BAB 2

Aku melambaikan tangan ke arah mobil Ayah yang sudah melaju jauh. Aku berbalik dan memandang papan nama yang ada di atas gerbang sekolah, bertuliskan 'SMA Harapan Bangsa'. Kuhembuskan napas. Berat rasanya untuk melangkah masuk. Sungguh, tak ada semangat sedikit pun untuk sekolah. Tapi tak mungkin aku kembali pulang. Dengan langkah gontai, kupaksakan kaki ini untuk melangkah. Aku terus berjalan mencari ruang kepala sekolah, ingin rasanya segera sampai. Sepanjang koridor ini di penuhi murid-murid dari berbagai kelas, semuanya bergerombol dan berisik.

Tiba-tiba ada seseorang yang menabrakku. Aku terjatuh. Kuangkat kepala menengadah ke atas untuk melihat siapa orang yang sudah membuatku jatuh. Ternyata seorang cowok. Wajahnya terlihat bete, meskipun begitu ia tetap terlihat manis dengan rambut cepak, mata mencorong tajam, hidung mancung yang mengingatkanku pada aktor Hollywood Orlando Bloom, dan bibir yang tipis. Rambutnya yang berwarna kepirang-pirangan tampak menyilaukan. Belum lagi tubuhnya yang langsing dengan otot-otot tersembunyi dibalik seragam yang dikenakannya.

Sesaat aku mengagumi dirinya.

"Se l'usura occhio!" ucapnya dengan tangan dilipat pada dada.

Aku bangkit untuk berdiri.

Ia mendengus. "Kalau jalan, tuh, pake mata, dong!" ucapnya ulang. Kuperkirakan dari warna rambutnya yang agak kepirang-pirangan dan bahasa yang tidak kumengerti, cowok itu memang bukan asli dari Indonesia. Aku pernah mendengar bahasanya sesekali waktu acara di tv. Aku menebak kalau itu bahasa yang digunakan oleh orang Italia. Karena sibuk mengagumi cowok bete ini, tanpa kusadari ada sosok lain di sampingnya. Cowok itu tinggi besar dan ganteng. Tak jauh beda dari cowok bete yang ada di hadapanku ini. Hanya saja wajahnya terlihat lebih lembut dan kalem.

"Dengar, ya! Dimana-mana jalan, tuh, pake kaki. Bukan mata!" bentakku.

Cowok bete itu menajamkan tatapan matanya padaku. Kubalas tatapannya. Tak mau kalah.

"Mi hai il coraggio? Lo nggak tahu siapa gue?" dengan nada menyolot.

"Emang penting, ya, bagi gue tahu siapa lo?" jawabku santai.

Kulihat wajahnya tampak memerah karena marah. Sekilas cowok itu terlihat menakutkan. Aku menatapnya dengan tajam, tidak suka terhadap sikapnya. Spontan aku terperanjat melihatnya membalas tatapanku. Untuk sesaat kami saling tatap-tatapan.

Dasar cowok ini. Percuma juga ganteng kalau sikapnya dingin dan menyebalkan. Umpatku dalam hati.

"Udahlah, Leo. Lagian lo juga 'kan yang salah," ujar teman yang berada di sampingnya itu sambil memegang bahu si cowok bete.

Spontan aku menoleh pada cowok yang berada di sampingnya. Ia menyunggingkan senyuman padaku. Ya ampun, senyumannya membuatku meleleh. Bersamaan dengan itu, tanpa rasa bersalah cowok bete itu pergi meninggalkanku. Dan si cowok kalem mengejarnya.

"Dasar cowok rese." Aku menatap kesal cowok yang tak tampak merasa bersalah itu.

Tanpa kusadari, semua murid yang berada di koridor ternyata memperhatikanku. Padahal sewaktu tadi pertama aku melangkahkan kaki, mereka semua mengacuhkanku. Tatapan mata mereka terlihat sinis, tidak suka dengan apa yang mereka lihat. Beberapa orang terlihat saling berbisik. Aku langsung mempercepat langkah agar segera sampai ke tempat tujuan. Rasanya tak enak jika jadi pusat perhatian seperti ini.

***

Aku dihantar menuju kelasku yang baru. Aku dimasukkkan ke dalam kelas unggulan. Memang tak salah jika aku di tempatkan dalam kelas ini. Karena nilai-nilaiku selalu berada di atas 80, kebanyakan 90, dan sejumlah besar diantaranya bahkan 100. Bukan maksud untuk menyombongkan diri. Memang itulah faktanya. Meski aku tergolong anak pintar, aku tidak sombong dan selalu membantu teman yang kesusahan mengerjakan tugas. Tetapi di sini sepertinya tidak akan ada yang membutuhkan bantuanku. Sekolah ini membagi kelas sesuai dengan prestasi yang di capai setiap anak. Kelas A 1-3 merupakan kelas paling popular karena kepintarannya di atas rata-rata, sedangkan kelas B 1-3 kelas menengah, kelas C 1-3, kelas di bawah rata-rata, dan yang terakhir kelas D 1-3, merupakan kelas yang paling membuat para guru malas mengajar. Kelas yang terkenal karena kenakalan mereka.

Di sekolahku yang lama tidak ada kelas seperti ini yang membeda-bedakan potensi siswa. Semua dipandang sama.

Oke, cukup! Aku tak mau memikirkan sekolah lamaku. Itu hanya akan membuatku sedih. Sambil memperkenalkan diri melalui wali kelasku, Pak Ikhsan. Beliau bertubuh agak pendek dan mengenakan baju Dinas lengan pendek yang tampak resmi dimasukkan dalam celana, sehingga memperlihatkan perutnya yang buncit. Berambut kribo yang mengingatkanku pada seorang badut. Hanya saja badut yang ini hidungnya tidak berwarna merah.

Aku memperhatikan sekeliling ruangan kelasku. Satu persatu kupandangi wajah asing itu, dan betapa terkejutnya aku saat melihat sosok yang duduk di bangku paling ujung berseberangan dengan meja guru, tepat di dekat jendela yang menghadap ke koridor sekolah.

Degg!!! Jantungku seakan berhenti berdetak saat kusadari bahwa sosok itu anak perempuan yang kemarin sempat membuatku ketakutan setengah mati. Aku menelan ludah waktu ia memandangiku dari celah rambutnya.

“Nah, Livia. Silahkan kamu duduk di sebelah Tara!” Pak Ikhsan membuyarkan pikiranku.

Tara yang di maksud Pak Ikhsan adalah sosok yang sedari tadi membuatku takut. Aku menghembuskan napas lega setelah tahu bahwa Pak Ikhsan dan yang lainnya bisa melihat sosok perempuan itu. Awalnya kupikir ia bukan manusia, karena sosoknya yang sangat misterius-dan menakutkan tentunya.

Aku melangkahkan kaki menuju bangku kosong yang berada disebelah Tara. Mata kami tak henti-hentinya bertatapan, sampai aku meletakkan pantatku di kursi. Barulah ia mengalihkan pandangannya dariku. Anak ini jadi manusia aja horor banget, apalagi jadi hantu. Hihh … aku bergidik dalam hati. Meski duduk bareng, tak ada satu pun diantara kami yang memulai percakapan. Bahkan aku sendiri tak ingin berkenalan dengannya, habis ... sikap dan penampilannya sangat aneh. Pelajaran sudah dimulai. Aku menikmatinya dalam diam.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

jangan lupa untuk saling dukung ya thor

2022-11-02

0

Naya Kunaya

Naya Kunaya

jadi bingung , pake prov atuh, jadi ga bingung ne sapa yang prolog

2021-06-19

0

MazZa'rina Aiin

MazZa'rina Aiin

sialan aku brsa kya bca crta horor

2021-06-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!