

"Eih, Seung Ho-ssi, apa kau mau bergabung? Apa kausuka Ramyoen? Atau kauingin makan yang lain? Ayo katakan, kauingin makan apa?" tanya Eun So bertubi-tubi.

"Aniya—tidak. Aku tidak ingin makan yang lain. Aku pikir ramyoen juga enak." jawab Seung Ho sedikit terbata-bata.

"Baiklah... Sebentar lagi makanan akan selesai. Kautunggu saja dimeja. Bagaimana?"

Tanpa aba-aba lagi Seung Ho pun beralih ke meja makan dan menunggu Eun So menyajikan hasil masakannya. Entah bagaimana rasanya, apakah sesuai dengan aromanya yang menggoda atau malah sebaliknya?

We'll see...!

Tidak sampai lima menit, gadis itu sudah membawa panci ramyoen dan meletakkannya di tengah meja berbentuk bundar tersebut.

"Biar aku saja yang mengambil mangkuknya." Seung Ho pun beralih untuk mengambil mangkuk makan beserta sumpit untuk memakan ramyoen.

"Baiklaaahhh..." Eun So duduk di depan tempat duduk Seung Ho.

Tak lama Seung Ho sudah kembali dengan membawa dua mangkuk dan dua pasang sumpit.

"Selagi masih hangat, ayo makan ...!" kata Eun So lagi memberi aba-aba pada Eun So agar tidak malu-malu menyumpit makanan yang ada di hadapan mereka.

Seung Ho menganggukkan kepalanya lalu melakukan apa yang dipersilakan Eun So kepadanya. Demi memuaskan nafsu makannya ia akan menahan segala gengsinya.

"Masitta...!" seru Eun So seusai mereka berdoa bersama sebelum makan.

"Masitta...!" Sambur Seung Ho diiringi senyum simpul.

Keduanya langsung menyantap isi mangkuknya masing-masing dengan khidmat. Tak ada yang berbicara selagi mulut mereka mengunyah. Tapi tiba-tiba ada yang mengganggu pikiran Eun So sehingga ia segera menelan makanannya dan membuka suara pada Seung Ho.

"Seung Ho—ssi, kaubilang kautinggal bersama temanmu. Ke mana dia? Kulihat kamarnya kosong." Eun So mengaduk isi mangkuknya lalu memasukkan sesumpit mi ke dalam mulutnya selagi menunggu jawaban dari Seung Ho.

"Sedang liburan di Jeju. Besok atau lusa mungkin ia akan kembali. Entahlah! Anak itu kalau sudah bersenang-senang dengan kekasihnya tidak tahu akan pulang kapan."

Eun So mengangguk-angguk saja berusaha memahami tabiat sosok lain di dalam rumah ini.

"Kuharap kauberhati-hati jika bertemu dengannya nanti." kata Seung Ho memperingatkan gadis di hadapannya.

"Kenapa? Apa dia suka makan orang?" Eun So menanyakan pertanyaan tersebut seolah yang mereka bicarakan adalah alien dari planet luar.

Mendengar dan melihat tampang innocent gadis itu Seung Ho tertawa lebar. "Yang benar saja..." tawanya pecah lagi.

Eun So mengigit sumpitnya, "Siapa tau saja temanmu itu sejenis alien yang datang ke bumi untuk menyamar."

Seung Ho menggeleng dan menahan tawanya. "Bisa jadi. Apa kaupernah menonton drama di stasiun TV tempatku bekerja? Mungkin Shin Hyeok memang semacam alien tampan yang dapat memikat hati seluruh gadis."

"Ah, akujarang menonton TV apalagi drama yang kau maksud." Eun So terlihat tidak tertarik lagi. "Oh, ya berapa yang harus aku keluarkan untuk kamar di atas?" sela Eun So yang langsung membuat otot-otot wajah Seung Ho mengetat.

"Kau kira rumah ini hotel?" kata Seung Ho dengan tatapan yang kurang senang. Mungkin ia sedikit tersinggung dengan ucapan Eun So barusan.

"Wae?" tanya Eun So lagi. "Aku tidak keberatan jika aku harus membayar seharga yang diberikan hotel."

Mendengar ucapan Eun So, Seung Ho berhenti mengunyah. Ia meletakkan sumpitnya dan memandang Eun So dengan tatapan sinis. Eun So pun sedikit risih melihat tatapan mata itu. Sepertinya Eun So baru menyadari bahwa barangkali ucapannya membuat Seung Ho tersinggung.

"Kalau begitu kenapa tidak tidur di hotel saja?"

Mata Eun So mengerjap. Ia tersentak begitu mendengar ucapan Seung Ho barusan.

"Ng ...!" Eun So kehilangan kata-kata. Tidak mungkin kan dia mengatakan yang sebenarnya kalau ia lebih suka tinggal di rumah ini ketimbang di hotel. "Aku tidak suka tinggal di hotel atau penginapan terkenal sekalipun di Seoul ini." katanya mengulangi alasan yang ia ucapkan tadi pagi pada laki-laki itu.

"Kautahu kan kalau aku tidak hanya tinggal sendiri di rumah ini. Jadi aku harus memutuskan segala sesuatu berdua bersama temanku. Aku juga belum memberitahunya kalau kaumenginap di sini, jadi kau tidak perlu membayar sepeser pun sebelum temanku pulang dari pulau jeju."

Eun So mengangguk-anggukan kepalanya. "Kapan dia akan pulang?" seolah lupa dengan ucapan Seung Ho mengenai 'kapan Shin Hyeok akan pulang' sebelumnya.

"Na molla!" Seung Ho menggelengkan kepalanya lalu kembali mengambil sumpitnya. Masih menimbang apakah ia harus meneruskan makannya yang tadi sempat tertunda.

"Mmm ... Bagaimana kalau aku saja yang membereskan rumahmu dan juga memasak selama temanmu pergi. Aku rasa itu impas, karena aku tidak enak tinggal di sini secara cuma-cuma." Usul Eun So antusias.

"Terserah kausaja." Kata Seung Ho tak acuh lalu melanjutkan apa yang sempat tertunda. Menenggak habis kuah ramyoen, setelahnya ia meninggalkan meja makan dan mengatakan sesuatu pada Eun So yang masih belum menghabiskan makananya.

"Nona Jung, terima kasih sudah membuatku kenyang malam ini. Kurasa kaubisa melaksanakan usulanmu itu sekarang." Seung Ho menyeringai jahil.

Eun So mengernyit bingung. "Apa? Maksudmu cuci piring?"

Seung Ho hanya mengangkat kedua bahunya sebelum ia benar-benar beralih dari dapur dan kembali ke kamarnya.

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!