Hari kedatangan keluarga Marvel benar-benar dipercepat. Yang sedianya datang satu minggu lagi menjadi hari ini. Sejak pagi tampak kehebohan di dalam rumah. Mama meminta Mbak Sri untuk memasak berbagai macam makanan dalam jumlah besar. Sejak pagi Pak Pono juga tak kalah sibuknya membersihkan rumah dan halaman. Kesibukan di rumahnya senada dengan pikiran Tania yang sibuk mengatur siasat.
“Tante, tolong bantu Tania dong. Kasih solusi apa kek?”
“Solusi apa? Hadapi saja, nanti akan ada cara saat sudah tau keadaannya. Kalau sekarang solusi apa? Kabur?” Tante Nindi yang bertugas membantu Tania berdandan memegang pundak Tania menguatkan.
“Boleh juga tuh,” Tania menjawab tanpa berpikir.
“Hush! Ngawur kamu. Bisa jantungan lagi Eyang kalau sampai kamu kabur seperti calon istrinya Andra.”
“Tania masih ingin bebas, Tante. Masih ingin kerja, sekolah, tanpa harus kepikiran tentang urusan rumah.”
“Belum tentu Marvel akan melarangmu bekerja seperti yang diinginkan Bambang, tho? Lihat Tante, masih bisa kerja sekaligus ngurus keluarga.”
“Itu karena Tante nikah sama Pamanku yang super pengertian.” Tania tetap tak mau kalah.
“Apa kamu sudah tau kalau Marvel bakalan tidak pengertian? Sudah ah, jangan berpikir yang aneh-aneh. Sebentar lagi mereka sampai, hadapi saja dulu. Seperti ujian tesis.” Tante Nindi mengulurkan sepasang baju yang Eyang pilihkan. Tentu saja bukan selera Tania.
Melihat baju kebaya modern dengan rok celana dari kain batik membuat Tania memiliki ide cemerlang di otaknya.
“Tante, Tania ingin sendiri sebentar. Menenangkan pikiran.” Tania mengusir tantenya secara halus.
“Oke. Tante keluar dulu. Jangan coba-coba kabur ya,” Tante Nindi mengedipkan sebelah mata pada Tania seraya tersenyum lembut.
Setelah Tante Nindi keluar kamar, Tania meletakkan baju pilihan Eyang di dalam lemari dan mengambil dress pilihannya sendiri. Dress itu berpotongan leher rendah dengan tali kecil di bahu. Dress setinggi lutut berwarna biru tua membuat aura kecantikan Tania semakin terpancar.
“Paling tidak ini bisa menggemparkan keluarga ningrat Marvel.” Gumam Tania bangga.
Sejujurnya Tania sendiri tidak tau banyak tentang keluarga Marvel selain Oma Marvel berteman dengan Eyang sejak masa muda dan mereka berdua pernah menjadi relawan tenaga kesehatan saat bencana letusan Gunung Agung tahun 1963.
“Maka ada pepatah yang mengatakan bahwa teman bisa jadi saudara dan sebaliknya. Ini salah satu bukti nyata ikatan kuat tanpa hubungan darah. Hmm…” Tania menghembuskan napasnya.
Tak berapa lama kemudian, Andra mengetuk pintu kamar Tania. Tok..tok..tok..
Kepala Andra menyembul dari balik pintu. “Tan, semua sudah menunggumu.”
Hening sejenak. Mata Andra terbelalak melihat penampilan adiknya yang luar biasa. “Wow…sepertinya akan ada gempa bumi di ruang tamu sebentar lagi.”
“Gimana penampilanku, Mas?” Tania berputar sambil membentangkan tangannya ala model papan atas.
“Fantastis buatku, tragis buat Eyang. Kamu yakin akan keluar seperti ini?”
“Kenapa? Apa memalukan?” Tania berhenti berputar dan berdiri menghadap kakaknya.
“Bukan, hanya saja sepertinya Eyang akan marah besar. Tan, jangan bilang ini salah satu siasat yang kau sebutkan semalam,” Andra menunggu jawaban Tania.
“Yup. Salah satunya. Dan masih banyak siasat yang aku rencanakan untuk menolak perjodohan ini.”
“Oke, aku paham perasaanmu sekarang. Tapi pesanku, jangan sampai ke lewat batas. Aku percaya kamu tau batasan kapan harus berhenti.”
“Oke, abangku sayang. Jangan khawatir. Ayo kita turun, saatnya pertunjukan.”
Andra mengikuti Tania yang berjalan lebih dulu di depannya sambil menggelengkan kepala.
****
Di ruang tamu telah berkumpul anggota keluarga Tania versi lengkap dan keluarga tamu. Oma Jelita yang modis dan cantik jelita seperti namanya, Om Hendri dan Tante Tiwi. Semua yang ada di sana menatap ke arah Tania yang berjalan menuju ke arah mereka.
“Walah…opo iki, Jeng?!” Eyang putri sontak terkejut dengan penampilan cucu kesayangannya dan bergegas menghampiri Tania.
“Jeng, ganti bajumu sekarang!” titah Eyang pada Tania.
Bukannya menuruti perintah Eyang, Tania malah berjalan mendekat ke arah Oma Jelita dan berputar di hadapannya. “Bagaimana penampilan Tania, Oma?”
Eyang semakin terbelalak melihat tingkah Tania. Bibirnya terbuka akan mengatakan sesuatu namun Oma Jelita lebih dulu berbicara. “Cantik, sangat cantik. Kamu cocok menjadi istri Marvel.”
Hening.
Kini giliran mata Tania yang membulat tak percaya, senyum jahil di bibirnya seketika lenyap, mimik bahagianya hilang berganti kekecewaan. Lain halnya dengan Eyang yang sedianya akan marah besar, berubah menjadi takjub dan bahagia.
“Apa kataku, aku tidak bohong kan? Tania memang cocok jadi istri cucumu.” Eyang kembali ke sofa dan duduk dengan anggun di samping sahabatnya itu. Raut kemenangan terpancar nyata di wajah ningratnya. Matanya berbinar memandang penampilan Tania yang tadi sempat membuat jantungnya hampir meledak.
“Iya, kamu memang paling tau seleraku. Sayang Marvel tidak bisa ikut hari ini, kalau dia ikut pasti minta dinikahkan sekarang. Hahahaha…” tawa bahagia Oma Jelita terdengar seperti ejekan di telinga Tania.
“Jeng, duduk sini. Jangan hanya bengong di situ.” Eyang menepuk sofa kosong di antara dia dan Oma Jelita.
Tania melangkah gontai menuju sofa yang ditunjuk Eyang. Melihat kejadian di depannya membuat Andra mau tak mau bersyukur sekaligus geli dan kasihan pada adiknya.
“Mama benar, Marvel rugi tidak ikut datang.” Om Hendri sepakat dengan pernyataan ibunya.
Percakapan selanjutnya tidak bisa didengar Tania dengan jelas. Pikirannya kacau dan kalut melebihi saat akan menghadapi ujian tesisnya. Suara orang-orang di sekitarnya seperti dengungan lebah yang berpindah sarang baginya.
“Bagaimana menurutmu, Nduk? Tania?” Pertanyaan Mama membuat Tania kembali tersadar.
“Ya?” Tania tidak paham yang ditanyakan Mamanya.
“Saking bahagianya, sampai-sampai dia hanya bisa bengong.” Nada bicara Eyang menyiratkan kebahagiaan yang tak terbendung.
“Kami semua sudah sepakat untuk menggelar pernikahanmu empat bulan lagi. Menunggu kepulangan Marvel dari mendaki Gunung Himalaya. Bagaimana menurutmu?” Mama menjelaskan hasil percakapan yang berdengung tadi pada Tania.
“Pernikahan? Empat bulan?” Tania semakin kalut. Otak cerdasnya segera berputar aktif.
“Iya. Apa terlalu lama? Perlu dipercepat sepertinya.” Gurauan Papa seperti sambaran petir di siang bolong.
“Tidak, bukan. Bukan begitu maksud Tania.”
Mendengar perkataan Tania, semua orang tertawa. “Tania punya syarat mutlak untuk menerima perjodohan ini.” Seketika ruangan menjadi hening.
“Syarat mutlak? Opo meneh iku, Jeng?”
“Syarat agar perjodohan ini dapat dilanjutkan. Bagaimana, Om? Apakah boleh?”
Semua terdiam mendengar jawaban Tania. Oma Jelita yang pertama kali membuka suara. “Apa syarat mutlak itu, Sayang? Sampaikan saja. Oma tau betul, jaman sekarang sudah tidak musimnya dijodohkan. Tapi kami menyetujui ini karena ingin silaturahmi tetap terjaga bila Oma dan Eyang sudah tiada.”
Menjaga silaturahmi? Dengan perjodohan? Huh…yang benar saja.
“Satu, Tania ingin mengenal Marvel lebih dekat tanpa dia tau Tania calon istrinya. Dua,”
“Sudah satu saja. Jangan banyak-banyak. Nanti malah ndak jadi nikah kamu.” Sergah Eyang memotong kalimat Tania.
“Sabar dulu, kita dengarkan apa yang cucumu ingin sampaikan. Kita tidak boleh jadi orangtua yang egois.” Oma Jelita menenangkan Eyang.
“Dua, pernikahan akan dilakukan empat bulan lagi sesuai rencana bila Marvel dan Tania bisa memiliki perasaan satu sama lain. Tiga, apabila nanti sampai terjadi pernikahan, Tania mau tetap bekerja seperti sekarang.” Tania diam menunggu respon dari pendengar setianya.
“Apa itu tidak keterlaluan, Nduk?” Mama khawatir dengan perkataan Tania.
“Mana yang lebih keterlaluan menurut Mama, perjodohan ini atau syarat dari Tania?”
“Baik. Kami terima syarat dari Tania.” Lagi-lagi Oma Jelita berhasil mengejutkan Tania dan lainnya. “Berarti kita harus segera meminta Marvel untuk pulang dan bertemu Tania. Jadi bagaimana cara Tania mengenal Marvel tanpa dia tau bahwa Tania calon istrinya?” Oma cantik itu bertanya dengan antusias.
“Tania akan jadi pembantu di rumah Tante Tiwi selama empat bulan hingga menjelang hari pernikahan.”
“Weleh-weleh…edan tenan bocah iki. Kamu kenapa sebenarnya? Mau bikin Eyang mati berdiri?!” Eyang putri yang sedari tadi menahan emosinya hingga lehernya menggembung seperti ikan fugu akhirnya tak tahan lagi berdiam diri.
****
Hai, Smart Readers. Jangan lupa Like, Komen, Vote dan Rate nya yaw. Trims.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Reiva Momi
menarik
2022-10-05
1
Neu🌹TiaraKusumah🌺
asyik nih mulai rollercoster naik siap2 tahan napas .....
2022-06-09
1
Neu🌹TiaraKusumah🌺
dulu ga kepikiran kalo ngurus RT itu complicted... di jodohin iya2 aja rasa cinta menguap entah kemana hidup mengikuti alur saja...membaca melihat dan mendengar orang jatuh cinta sepertinya indah.... whatever pun namanya tiba2 dah punya 2 anak dan kembali alone suami meninggal.... sepertinya hidup ini bukan utk dinikmati dg keindahan tapi di jalani....adakah yg sepertiku menjalani hidup ini...? so bad I think
2022-06-09
3