Part 4

Aku mengendarai motor kesayanganku ini membelah jalanan yang lumayan mulai sepi.

Di tengah perjalanan aku merasakan ada yang sedang mengikutiku kucoba melihat ke belakang dengan kaca spionku, dan benar saja ada dua orang pria berboncengan ugal-ugalan.

Aku panik kalang kabut jika aku berhenti disini untuk menelpon bang Satya bisa-bisa mereka menyakitiku. Kuputuskan untuk tetap berkendara dengan kecepatan tinggi dan orang dibelakangku tetap mengikutiku juga.

Kalang kabut aku membelokkan sepeda motorku ke dalam gerbang sebuah gedung besar yang diatasnya terpampang tulisan 'Polda xxx' yap itu kantor polisi. Tempat yang dulu sering kuhindari saat bang Satya mengajakku dan kebetulan bang Satya juga tugas disini. Tapi aku tak tau ia masih disini atau sudah pulang.

Kulihat masih banyak polisi-polisi yang berlalu lalang disana ingin sekali ku minta tolong pada mereka namun apa daya nyaliku ciut saat berhadapan dengan mereka.

Aku memutuskan untuk duduk di kursi yang jauh dari arah mereka, setidaknya aku aman disini sejenak. Aku mengambil handphoneku mencoba menyalakannya, kupencet tombol power berkali-kali namun nihil tak kunjung menyala ah sial daya baterainya habis.

Aku tak tau harus berbuat apa, aku ingin meneruskan perjalananku namun aku takut orang tadi masih menungguku di luar. Ingin sekali aku menangis saja disini!

Aku memberanikan diri untuk masuk lebih dalam ke gedung itu untuk mencari abangku atau sekedar mencharger handphone untuk menelponnya.

'Brukk'

Aku menabrak seseorang dan terjatuh di hadapannya, aku mendongakkan kepalaku untuk melihat siapa yang kutabrak tadi dan ternyata dia adalah orang yang membuatku jantungan akhir-akhir ini, Yap dia Pak Dean.

"Punya mata gak sih pak? Kalo jalan itu pake mata! Emang matanya gak dipake ya?" Ucapku sambil mencoba untuk berdiri.

"Orang jalan itu pake kaki bukan pake mata,emang mata kamu bisa dipake jalan? Lagi pula bukan saya yang nabrak kamu malah kamu yang nabrak saya." Balasnya tak mau kalah, Ck egois sekali dia hingga tak mau kalah dengan perempuan.

Aku terdiam, ya disini memang aku yang salah tapi tidak bisakah ia mengalah untukku? Hah? tidak-tidak untuk apa dia mengalah untukku, aku bukan siapa-siapanya_-

Bukan berarti aku berharap menjadi bagian hidupnya ya guys:v

"Kamu ngapain tengah malam disini sendiri? Mau ngerampok?"

Wah benar-benar nih mau kusumpel mulutnya pake sepatuku ini bisa-bisanya dia mengataiku ingin merampok?

"Hello pak! kalo saya ini beneran mau ngerampok, saya punya otak juga dong ngapain ngerampok di kantor polisi? Itu sama aja namanya bunuh diri."

"Nah ngaku juga kan kamu kalo kamu ini rampok, ayo ikut saya!" Arghhhh ingin rasanya kumutilasi lalu kubuang ke laut sana pria di hadapanku ini.

"Gak!" Tolakku kemudian pergi dari sana malas sekali aku meladeninya kuperkirakan dia lebih sengklek dibanding bang Satya.

"Hey Anna! mau kemana?"

"Mau pulang."

"Pulang kemana?"

"Ke Rahmatullah."

"Aamiin." Ucapnya yang membuat langkahku terhenti lalu berbalik menghadap ke arahnya, ku liat ia sedang terkekeh disana kemudian ia berlalu dari sana, entah kemana dia aku tak peduli.

Aku baru ingat bahwa ia adalah salah satu teman bang Satya barangkali dia tau dimana bang Satya berada. Aku pun mencoba mengikutinya namun tak berani memanggilnya bisa-bisa dia keGR-an.

Aku terus mengikutinya hingga sampai di sebuah mess yang disana terdapat beberapa polisi kira-kira seumuran dengannya.

"Wah pak bawa pacarnya nih." Celetuk salah satu dari mereka yang melihatku berada di belakang Pak Dean. Sementara Pak Dean sendiri merasa kebingunan dan berbalik aku hanya berdiri mematung menatapnya sambil cengengesan.

"Ngapain kamu ngikutin saya? mau tidur bareng saya?"

"Eh sembarangan siapa juga yang mau tidur sama om-om emang saya perempuan gak bener gitu?" Jawabku sewot, dan tampak mereka yang disana menahan tawanya saat mendengarku menyebut pak Dean om-om.

"Jangan jutek gitu jadi cewek, nanti jatuh cinta sama saya gimana?"

"Gak akan."

"Yakin gak jatuh cinta sama orang ganteng?"

"Gak."

"Terus kenapa ngikutin saya?"

"Siapa yang ngikutin bapak, saya cuma mau nyari bang Satya."

"Satya udah pulang dari tadi."

"Gak nanya." Ucapku padahal tujuanku sebenarnya mengikuti dia adalah untuk menanyakan bang Satya

"Oh yaudah kalo gitu saya mau istrihat dulu." Ujarnya lalu membuka salah satu kamar di sana.

"Eh pakk!" Cegahku padanya.

"Kenapa lagi?"

"Anterin saya pulang di luar ada yang mau begal saya jadi saya kesini nyari perlindungan." Air mataku luruh sudah tak bisa ditahan lagi aku benar-benar ketakutan.

"Lah nanges:v" Ucapnya cekikikan, huh tidak kah ada rasa kasiannya padaku? ini malah ngejek.

Aku sesenggukan tak bisa berucap lagi hingga dia menghampiriku dengan ekspresi khawatir, khawatir? Ah itu tidak mungkin palingan nanti ngejek juga.

"Udah jangan nangis saya anterin kamu pulang!" Ucapnya yang membuatku sedikit tenang.

Aku pun mengannguk lalu menyeka air mataku dan kulihat teman-teman Pak Dean tadi pada senyum-senyum gak jelas. Aku jadi malu bisa-bisanya aku menangis disini.

"Saya ambil jaket dulu." Ucapnya lagi lalu masuk ke dalam kamar yang tadi.

Tak berapa lama dia kembali lalu mengajakku ke parkiran untuk mengambil motornya.

sesampainya di parkiran ...

"Ayo naik!" Ujarnya menyuruhku untuk naik di atas motor besar itu yang tentu saja membuatku risih tak biasanya aku naik motor model begituan meski kata orang-orang akan terlihat keren jika menggunakan motor itu.

"Saya pake motor sendiri aja pak." Tolakku.

"Katanya mau dianterin pulang kok malah bawa sendiri? Yaudah kalo gak mau naik kamu pulang aja sendiri".

"Tapi kalo saya naik, motor saya gimana?"

"Hadeuh Anna, Anna kamu kan yang tadi bilang kalo ada orang yang mau nyuri disini itu sama aja namanya bunuh diri lah terus kenapa masih khawatir kalo motornya disini?"

"Masalahnya saya besok dapat shif pagi kalo nungguin bang Satya bangun pagi itu gak mungkin."

"Saya yang jemput kamu besok! Udah ayo naik!"

"Tapi pak ... "

"Naik atau pulang sendiri?"

Aku pun mencoba mengalah daripada harus pulang sendiri. Aku bersusah payah menempatkan posisiku agar tidak jatuh dari motor mengerikan itu dan memegang ujung jaket pak Dean tidak mungkin kan jika aku harus memeluknya.

"Pegangan!" Perintahnya lagi, ck dia ini kebanyakan ngomong bukannya jalan aja cepet.

"ini udah." Jawabku sambil menarik-narik ujung jaketnya agar ia tau kalo aku aku sudah pegangan.

"Mana tangannya? sini!!" Ucapnya lagi sambil meraih kedua tanganku dan melingkarkan di pinggangnya. What aku memeluknya?

"Awas kalo dilepas saya turunin di jalan."

"Iya iya bawel."

Pak Dean melajukan motornya dengan kecepatan sedang dengan tangan satunya memegang kedua tanganku yang masih melingkar di pinggangnya.

Dia ini mau modus atau gimana_-

Aku hanya menikmati semilir angin malam yang dinginnya menusuk tulang huh tidak berniat kah dia meminjamkan jaketnya untukku?

Author POV

Dasar Anna udah dianterin pulang banyak pula maunya

To be continued ...

Terpopuler

Comments

Ciripah Mei

Ciripah Mei

aku baca y senyum sendiri

2021-10-09

0

Nani Agustiani

Nani Agustiani

cuss thor

2021-08-25

0

⚡⚡°~°Pisces^-^⚡⚡

⚡⚡°~°Pisces^-^⚡⚡

👍👍👍👍 jempol thor....

2021-01-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!