“Tania, kenalkan ini Euis dan Dadang yang akan membantumu selama berada di sini dan menjalankan misimu.” Tante Tiwi berbisik mengenalkan asisten rumah tangga yang asli pada Tania beberapa saat setelah mereka memasuki rumah.
“Euis, Dadang, ini Tania asisten rumah tangga yang baru. Dia dari Jogja. Kalian baik-baik ya, bantu dia beradaptasi.”
“Baik, Bu.” Sahut mereka bersamaan.
“Kenalkan saya Tania Sulastri. Panggil saya Lastri,” Tania mengulurkan tangan memperkenalkan diri.
Dadang yang pertama menyambut uluran tangan Lastri dengan antusias. Tindakannya itu membuat Euis mendadak mendahului tangan Dadang dan menjabat tangan Lastri dengan kasar.
“Saya Euis, dan ini Dadang. Mari saya tunjukkan kamarmu,” Euis berjalan menuju halaman belakang, tempat kamar mereka berada.
“Ini kamar kamu, itu kamar saya, dan itu yang di ujung kamar Dadang.” Ucapnya seraya menunjuk kamar-kamar yang dimaksud dengan telunjuknya.
“Kamu istirahat saja dulu, Lastri. Nanti sore baru saya antar keliling dan membagi tugas kita,” Dadang dengan ramah membuka pintu kamar dan mempersilahkan Lastri istirahat.
“Istirahat gimana, Kang? Ini sudah hampir waktunya makan siang. Ayo Lastri, bereskan barang-barangmu segera dan bantu saya masak.” Langkah Lastri terhenti.
“Biarkan saja, tadi pesan Oma begitu. Mau melawan perintah Oma kamu?” ujar Dadang.
“Ya sudah, kamu atur saja. Dasar laki-laki, lihat yang bening dikit sudah luluh,” sewot Euis.
“Silahkan Lastri, kamu istirahat dulu. Dan maafkan Euis, mungkin dia lagi datang bulan,” Dadang tersenyum seraya mengendikkan bahunya lucu.
“Terima kasih, Kang Dadang. Saya permisi dulu.” Lastri masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.
Segera saja Tania merebahkan badannya ke ranjang. Matanya melihat berkeliling ke setiap sudut kamarnya. Kamar itu tak sebesar kamarnya, namun terasa nyaman seperti kamar miliknya. Tania bangun dan berbalik menatap ke arah jendela luas yang menghadap ke arah taman.
Sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa hanya menjadi pembantu selama empat bulan. Bisa gila aku. Apalagi ada sepasang senior yang belum-belum sudah membuat kepalaku pening. Hhh, Tania..Tania… dia memilih merebahkan badan dan memejamkan mata.
Di taman belakang, ada situasi yang tak kalah rumitnya dengan pikiran Tania.
“Kamu ini kenapa tho? Sejak Lastri datang kok uring-uringan bawaannya? Lagi dapet ya?”
“Ngawur kamu atuh, dapet apa? Dapet arisan?!” Euis kembali sewot.
“Lha terus kenapa? Kamu gak suka sama Lastri?” Dadang merasa penasaran dengan sikap Euis yang berubah drastis sejak kedatangan Lastri.
“Kenapa harus tidak suka?”
“Ya ndak tau saya. Khan yang sewot kamu. Aya naon?”
“Henteu, hanya tidak habis pikir, kenapa cantik-cantik mau jadi pembantu. Apa tidak bisa cari pekerjaan lainnya?”
“Eleh-eleh, ternyata karena geulis? Sudah, jangan khawatir. Saya tetap cinta sama kamu, henteu mungkin berpaling lah.” Dadang berkata genit seraya mencolek lengan Euis.
“Hidih, aya-aya wae. Sapa juga yang suka sama kamu?” Euis bergegas pergi meninggalkan Dadang sambil mengusap-usap kasar lengan yang dicolek Dadang.
“Geulis pisan euy.” Dadang senyum-senyum sendiri melihat tingkah Euis yang disangkanya cemburu padanya.
Dadang dan Euis berasal dari desa yang sama, Desa Lamajang Kecamatan Pangalengan yang terkenal dengan wisata raftingnya. Sudah tiga tahun mereka menjadi ART dirumah keluarga Marvel. Awalnya hanya Euis yang bekerja menggantikan orangtuanya yang sudah pension menjadi ART sejak Euis kecil. Namun karena Dadang menyukai Euis sejak di kampung, maka dia memutuskan untuk mengejar Euis dan menjadi pengurus taman dan sopir di sini.
Hari sudah sore ketika Lastri keluar dari kamarnya. Karena pikirannya yang kalut, membuat dia lupa bahwa sekarang sedang menyamar sebagai pembantu di Bandung. Begitu membuka mata dan melihat ke sekitar, ingatlah Lastri bahwa dia sedang menyamar dan sekarang sudah sangat terlambat untuk bangun.
Begitu membuka pintu kamar, Lastri disambut ocehan Euis yang sedang mengangkat cucian kering di halaman belakang.
“Eleh-eleh, pembantu masih baru sudah berani malas-malasan.” Tangannya terus mengangkat baju-baju bersih yang kering.
“Maafkan saya, Euis. Ada yang bisa saya bantu?" Lastri bermaksud mengalihkan pembicaraan.
“Bawa baju-baju ini ke ruang setrika yang itu. Setelah ini bantu saya menyiapkan makan malam,” Euis menyerahkan baju-baju di tangannya seraya menunjuk sebuah ruang dengan dagunya.
Tanpa banyak bicara, Lastri membawa cucian kering di lengannya menuju ruangan yang ditunjukkan Euis tadi. Saat berbalik akan keluar, Tante Tiwi menghampiri Lastri dan menutup pintu di belakangnya.
“Nak, apakah tidak sebaiknya kamu pikirkan kembali rencana penyamaranmu? Tante tidak tega melihatmu harus melakukan tugas-tugas rumah tangga. Tidak enak juga dengan Eyang dan keluarga Jogja lainnya.” Tante Tiwi menatap Tania lekat.
“Tidak apa-apa, Tante. Sekalian Tania belajar menjadi istri dan mengenal dunia rumah tangga.” Tania tersenyum ke arah wanita cantik di hadapannya itu.
“Kalau nanti ke depannya Tania merasa sudah kesulitan, segera sampaikan pada Tante atau Oma ya.” Sebelum keluar, Tante Tiwi mengelus kepala Tania dengan lembut.
Saat akan membuka pintu, gagang pintu sudah bergerak ke bawah dan pintu terbuka.
“Eleh-eleh, lama pisan. Tidur apa..eh, ada Ibu. Sedang mencari apa, Bu? Biar Euis yang carikan.” Euis gelagapan dan kaget melihat nyonya rumah sedang bersama Lastri di ruangan.
“Saya sengaja mencari Lastri. Khawatir dia tidak betah di sini. Kalian baik-baik ke Lastri ya, dia cucu teman Oma dari Jogja.” Setelah mengatakannya, Tante Tiwi berlalu menuju rumah utama.
“Owh, rupanya kamu koneksinya dari Oma ya? Sudah mirip jaringan eternet aja kamu.” Euis melipat kedua tangannya di depan dada.
“Internet, Mbak.” Ralat Lastri seraya meninggalkan Euis yang sedang bengong mendengar Lastri menjawab perkataannya.
“Awas saja nanti. Saya akan memberikan banyak pekerjaan berat buatmu. Asal tau saja, di rumah ini, Euis yang menguasai area dapur. Hehh…” Euis mendengus kesal dan berjalan keluar ruangan.
Di dapur, Lastri sudah mulai menyiapkan bahan-bahan makanan yang akan diolah untuk menu makan malam hari ini. Oma Jelita mengatakan ingin makan masakan Lastri malam ini. Jadi dia putuskan untuk membuat spaghetti carbonara kesukaannya, selain mudah untuk membuatnya, makanan itu merupakan satu-satunya masakan yang bisa dibuatnya dengan yakin.
“Sapa yang menyuruhmu untuk menyiapkan makan malam? Memangnya sudah tau malam ini menunya apa?”
“Maaf, Mbak. Saya tidak tau menu malam ini. Tapi,”
“Makanya jadi orang baru jangan sok tau. Sini, saya yang ambil alih.” Euis mengambil kotak pasta yang Lastri pegang dan memasukkannya pasta kembali ke tempatnya.
Ambil alih? Hehehe…mbak ini lucu sekali gayanya. Sepertinya akan sangat menghibur hari-hariku di sini.
“Lhah, malah senyum-senyum. Ayo bereskan semuanya,” Euis menyerahkan bahan-bahan yang dipegangnya ke Lastri.
“Mbak, itu tadi Oma yang minta saya untuk memasak pasta. Makanya tadi saya…”
“Malah bawa-bawa Oma jadi alasan. Hadeh…”
“Euis,”
“Ya, Oma.” Lastri dan Euis segera berbalik mendengar ada suara Oma di belakang mereka.
“Malam ini Oma minta Lastri memasak pasta buat Oma. Mulai besok, kamu bisa mengajak Lastri berkeliling dan membagi tugas kalian.”
Melihat Oma sedang menunggu jawaban darinya, Euis segera berkata, “Baik Oma.”
“Ayo Lastri, mulai saja memasaknya. Oma sudah lapar ini.” Oma berjalan kembali ke ruang tengah melanjutkan menonton berita kesukaannya.
“Bisa saya mulai sekarang memasaknya, Mbak?”
“Sok atuh, saya juga ingin tau seberapa pintarnya kamu di dapur.”
“Saya tidak begitu bisa masak, Mbak.” Lastri berkata sembari meneruskan apa yang sudah dimulainya tadi.
“Tidak bisa masak malah jadi pembantu di sini, lieur.” Euis berlalu sambil menggelengkan kepala. Tak habis pikir dia, bisa-bisanya Lastri melamar menjadi pembantu tapi tidak bisa memasak. Walaupun parasnya cantik, tapi ahli dalam urusan dapur merupakan syarat wajib menjadi pembantu menurutnya.
****
Punten smart readers, cuma mau ingatkan untuk tekan jempol dan tanda hatinya. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Maria TR
Euis... jangan lier sama Lastri...
2021-10-01
1
Sulati Cus
ooo jgn pingsan km euis tar klu tau identitas Lastri yg sesungguhnya 😂
2021-05-28
1
Murwa Malefy
author kelabasan si Dadang bilang ndak tau..nteu nyaho atuh thor 😀😀 tp keren kok thor ceritamu..
2021-04-07
1