Chapter 3

Sesampainya di lobby kantor Seung Ho langsung mendatangi resepsionis untuk menanyakan keberadaan rekan reporternya.

"Nona Kang, apa Tae Yang Hyung sudah berangkat ke lokasi liputan? Kulihat mobil yang sering digunakannya tidak ada di depan."

"Baru saja mereka berangkat ke rumah Dokter Jung. Kau terlambat beberapa menit rekan Park."

Seung Ho pun harus menelan kenyataan pahit ketika tahu bahwa Tae Yang Hyung sudah melesat ke lokasi liputan.

"Aish! Sial!" desahnya sangat kesal.

Seung Ho langsung teringat pada penyebab keterlambatannya sehingga Tae Yang Hyung yang selalu tepat waktu itu tidak menunggunya barang sebentar pun. Terutama gadis asing itu yang begitu bertele-tele dan membuang sebagian waktu yang seharusnya ia gunakan untuk berangkat ke kantor. Sudah terlanjur memang. Seung Ho tidak tahu apa yang akan dilontarkan Tae Yang Hyung padanya nanti selesai wawancara dokter Jung.

"Karena satu Jung, aku harus kehilangan Jung yang lain," desahnya semakin kesal.

Seung Ho langsung beralih dari meja lobby sementara tangan kananya mengambil ponsel di dalam sakunya. Seung Ho langsung menghubungi nama Tae Yang begitu mendapatkannya.

"Hyung, bukannya aku hanya terlambat beberapa menit? Mengapa kau tidak memberiku kesempatan? Barangkali menunggu untuk sepuluh menit saja. Tidak bisakah, Hyung?" Seung Ho tidak bisa menahan protesnya ketika Tae Yang mengangkat teleponnya.

"Memangnya kau tidak membaca pesan yang kukirimkan padamu tadi malam?" suara Tae Yang terdengar begitu tenang. Berbeda sekali dengan lawan bicaranya yang terdengar memburu.

"Pesan?" Seung Ho terdiam sesaat. Dari kemarin malam ia memang tidak mengecek ponselnya sampai hari ini ia baru membuka flip­-nya dan mengabaikan pesan yang masuk karena harus menghubungi Tae Yang.

"Sudah kuduga kautidak membacanya. Direktur Kim meminta kautidak menemaniku hari ini dan beberapa hari ke depan sampai Kim Shin Hyeok kembali dari menjenguk ayahnya yang sakit."

Seung Ho begitu terkejut menerima pesan tersebut. Yang membuatnya tak habis pikir lagi, kenapa Shin Hyeok mengambil cuti lalu berbohong dengan mengatakan ayahnya sakit?

Dasar anak durhaka! Ayah baik-baik saja dikatakan sakit.

"Rekan Park, apa kaumendengarku?"

Seung Ho terkesiap. "Hyung, apa Shin Hyeok sendiri yang memintanya?" di dalam kepalanya terurai beberapa dugaan yang intinya Shin Hyeok memintanya untuk menggantikakn posisinya.

"Ne—iya." sahut Tae Yang terdengar sangat yakin. "Direktur Kim yang memberitahukannya padaku."

"Itu artinya aku harus menggantikan Shin Hyeok sampai dia kembali lagi? Itu tiga hari lagi Hyung. Apa yang bisa kulakukan di sana?" Seung Ho terdengar sangat frustasi.

Secara tak kasat mata menggantikan pekerjaan Kim Shin Hyeok yang bekerja sebagai tim kreatif dalam sebuah acara talkshow sangatlah mudah. Tapi tidak untuk seorang Seung Shin Hyeok yang merasa dirinya tidak punya banyak ide-ide kreatif yang menonjol. Ia lebih suka diperintah ataupun membaca naskah dibanding harus berpikir inovatif.

"Kau tidak perlu berpikir rekan Park. Kauhanya membantu beberapa hal. Kurasa itu bukan hal yang sulit."

"Lalu bagaimana denganmu, Hyung?" Seung Ho tidak tahu bagaimana nasib rekannya itu tanpa asisten yang bisa mengoreksi naskah ataupun membubuhkan sedikit make-up padanya. Ini hanya semacam—bagaimanapun aku tidak ingin berada dalam acara membosankan itu.

"Tidak perlu khawatirkan aku. Wawancara dengan Dokter Jung bukan perkara yang merepotkan."

"Baiklah, Hyung."

Setelah menutup telepon, langkah Seung Ho menjadi tidak bersemangat menuju studio 3, tempat di mana acara talkshow terbaik di stasiun TVnya bekerja itu diselenggarakan.

Tidak bisa dipungkiri kalau housemate-nya itu memang kerap menjadikan keluarganya sebagai tameng untuk mengambil cuti kantor. Padahal ia tidak benar-benar pulang ke rumahnya. Si playboy itu bahkan belum tentu akan pulang setiap tahun seperti halnya ia selalu menyempatkan menjenguk keluarganya hampir setiap bulan. Shin Hyeok pasti akan memilih bersenang-senang dengan kekasih barunya atau pun kekasih simpanannya. Seung Ho tahu betul bagaimana kesalnya Shin Hyeok saat menyeritakan kelakuan ayahnya yang menikah lagi berselang setahun Ibunya meninggal. Hal itu terjadi ketika Shin Hyeok masih berumur 10 tahun. Meski sudah berlalu selama 15 tahun tahun Shin Hyeok masih saja membenci ayahnya yang dengan mudah melupakan ibunya dan bersenang-senang dengan perempuan lain. Itu sebabnya sejak berada di sekolah menengah atas, Shin Hyeok tidak pernah pulang lebih dari sekali dalam setahun.

"Ya Tuhan, untuk apa aku memikirkan kisah si playboy itu?" batin Seung Ho ketika pintu lift terbuka di lantai lima.

**

Hari sudah gelap ketika Seung Ho menjejakkan kaki ke teras rumahnya. Ia mengetuk beberapa kali lalu seorang gadis menyembulkan kepalanya dari belakang pintu.

"Ah, ternyata kau. Kupikir entah siapa?" ujarnya kikuk.

Seung Ho tidak merespon senyum simpul gadis di hadapannya. Setelah ia melepas sepatu dan mantelnya—kemudian menggantungkan di gantungan mantel di dekat pintu masuk—Seung Ho pun tetap tak mengacuhkan gadis itu.

Eun So lah yang berinisiatif untuk mengikuti langkah Seung Ho.

"Seung Ho-ssi, aku lama sekali menunggumu pulang. Kau belum menunjukkan kamarku, bagaimana aku bisa beristirahat?" celoteh gadis itu masih membuntuti Seung Ho yang mengambil sebotol soju dari almari dapur.

Setelah mendengar keluhan gadis itu Seung Ho menghentikan aktivitasnya. Ia memang melupakan hal itu. Karena terburu-buru Seung Ho sampai lupa memberitau di mana letak kamarnya. Entah di mana saja gadis itu berkeliaran selama tidak ada dirinya di rumah.

"Ayo ikut aku!" perintah Seung Ho seraya beralih menuju lantai atas.

"Daritadi aku sudah mengikutimu, kautahu?" gerutu Eun So yang langsung disambut dengan pelirikan Seung Ho.

Eun So mengambil ransel kecilnya yang ia tinggalkan di sofa, tempatnya beristirahat selama menunggu Seung Ho pulang lalu dengan cepat ia mengikuti Seung Ho yang berjalan cepat menuju lantai atas.

Seung Ho menunjukkan pada Eun So salah satu kamar yang ada di lantai dua. Di sana hanya terdapat dua kamar, yang satunya kamar Seung Ho, dan yang satunya lagi belum berpenghuni. Sementara Shin Hyeok menempati satu-satunya kamar di lantai bawah. Alasan Shin Hyeok meminta kamar di lantai bawah karena ia tidak ingin repot-repot naik turun tangga ketika hal buruk terjadi.

"Kamar ini benar-benar kosong, kan?" tanya Eun So memastikan kalau Seung Ho tidak memberikan kamar yang salah.

"Tentu saja. Kamar ini kosong tapi sering kubersihkan. Berjaga-jaga kalau ada tamu tak diundang yang datang. Biasanya hanya Shin Hyeok yang sering membawa tamu ke rumah." jawab Seung Ho sambil memutar knop pintu tersebut.

"Kau tidak tinggal sendirian?" Eun So terkesiap. Seingatnya, tadi pagi Seung Ho tidak menyebutkan satu nama pun yang diperkenalkan sebagai teman satu rumahnya.

"Silakan masuk!" ujar Seung Ho mempersilakan Eun So tanpa menghiraukan pertanyaan terakhirnya. Rasanya ia tidak perlu menjawabnya lagi.

Eun So melirik Seung Ho lekat. Entah kenapa ia merasa Seung Ho malam ini begitu menyebalkan sekali. Bicaranya begitu irit, tidak seperti malam pertama mereka berkenalan. Eun So ingin sekali protes namun urung karena ia ingin mencari aman saja. Bagaimana kalau setelah protes Seung Ho malah mengusirnya? Itu kan gawat sekali.

"Terima kasih..." Eun So memasang senyum termanis yang ia punya. Perlahan ia masuk ke kamar dan berjalan ke arah tempat tidur. "Apa aku boleh memakainya sekarang?" tanyanya seraya meletakkan ranselnya di atas tempat tidur.

Kamar yang akan ia huni itu hanya berukuran 5 x 4 meter saja. Dengan sebuah tempat tidur empat kaki di tengah ruangan, nakas yang di atasnya terdapat lampu baca dan sebuah lemari pakaian sederhana. Nilai tambah dari kamar sederhana itu hanyalah pada balkon yang mengarah ke jalanan.

"Terserah kau saja," katanya seraya mengangkat kedua bahunya.

"Gomawo... yo." sejurus kemudian gadis itu merebahkan seluruh tubuhnya di atas kasur yang empuk itu. "Kalau kauingin keluar, jangan lupa menutup pintu," ujar Eun So dengan mata terpejam.

Seung Ho terkaget. Eun So secara tak langsung mengusirnya dan itu membuatnya sedikit tersinggung. Namun secepatnya ia tersadar bahwa hari ini ia terlalu sarkastis dengan gadis itu sehingga ia hanya mengembuskan napas berat seraya menutup pintu kamar yang sekarang sudah menjadi milik Eun So.

"Selamat istirahat..." katanya sebelum pintu tertutup rapat.

**

Terpopuler

Comments

❤️YennyAzzahra🍒

❤️YennyAzzahra🍒

hadirr lgii.
jangn lupa mmpr

2020-11-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!