Me Vs Police
"Berhenti!"
Sebuah perintah dari seorang polisi yang sedang melakukan razia lalu lintas, ia menghadang sepeda motor yang aku kendarai menuju tempatku magang saat ini.
Sebagai seorang dokter yang baru, aku memang diharuskan untuk menjalani proses magang atau internship di salah rumah sakit satu agar mendapatkan izin untuk praktik mandiri dan tentunya di bawah naungan dari dokter senior.
"Selamat pagi, bisa tolong tunjukkan SIM dan STNK kendaraannya?" Ujar polisi itu ramah padaku, aku pun mengangguk mengiyakan tanpa melihat ke arahnya jujur saja sedari kecil aku memang takut dengan polisi meskipun kakakku juga seorang polisi.
Aku mengecek tas serta dompetku namun tak kutemukan kedua barang itu. Aku menepuk jidatku pelan bisa-bisanya aku lupa membawa kedua barang penting itu saat bepergian seperti ini apalagi berada di kota yang cukup besar ini, pasti razia seperti ini sudah tak asing lagi.
"Ma maaf pak saya lupa, tapi saya punya kok pak."
Ucapku terbata sambil mencoba membela diri.
"Kalo tidak membawanya berarti sudah melakukan pelanggaran lalu lintas. Silahkan menepi!" Ucapnya lagi dengan tegas mengarahkan ku untuk menepi.
Aku pun menuruti perintahnya dengan menepikan motor matic yang sedang kukendarai ini. Lalu ia mengeluarkan secarik kertas yang sudah ku ketahui pasti surat tilang, ia menuliskan beberapa kata lalu memberikan padaku untuk di tanda tangan dan aku pun menurutinya berharap setelah ini aku bisa langsung pergi.
"Tinggalkan motornya disini dan pada saat waktu yang ditentukan di dalam surat itu pergi ke pengadilan untuk mengambil kembali motormu ini."
Ucapnya yang membuatku membulatkan mata tak terima dengan perkataannya tadi.
"Wah gak bisa gitu dong pak, saya buru-buru pasien saya pasti nungg..."
Ucapku kemudian menatap wajahnya satu detik, dua detik, aku terpaku dengan pesonanya, OMG ternyata tidak semua polisi itu mempunyai wajah garang seperti yang kupikir selama ini.
Walau kakakku sering membawa teman-temannya ke rumah namun aku tak mau menampakan diri pada mereka aku lebih memilih mengurung diri di kamar daripada harus berhadapan dengan seorang polisi.
"Kenapa liatin saya kayak gitu? Naksir sama saya? Iya saya tau saya ini ganteng." Ucapnya dengan kepedean tingkat dewa menyadarkan aku yang sedari tadi menatapnya tanpa berkedip.
Aku menunduk malu saat kepergok menatapnya dengan tatapan kagum.
"Pak, motor saya jangan ditahan dong pak pasien saya sudah nungguin ini! Bagaimana kalo salah satu dari mereka sudah sangat parah dan membutuhkan saya? Ini urusan nyawa orang loh pak." Ucapku berusaha meyakinkannya sekaligus mengalihkan pembicaraan.
"Jangan mengalihkan pembicaraan jawab dulu pertanyaan saya tadi! Kamu naksir sama saya?" Tanyanya lagi dengan serius dengan sorot mata tajam mengarah padaku, seperti mengintrogasi seorang pencuri. Ckck PD sekali pak pol satu ini, pertanyaan macam apa yang ia tanyakan itu.
"Pak, emang pertanyaan macam itu wajib ya kalo razia kayak gini?" Tanyaku yang berhasil membuatnya tersenyum kikuk menyadari itu.
"Kamu dokter?"
"Bukan, saya kuli bangunan." Ucapku kesal padanya, banyak sekali pertanyaannya itu
"Lah kalo kuli bangunan ngapain bawa-bawa nama pasien? Kamu gila ya?" Pertanyaan-pertanyaannya itu yang membuat ku ingin membanting apa saja yang ada di depanku ini termasuk dirinya.
"Komandan!". Tiba-tiba ada yang memanggilnya yang ku yakin adalah bawahannya, aku pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk kabur darinya.
Kulajukan sepeda motorku dengan kecepatan diatas rata-rata agar ia tak bisa mengejar ku.
Haha, bukan Anastasya Azalea namanya jika tidak bisa kabur dari yang beginian walaupun itu perbuatan yang salah tapi ini kulakukan agar tidak mengecewakan para pasienku.
Mohon jangan ditiru kelakuan Anna ini ya! Ini perbuatan yang salah!:v
***
Seharian aku melayani pasien-pasien dengan berbagai macam kelu kesahnya padaku yang ku balas dengan nasehat-nasehat kesehatan yang selama ini kupelajari saat menempuh pendidikan kedokteran.
ternyata menjadi dokter tidak hanya sulit saat masa pendidikan saja pengaplikasiannya juga ternyata cukup sulit. Tetapi untungnya aku mendapatkan dokter senior yang sosoknya sangat penyabar saat mengarahkan ku melayani pasien membuatku nyaman saat bersamanya, dia bernama dokter Zahra.
Aku meletakkan kepala ku di atas meja mencoba untuk memejamkan mata walau hanya beberapa menit saja namun sahabatku yang gila datang merusuh.
"Anna, kamu tadi kenapa telat?." Tanya Ify yang membuat ku harus mengingat pak pol menyebalkan itu lagi.
"Tadi ditilang." Jawabku singkat tak mau membahas hal itu lagi.
"Terus motor kamu ditahan?"
"Gak, tadi aku kabur." Ucapku enteng hingga membuat Ify kaget dengan perkataanku.
"Serius? Kamu kabur? Kok bisa?"
Pertanyaan-pertanyaan itu keluar dari mulut Ify.
"Udah gak usah dibahas lagi, males".
"Eh tapi kalo ketemu pak pol itu lagi gimana?"
Ucapan Ify membuat ku mengingat saat aku kepergok menatap kagum pada pak Pol ganteng, aku jadi tersenyum sambil membayangkan wajah tampannya tadi.
"Hey, kesambet neng?".
"Tau gak tadi pak Polnya ganteng banget! Jadi mau ketemu lagi."
"What? Terus kamu mau ditilang lagi sama dia? Pasti sanksinya lebih berat deh".
Apa yang dikatakan Ify benar juga, bagaimana kalo aku bertemu lagi dengannya dan memberi ku sanksi lebih berat? Atau melaporkan kelakuan ini pada direktur rumah sakit? Atau bisa saja memenjarakan ku? Oh tidakkk bagaimana ini, aku harap tidak bertemu dengan pak Pol yang tadi.
"Fy aku pulang duluan ya, udah sore".
Pamit ku pada Ify yang masih bingung dengan sikap ku yang tiba-tiba panik.
Saat aku pulang aku menutupi wajahku dengan masker hitam serta helm yang berbeda dari yang ku gunakan tadi pagi.
Aku sengaja menukar helmku dengan helm Ify tadi, berharap jika bertemu pak Pol itu di jalan dia tidak akan mengenaliku.
Kecuali dia menghapal plat nomor kendaraan ku ini, ah kuharap dia tidak segabut itu untuk menghapal plat nomor kendaraan orang.
Aku tiba di rumah dan menemukan mobil bang Satya sudah terpakir di garasi, berarti dia sudah pulang duluan.
Aku tinggal bersama kakakku bernama Satya Nugraha
aku biasa memanggilnya bang Satya atau bang sat:v
Selain bang Satya, aku juga tinggal bersama bibi yang sudah ku anggap ibu sendiri sementara orang tua kami tinggal di kota lain karena papaku punya perusahaan yang harus diurus di sana.
"Assalamualaikum princess Anna pulang."
Ucap ku sambil memutar kenop pintu yang tidak dikunci itu.
"Waalaikumsalam, eh non Anna udah pulang."
Jawab bi Ira menyambut ku sementara bang Satya justru tidak menghiraukan ku dan malah melempari aku dengan bantal sofa.
"Ishh Abang apaan sih."
Ujarku tak terima lalu membalas melemparinya juga hingga terjadilah perang bantal diantara kami, bi Ira hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kami yang kadang masih seperti anak-anak.
"Dek, minta no Wanya Ify dong!"
Pinta bang Satya dengan wajah memelas padaku dan mengakhiri perang kami.
"Ify? Buat apa? Abang sakit?"
Tanyaku padanya yang tiba-tiba meminta nomer WA sahabatku itu.
"Iya."
"Lah sakit apa? Sini Anna periksa!"
Ujarku sambil memegang keningnya memastikan suhu tubuh bang Satya normal atau tidak.
"Abang butuhnya dokter cinta."
"Yee si bang sat malah ngebucin."
Kesal ku padanya lalu menghadiahi sebuah jitakan di kepalanya.
"Abang suka sama Ify ya?"
Tanyaku dengan menyipitkan mataku curiga dengannya.
"Hmm."
Jawab bang Satya mengangguk.
"Sudah kuduga, oke kalo gitu nanti Anna kasih tapi nanti! Anna mau mandi dulu gerah, ingat ya bang kalo Abang emang serius sama Ify jangan pernah sakitin dia atau Abang berhadapan sama Anna langsung."
Ancamku pada bang Satya yang dijawab dengan gerakan hormat padaku.
To Be Continued ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Nurhayati Nia
aku mampir thorr
2023-08-25
0
Anna Susiana
aku mampir menyimak cerita ini, banyak up nya ya biar tambah seru
2022-07-02
0
Nani Agustiani
cus
2021-08-25
0