Bulan & Bintang (Revisi)
Pagi itu, Bintang mengendarai motornya dengan ugal-ugalan. Lagi dan lagi, cowok berseragam putih abu-abu dengan penampilan acak-acakan itu terlambat bangun. Seolah kebiasaan buruk itu sudah mendarah daging di dalam dirinya dan susah sekali untuk tidak dihilangkan.
Selama perjalanan, Bintang mengendarai motornya tersebut dengan kecepatan penuh. Ia menghiraukan bahaya maut yang mengancam nyawanya sendiri. Bahkan dengan nekat, ia melambung pengendara-pengendara lainnya. Bunyi klakson yang bersahut-sahutan dari pengendara lain pun diabaikannya. Yang ada dipikirannya sekarang hanya satu ... jangan sampai terlambat!
Dari kejauhan, Bintang melihat persimpangan di depannya tampak sepi. Meski lampunya berwarna merah, akan tetapi tak seorang pun pejalan kaki yang lewat. Ia pun memutuskan untuk terus lanjut. Untuk apa juga berhenti dan menunggu sampai lampu merah berganti menjadi lampu hijau? Toh, pejalan kaki pun tak ada. Buang buang waktu saja!
Kira kira seperti itulah yang terlintas dalam pikirannya sehingga dengan nekat melintasi persimpangan tersebut. Bahkan, Bintang malah menambah laju kecepatannya.
Tanpa ia sadari, ada seorang gadis berseragam putih abu-abu dengan tumpukan buku di tangannya hendak menyeberang di persimpangan tersebut. Gadis itu pun rupanya tak menyadari akan hal tersebut. Ketika sudah berada di tengah jalan, barulah ia menyadari kalau ada pengendara yang sedang melaju cepat ke arahnya. Begitu pun dengan Bintang yang juga baru sadar ketika gadis itu sudah berdiri tepat di depannya sambil berteriak histeris.
“AAAHHH... !!!”
Bintang tampak frustasi. Dengan cepat, cowok itu menginjak rem motornya.
CITTT...
Suara gesekan antara ban motor dan aspal terdengar begitu memekakkan telinga. Suara bisingnya memenuhi tempat itu. Motor berhenti. Karena gerakan mendadak, tubuh Bintang sedikit terhuyung ke depan. Dada bidangnya menabrak setir motor.
“Shit!” Bintang mengumpat kasar.
Untuk kesekian menit, Bintang terdiam mematung di atas motor. Hanya deru napas memburu dan tubuh gemetaran yang memenuhi diri cowok itu. Hingga di menit berikutnya, cowok itu turun dari motor dan membuka helm full face-nya sedikit tergesa-gesa. Lalu meletakkannya dengan asal di atas jok belakang.
Bintang menghela napas kasar melihat gadis yang tersungkur di aspal tak jauh dari tempatnya berdiri. Untungnya, tak terjadi hal-hal yang tak dikehendaki.
Huh!
Bintang mengambil langkah lebar menghampiri gadis itu. Rahang kokohnya sudah mengeras tegas. Tak tinggal diam kedua tangannya yang sudah mengepal di bawah sana. Emosinya meletup-letup siap untuk memarahi gadis ceroboh itu.
“Lo ap—”
Omelan Bintang seketika menggantung begitu saja di udara. Mulutnya tiba-tiba terasa keluh, tak bisa berkata-kata. Semua umpatan kasar yang hendak dilayangkannya untuk gadis itu seakan lenyap terbawa angin lalu.
Mendapati wajah pucat dan raut takut gadis itu membuat amarah dalam diri Bintang tiba-tiba menguap dan berganti menjadi rasa iba. Mati-matian Bintang menahan gejolak itu agar tidak menyembur dan mengubur dalam-dalam niat awalnya. Mau bagaimana pun juga ini tetap salahnya, bukan?
Bukankah Bintang tahu kalau sekarang lampu merah, waktu bagi pengendara untuk berhenti sejenak dan membiarkan sang pejalan kaki untuk lewat?
Bukankah demikian?!
Bintang memiringkan kepalanya guna melihat wajah gadis itu yang tertekuk. Ia memberanikan diri untuk bertanya. “L-lo eng-enggak papa, kan?” tanyanya sedikit terbata.
Tak ada jawaban dari gadis itu. Kepalanya merunduk dengan isakan tangis yang terdengar begitu pelan di indera pendengaran Bintang. Mungkin masih shock, pikir Bintang.
Rasa bersalah dalam dirinya semakin menjadi-jadi. Sungguh, ia tak tega melihat gadis itu bersedih seperti ini apalagi dialah penyebabnya. Bintang pun menyejajarkan tubuhnya dengan gadis yang masih tersungkur di jalan itu, lalu memegangi kedua pundaknya.
“Gu-gue mi-minta ma-maaf, ya ...” ucap Bintang bersungguh-sungguh meski terbata. Tersirat penyesalan yang terpampang dari kedua bola mata cowok itu.
“... I-ini memang salah gue. Lo gak usah takut, oke?” tutur Bintang lembut guna menenangkan gadis itu.
Belum ada respon darinya. Lagi dan lagi, hal itu membuat Bintang menghela napas gusar. Apakah gadis itu marah?
“Gue—”
Grep...
Baru saja Bintang akan kembali bersuara, sepasang tangan mungil sudah lebih dulu melilit pinggangnya. Raut wajahnya langsung berubah serius dengan tubuh menegang. Tatapan matanya berubah kosong ke depan. Bukan sebuah omelan dan tamparan kasar yang ia terima, melainkan sebuah pelukan.
Cowok itu terkejut bukan main. Bukan karena apa-apa, hanya saja mereka tidak saling mengenal dan mungkin ini adalah pertemuan pertama mereka. Bagaimana bisa gadis itu main nyerocos gitu aja?
Meski awalnya terkejut, namun perlahan-lahan tangan Bintang terangkat ke atas dan membalas pelukan gadis itu dengan sayang. Ia paham dengan perlakuan gadis ini yang secara tiba-tiba. Ia tahu gadis ini pasti shock berat—ia membutuhkan penenang sesaat untuk menstabilkan pikirannya kembali.
Samar-samar terdengar suara isak tangis yang keluar dari bibir gadis itu dalam pelukan Bintang. Bintang mengelus-elus rambutnya dengan lembut guna menenangkannya. Awalnya biasa-biasa saja, namun makin ke sini suasananya makin berbeda. Entah kenapa Bintang tiba-tiba merasa nyaman dalam pelukan gadis itu. Jantungnya pun langsung berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya. Aneh! Perasaan apalagi ini?
Setelah dirasa cukup tenang, Bintang mengurai pelukannya pelan-pelan. Ia beralih memegang kedua pundak gadis itu dan bergumam singkat, “maaf!”
Gadis itu hanya menyunggingkan senyum tipis sembari menghapus bulir-bulir sisa air mata di pipinya. Kemudian bangkit dari posisinya dan pergi begitu saja meninggalkan Bintang tanpa sepatah kata pun. Bintang jadi bingung dengan sikap gadis itu. Kok, tidak marah? Aneh!
“Lah, kok main pergi gitu aja?” tanya Bintang heran. Ia pun ikutan bangkit dari posisi jongkoknya, terus memandangi punggung gadis itu yang kian jauh dari hadapannya. Perlahan tapi pasti, senyuman tipis terukir jelas di bibirnya.
“Sepertinya, gue telah jatuh cinta pada senyuman itu. Gue harap ini bukan pertemuan terakhir kita, cantik!” gumam Bintang penuh kekaguman.
“Shit!” umpat Bintang. Di tengah keterpukauannya pada gadis manis itu, Bintang seketika teringat akan suatu hal.
Bintang segera menghampiri motornya dan segera mengendarainya kembali dengan ugal-ugalan. Tak henti-hentinya ia merapalkan doa dalam hati agar pintu gerbang belum ditutup. Berdoa semoga dia tidak terlambat walaupun terdengar mustahil.
Ya, semoga saja.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Bernesi
next kak
2023-02-08
0
abdan syakura
kl Aq kek gitu, ketemu cewek cantik gak ya??🤣🤣
2023-01-18
0
abdan syakura
salken, kak...
2023-01-16
0