Hari ini aku sedang tidak punya jadwal untuk praktek maka dari itu kuhabiskan waktu untuk menonton Drama Korea yang dibintangi aktor favoritku, Ji Chang Wook di laptop ku dengan ditemani camilan-camilan yang tentunya bukan punyaku tetapi punya Abang Satya yang kuambil diam-diam xixixi:v
Sekali lagi perbuatanku ini jangan ditiru ya!!:v
"Dek, bukain pintunya dong."
Ucap bang Satya menggedor-gedor pintu kamarku.
Aku pun buru-buru menyembunyikan camilan-camilan tadi ke dalam selimut agar tak ketahuan oleh bang Satya, lalu bergegas membuka pintu untuknya.
"Kenapa bang?"
"Boleh minta tolong gak ambilin kemeja Abang di rumah temen Abang?"
"Di mana bang?" Tanyaku mulai was-was karena setahuku teman-temannya itu rata-rata Pak Pol jangan sampai ia menyuruhku untuk ke rumah salah satu polisi atau bahkan ke perumahan yang isinya pak Polisi semua.
"Di jalan xxx no 3x".
"Lah bang pake baju yang lain lah gak usah pake kemeja yang ada di temen Abang itu."
"Ayolah dek tolongin Abang, Abang udah janji sama Ify buat couple-an."
"Hah couple?" Tanyaku tak percaya, baru beberapa hari yang lalu mereka PDKT sudah couple-an pula.
"Tolong lah abang mu ini yang sedang memperjuangkan cinta pertama dan terakhirnya."
Ujar bang Satya mendramatis membuat ku ingin muntah di depannya.
"Lebay, alay."
"Abang ikhlasin deh camilan-camilan Abang yang kamu ambil."
What darimana tau abangku ini kalo aku yang mengambil camilannya?
"Abang kan polisi, ilmu untuk cari jejak pencuri-pencuri kayak kamu mah kecil urusannya."
Ucap bang Satya seolah dapat membaca pikiranku. Eh tapi tunggu, dia menyebutku pencuri? Oh aku tidak terima ini lebih baik ku turuti permintaannya daripada disebut pencuri:v
***
Aku membelokkan motorku memasuki kawasan perumahan yang suasananya asri membuat siapapun akan betah lama-lama tinggal di sana.
Saat akan memasuki gerbang, aku ditahan seorang penjaga yang ditemani beberapa orang polisi di sana. Rupanya ini perumahan khusus bagi polisi.
Kemudian penjaga itu menghampiri ku aku buru-buru mengambil SIM dan STNK ku yang ada di dalam tasku lalu menyerahkan padanya.
"Beberapa orang disana terlihat menahan tawanya melihat tingkahku yang selalu menunduk dan sesekali menatap mereka satu-persatu."
"Maaf dek, kami tidak butuh SIM dan STNK ini bukan razia."
Ucap penjaga itu tersenyum geli.
"Mau ketemu siapa dek?"
Tanya seorang polisi paru baya padaku
"Saya disuruh kakak saya ke rumah temennya,ini alamatnya pak." Ucapku memberikan alamat yang diberikan oleh bang Satya padaku.
"Nama kakaknya siapa?"
"Satya Nugraha."
"Oh Satya, ini mah alamat rumah pak Dean! Itu di ujung sana." Jawab mereka setelah mengecek alamat itu. Aku pun dipersilahkan untuk masuk ke lingkungan tersebut.
***
Aku mengetuk pintu berwarna jingga yang ada di depanku, namun nihil tak ada jawaban dari sang empunya. Kemudian mataku beralih pada sebuah bel yang ada di dekat pintu lalu aku memencetnya hingga sabuah suara bariton terdengar dari dalam sana.
"Ya tunggu sebentar."
'Deg' suara itu seperti....
"Iya cari siapa?" Sudah kuduga suara itu miliknya, seorang pria dari balik pintu berbadan tegap sedang menggendong seorang bayi yang ku perkirakan berusia setahun.
Ada rasa kecewa dalam hati ini mengetahui dia telah memiliki anak.
"Kamu?"
Tanyanya kaget melihatku begitu pun aku terlebih saat mengetahui dia mempunyai anak.
"Maaf pak saya kemarin buru-buru, tapi kali ini saya bawa kok pak ini.".Ucapku memelas sambil menunjukkan SIM dan STNK ku.
Jantungku berdetak lebih cepat serasa ingin copot dari tempatnya. Aku terus mengatur nafas agar tak terlihat gugup di depannya.
"Saya sudah tidak butuh itu, cepat katakan apa tujuanmu kesini. " Ujarnya memasang wajah datar serta dinginnya padaku. Kurasa dia sedang dalam mode marah atau itu memang wataknya.
"Saya disuruh bang Satya ambil kemejanya yang tertinggal disini." Ucapku langsung to the point.
"Kamu adiknya Satya?"
"I.. iya pak." Jawab ku terbata.
"Saya tidak menyangka Satya punya adik pembangkang sepertimu." Ucapnya yang membuat hatiku sakit disebut 'pembangkang'. Aku hanya menunduk dalam menyadari kesalahanku itu.
"Tunggu disini." Kemudian dia masuk kembali ke dalam rumahnya yang sudah ku pastikan akan mengambil kemeja bang Satya.
"Momma,.momma." Bayi itu menangis memanggil ibunya tapi entah kenapa ia terus menjulurkan kedua tangannya padaku seolah-olah ingin digendong olehku.
Ia menarik-narik kaos yang dipakai pak pol yang ku ketahui bernama Dean itu.
Bayi itu semakin menangis saat Pak Dean membawanya masuk.
"Momma, momma." Rengeknya terus lalu mencakar wajah Pak Dean, lalu Pak Dean berbalik.
"Boleh tolong gendong ponakan saya dulu?"
Ujarnya meminta tolong padaku dan apa tadi? Ponakan? Huh ada rasa lega dalam hati ini mendengar bahwa itu bukan anaknya tetapi keponakannya.
"Hah iya, sini." Ucapku sambil menjulurkan tanganku untuk mengambil alih bayi itu dan betapa senangnya bayi itu saat ada di dalam gendongan ku.
Dia terus menyebut 'momma, momma.' Kurasa itu adalah panggilan untuk ibunya tapi kenapa ia memanggilku dengan sebutan itu?
Aku terus menciumi wajahnya yang cubby sesekali menggelitik perutnya yang membuatnya tertawa dan itu sangat menggemaskan.
Tak berapa lama kemudian Pak Dean datang membawa paper bag yang ku rasa berisi kemeja bang Satya. Lalu ia memberikannya padaku dan segera mengambil alih bayi yang belum ku ketahui namanya itu.
"Ya, yaa". Ucap bayi itu senang saat Pak Dean menggendongnya, euhh memang calon ayah yang baik lah pokoknya.
"Namanya siapa pak?" Tanyaku tanpa ragu sambil menggenggam tangan bayi yang sudah ada dalam gendongan pak Dean.
"Nama saya Andrean Prasetya, panggil saja Dean". Jawabnya dingin macam es balok.
"Bukan pak, maksudnya nama bayi ini siapa?". Tanyaku kembali dengan menahan tawaku.
"Oh, namanya Nayla." Jawabnya kembali tanpa mengubah ekspresi wajahnya yang datar.
"Oke, kalo gitu saya pamit dulu pak, terima kasih! Bye bye cantik!" Pamitku padanya dan Nayla.
"Saya gak cantik tapi ganteng." Jawabnya yang kurasa dia memiliki tingkat kepedean di atas rata-rata.
"Ya Allah pak, saya ngomongnya ke Nayla pak bukan bapak!"
"Emang Nayla ngerti sama omongan kamu?"
Benar juga apa yang dia katakan untuk apa aku pamitan pada seorang bayi yang belum tau apa-apa.
"Tinggal bilang 'bye Dean ganteng' apa susahnya sih." Ucapnya lagi yang sedari tadi melihatku bengong sendiri.
"Hah iya bye Dean ganteng." Ckk aku terkejut dengan ucapannya hingga tak sadar mengatakan itu juga.
Aku menatapnya saat ia sedang tersenyum jahil melihat tingkah ku. Bahkan senyuman bisa menahan ku untuk berlama-lama disini, dan lagi-lagi jantungku terasa ingin melompat keluar melihat kedua lesung pipi yang menghiasi wajahnya.
Ku putuskan untuk cepat-cepat pergi dari sana dan segera memeriksakan jantungku pada dokter spesialis jantung untuk memastikan apakah aku punya riwayat penyakit jantung atau tidak. Saat aku membalikkan badanku untuk pulang tiba-tiba Nayla menangis ingin menjangkau ku.
"Momma momma." Rengeknya memintaku kembali menggendongnya. Ia terus menangis saat melihatku mulai menaiki motorku untuk pulang.
Tiba-tiba Pak Dean memanggil ku..
"Hey! Bisakah kamu disini sebentar? Nayla membutuhkan mu!"
"Nayla yang butuh atau bapak nih." Batinku terkekeh geli.
"Tapi pak, saya harus anterin baju bang Satya dulu ini." Tolak ku secara halus.
"Nanti saya yang bicara pada Satya! Sepertinya Nayla merindukan ibunya dan mungkin ia berfikir kamu ibunya."
"Emang ibu Nayla kemana pak?"
"Dia ... sudah meninggal." Air mukanya tiba-tiba berubah keruh. Ada duka mendalam yang tergambar dari pancaran wajahnya
"Maaf pak, saya tidak bermaksud demikian."
Ujarku menatap Nayla dengan rasa iba membuat hatiku ikut merasakan nyeri, diusianya yang masih sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu malah ditinggal untuk selamanya.
"Anna, bisakah kamu membantu saya hari ini mengurus Nayla? Hanya sampai dia tidur, kumohon!"
Pintanya padaku tapi tunggu dari mana dia tau namaku?
"Saya tau nama kamu dari Satya dia pernah cerita bahwa dia punya adik perempuan namanya Anna, yang phobia dengan polisi, tapi mungkin sudah tidak lagi setelah bertemu Pak Pol ganteng seperti saya". Ucapnya lagi seolah-olah dapat membaca pikiranku seperti bang Satya tadi dan tentu saja dengan kepedeannya itu. Ah kurasa semua polisi bisa membaca pikiran orang? Atau hanya kebetulan saja?
To Be Continued ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Ciripah Mei
😀😀😀😀
2021-10-09
0
Vivo Y31
kepedean bgt itu pak pol
2021-01-13
0
Faizha Alyha Handhayani
seru nhi kayaknya
2021-01-03
1