BAB 4

Kompleks perumahanku tak terlalu jauh dari sekolah letaknya. Jadi, pulangnya aku cukup berjalan kaki saja. Saat di jalan, kakiku menginjak sesuatu. Aku menemukan sebuah kalung bertali ungu yang di hiasi dengan liontin sebelah hati dan terdapat huruf 'I'. Sepertinya aku pernah melihat kalung ini. Tapi di mana? Aku lupa. Aku berusaha untuk mengingatnya. Tapi tidak bisa. Ah, sudahlah tak penting. aku memutuskan untuk membawanya pulang saja. Lumayan masih bagus.

Sebelum memasukkannya ke dalam saku, aku sempat melihat sesosok anak perempuan di seberang jalan yang mengenakan gaun berenda selutut berwarna krem. Gaun itu tidak mengembang. Gaun yang sangat pas di badannya. Anak perempuan itu tampak dewasa, tapi tidak mengilangkan sisi kanak-kanaknya. Rambutnya panjang berombak, dikuncir menggunakan pita berwarna merah. Poninya di bentuk rata tepat di atas alisnya. Wajahnya putih pucat, hidungnya mancung. Sekilas ia mirip seseorang yang aku kenal. Dia menatapku dengan tatapan kosong.

Tiba-tiba sebuah mobil pick up yang membawa barang-barang electronik berhenti tepat di depanku sehingga menghalangi pandangan mataku. Setelah mobil itu lewat, anak perempuan yang tadi sempat kulihat sudah tidak ada di tempat tadi ia berdiri. Aku sempat bertanya-tanya siapakah anak perempuan itu. Tapi ya sudahlah, nggak penting juga.

Sesampainya di rumah, aku sempat kesal karena Tara, si cewek aneh itu terus memperhatikanku selama aku berjalan melewati rumahnya. Aku muak dengan sikapnya, memangnya aku tontonan sirkus? Celotehku dalam hati. Aku membuka tirai jendela dan mengintip. Ya ampun, anak itu ternyata masih diam di depan rumahnya dan menatap terus ke rumahku. Lama-lama aku curiga juga kalau dia mau berbuat jahat pada rumahku.

Dari pada aku harus terus memikirkan Tara, lebih baik aku membersihkan kalung yang tadi ku temukan di jalan. Aku mengambil lap dan air untuk membersihkannya. Setelah selesai, aku terkagum-kagum. Kalung ini terlihat begitu indah dan masih bagus, sambil bercermin kupakaikan kalung itu di leher. Cocok. Aku terus memandangi kalung yang terlihat indah di leherku, sekilas ada sekelebat bayangan anak perempuan di cermin. Spontan aku menengok ke belakang, dan tidak ada siapapun. Suhu di kamar mendadak dingin, padahal aku belum menyalakan AC. Bulu kudukku berdiri. Aku menarik napas panjang, tenang via, tenang. Ini semua hanya perasaanmu saja, aku mencoba untuk menenangkan diri--memejamkan mata. Begitu aku membuka mata, anak perempuan itu berada tepat di depan mata. Jantungku tercekat, dia mirip sekali dengan ... dengan ... Indira, hanya saja ia terlihat lebih pucat dan penuh dengan noda darah pada wajah dan bajunya. Wajah yang sebagian nyaris sudah tidak berbentuk. Ia menyeringai lebar padaku. Astaga ... semuanya berubah menjadi gelap--hanya ada aku dan kegelapan.

\*\*\*

Mataku terbuka perlahan-lahan. Syukurlah aku hanya bermimpi. Aku menarik napas lega. Tetapi aku salah, semua itu belum berakhir saat aku melihat tulisan besar di dinding, tulisan bercat merah. Tercium aroma bau amis yang sangat menyengat hidung, isi perutku hampir mau keluar. Tunggu! Itu bukanlah cat, melainkan darah.

Kutatap tulisan tersebut dengan perasaan takut,

TOLONG AKU!!!

Aku menelan ludah, kerongkonganku terasa sakit. Keringat mulai membasahi bajuku. Dan aku bisa melihat dari ekor mataku bahwa ada seorang anak perempuan berdiri di sampingku. OMG, aku memberanikan diri untuk menengok. Dan ternyata ....

Aku terbangun dengan jantung memukul-mukul dada, Ibu yang berada di sampingku langsung memeluk.

“Syukurlah, Sayang, kamu baik-baik saja. Ibu sangat khawatir begitu lihat kamu tergeletak pingsan di lantai,” ucap Ibu sambil mengelus-elus rambutku. “Sebenarnya apa yang terjadi? Kamu sakit?”

Aku gelagapan menjawab pertanyaan Ibu. “Via melihat hantu, Bu.” Kataku sambil melirik ke kiri dan kanan. Takut jika 'dia' ada di sini.

Ibu mengkerutkan keningnya. “Hantu? Ya ampun, Via. Mana ada hantu, kamu pasti kecapean. Makanya berhalusinasi yang nggak-nggak.”

“Tapi, Bu. Aku memang benar-benar melihat hantu. Jelas banget!” Aku menangis ketakutan.

Melihatku yang seperti itu, Ibu sangat khawatir dengan keadaanku. Ibu pikir aku sakit. Beliau berusaha menghiburku, sampai akhirnya, sedikit demi sedikit aku mulai merasa tenang. Mungkin Ibu benar, itu hanya halusinasiku saja.

Malam hari aku tidak bisa tidur, suhu di kamar sangat panas. Aku kegerahan, meskipun AC sudah menyala. Tak terasa apa pun. Mendadak ada sekelebat bayangan di jendela, aku terpekik. Kutarik selimut sampai menutupi setengah wajah, tetapi rasa kantuk tiba-tiba datang menyerangku dan aku tak dapat menahannya. Perlahan-lahan kedua bola mataku menutup. Namun ... sebelum memasuki alam bawah sadar, aku sempat melihat sosok anak perempuan itu lagi. Kali ini dengan penampilan tidak semenakutkan tadi sore. Anehnya di dalam mimpi, aku kembali bertemu dengannya. Ia masih menatapku. Aku menatap sekeliling, diriku sedang berada di sebuah tempat yang seluruhnya hitam. Tempat yang begitu luas dan tidak memiliki ujung. Hanya ada diriku dan dirinya. Aku mencoba berjalan mendekatinya. Namun, tidak peduli selama apa aku berjalan atau bahkan berlari, tubuhku sama sekali tidak bergerak. Jarak diriku dengannya tetap sama. Aku seperti berjalan di tempat.

“Siapa lo ... itu lo, Ra?” suaraku bergema.

Anak perempuan itu tak menjawab, ia masih menatapku. Tidak berkedip.

“Gue ada di mana? Tolong beritahu gue ada di mana!” Aku setengah memohon, tapi dia tetap tak bergeming.

Tiba-tiba ada sebuah cahaya mengarah ke arahku semakin dekat, semakin besar ukuran cahaya itu. Dan akhirnya menelanku.

Ibu berdiri dekat jendela, mataku mengerjap-ngerjap--silau. Melihat gorden yang dibuka Ibu. Ibu tersenyum menghampiriku.

"Bagaimana keadaan kamu, sayang?" Ibu duduk di sebelahku.

"Udah lumayan segar kok, Bu."

Ibu tersenyum lega. Kemudian bangun, dan beranjak pergi. "Langsung mandi, ya. Ibu tunggu di bawah."

Aku segera menuju kamar mandi. Kurasakan dinginnya air yang menyentuh kulit. Sejenak aku melupakan kejadian-kejadian aneh yang aku alami kemarin.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

lanjut, jangan lupa mampir di mutiara Yang Terabaikan ya thor

2022-11-02

0

Yeni Maryani

Yeni Maryani

penasaran mengenai apa cerita ini

2020-08-06

1

Rina Apriani

Rina Apriani

belum paham sma ceritanya... kirain tokoh utama si tara tpi kok banyakan livia yg di ceritakan

2020-07-30

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!