Bagian 3. Akrab

Hari ini adalah hari pertama seorang Bulan Purnamasari menginjakkan kaki di SMA Mahardika. Ya, gadis yang ceria dan murah senyum itu adalah seorang siswi pindahan dari SMA Kencana.

Setelah menghadap ke Kepala Sekolah, akhirnya Bulan dinyatakan resmi bersekolah di SMA Mahardika dan ditempatkan di kelas 11 IPA 2.

Bulan memasuki ruangan kelas barunya dengan dituntun oleh seorang guru. Awalnya biasa-biasa saja, tampak ia yang malu-malu mungkin karena pengaruh belum terbiasa. Namun ketika matanya tak sengaja menangkap sebuah objek di barisan kedua barisan paling kiri, ia terkejut bukan main.

Itu kan, cowok yang hampir menabraknya di persimpangan tadi! Batinnya dalam hati.

Jadi, mereka satu kelas?

Dan lebih sialnya lagi, mereka juga sebangku.

Walau demikian, tak bisa Bulan pungkiri bahwa ada perasaan suka saat mengetahui bahwa ia sekelas dengan cowok itu. Entahlah, Bulan tidak tahu perasaan apakah itu!

Yang jelas, hatinya menghangat setiap kali cowok itu tersenyum ke arahnya sekaligus jantungnya bergedup kencang.

Apakah ini yang orang-orang katakan jatuh cinta pada pandangan pertama?

***

Tak terasa, waktu terus bergulir hingga bel tanda istirahat pun berbunyi. Semua siswa-siswi SMA Mahardika pun berhamburan keluar kelas dan berlarian ke kantin untuk berebut tempat duduk. Jam-jam seperti ini banyak murid-murid yang berkunjung ke sana. Jadi, untuk mengantisipasi tidak dapat jatah tempat di sana, mending cabut duluan.

“Lan, ke kantin yuk!”

Bulan yang sedang sibuk mengemasi peralatan tulisnya yang ada di atas meja lalu dipindahkan ke dalam tas punggungnya, mendongak kala mendapati sebuah ajakan dari sampingnya.

Sedikit kerutan di dahi gadis itu kala mendapati Bintang lah sang pelaku. Cowok itu sudah berdiri di depannya dengan kedua tangan bersedekap di dada.

“Umm... enggak deh,” tolak Bulan secara halus.

Cowok itu manggut-manggut. “Ya udah, gue duluan ya!” pamit Bintang yang langsung mendapat anggukan dari Bulan.

Setelahnya, Bintang pun berlalu dari kelas bersama Surya, cowok yang duduk di bangku belakangnya.

Bulan kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat terjeda. Setelah itu, ia bangkit dari duduknya dan merapikan sejenak seragamnya yang sedikit lusuh. Bulan hendak ke perpustakaan membaca buku. Ya, dari pada hanya diam di dalam kelas seperti ini, mending waktu istirahatnya ia habiskan dengan membaca.

Ketika hendak melangkahkan kakinya keluar, tiba-tiba sebuah tangan dari belakang hinggap di pundaknya dan membuat langkanya terhenti.

Bulan mengernyit heran dan bertanya-tanya dalam hati, “siapa?”

Perlahan, Bulan membalikkan badannya ke belakang dan mendapati seorang gadis berdiri di depannya dengan senyum yang mengembang di bibir.

“Hai, Bulan!” Gadis itu menyapa dengan lambaian tangan.

Bulan tak terkejut sama sekali ketika gadis itu mengetahui namanya. Ya, karena tentu saja ia tahu saat perkenalannya tadi. Bulan pun hanya membalas sapaanya dengan menyunggingkan senyuman.

“Ohya kenalin ... gue Renata Anastasyah. Panggil Tata atau Rena aja!” ucap gadis itu memperkenalkan diri dengan tangan terjulur ke hadapan Bulan.

Bulan tersenyum lalu membalas uluran tangan Renata, sehingga sekarang mereka berjabat tangan. “Bulan Purnamasari. Panggil Bulan aja!”

“Lo mau kemana?” tanya Tata menyelidik.

“Oh, ini—”

“Ke kantin, yuk!” ajak Tata menyela ucapannya.

“Umm, gimana ya?” Bulan tampak menimang-nimang.

“Duh, gue udah laper nih. Please, temanin gue, ya!” ucap Tata memelas penuh permohonan. Tangannya terlihat memegang perutnya dan meremasnya pelan.

“Ya udah, deh!” Karena kasihan, Bulan pun mengiyakan saja. Gadis itu menghela napas kasar. Berbeda sekali dengan Tata yang kini meloncat kegirangan.

Keduanya pun bergegas ke kantin. Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di sana karena Tata menyeretnya. Tak ada yang bisa Bulan lakukan selain pasrah. Baru hari pertama sekolah, tapi sudah ketemu murid seperti Renata. Walaupun cewek itu sedikit nyebelin, tetapi Bulan bersyukur sekaligus merasa senang karena dipertemukan orang asyik seperti Renata.

Langkah kedua gadis itu terhenti di ambang pintu kantin melihat kepadatan penduduk yang melanda kantin saat ini. Tampak ribuan kepala yang memenuhi tempat itu. Ada juga yang berlalu lalang sengaja mau cari perhatian. Jangan lupakan bagaimana rusuhnya anak-anak yang sedang mengantri di stand jualan.

“Kita mau duduk dimana?” tanya Bulan dengan mata menengok sana-sini guna melihat tempat yang masih kosong.

Tata yang berdiri di sebelahnya melakukan hal yang sama. Hingga matanya berbinar ketika mendapati sebuah meja kosong di pojok kiri. Tangannya terangkat ke atas menunjuk tempat itu.

“Di situ aja, yuk!” ajak Tata.

Bulan mengikuti arah telunjuk Tata. Lalu di detik berikutnya, gadis itu mengangguk.

Keduanya pun melangkah ke meja yang masih kosong itu. Lebih tepatnya ke arah meja depan tempat Bintang dan Surya duduk.

Setelah sampai di sana, Bulan langsung mendudukkan bokongnya di salah satu bangku dan Renata ikut duduk di sampingnya. Posisi duduk mereka sekarang adalah menyampingi Bintang.

“Lan, lo mau pesan apa biar gue pesenin?” Renata bangkit dari duduknya dan menatap Bulan penuh tanya.

Bulan mendongak membalas tatapan cewek itu. “Apa aja. Samain sama punya lo!” jawabnya.

Renata mengangguk dan melangkah ke salah satu stand jualan. Bersamaan dengan kepergian Renata, Bulan menolehkan wajahnya ke samping kanan—melirik Bintang yang tengah lahap makan. Di luar dugaan Bulan, cowok itu ternyata sedang menatapnya juga. Bola mata mereka bertemu dan terkunci dalam satu tatapan dalam.

Deg!

Bulan tersentak kala merasakan jantungnya kembali berdetak dua kali lebih cepat dan tak beraturan.  Tanpa sadar, tangan kanan Bulan terangkat ke atas memegang dada kirinya yang kini berdentum keras. Ini jantung gue kenapa?

Bintang yang rupanya menyadari hal itu, menyunggingkan senyum. Jujur, Bintang pun merasakan hal yang sama.

“Lan, woyyy Bulan!”

Hingga Renata datang dan mengacau-balaukan semuanya. Tatapan mata keduanya terputus. Bulan langsung merubah posisinya seperti semula.

“Eh, Tata! Dah balik?” tanya Bulan basa-basi.

“Liatin apaan, sih?” tanya Renata dengan kening yang mengerut, menghiraukan pertanyaan basa-basi gadis itu. Nampan berisi dua mangkuk soto dan dua gelas es teh manis diletakkannya di atas meja.

“Nih!” Satu mangkuk soto dan satu gelas es teh manis disodorkannya ke arah Bulan dan sisanya adalah miliknya.

“Thanks!” ucap Bulan yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Renata. “Eng-enggak liatin apa-apa kok,” lanjutnya menjawab pertanyaan Renata yang tadi.

Renata duduk di bangkunya. Satu alisnya terangkat ke atas menatap Bulan tak percaya. Lalu, tatapannya jatuh pada tangan kanan Bulan yang kini bertengger di dada kirinya. “Terus, tangan kanan lo ngapain tuh, pegang-pegang dada kiri lo?” tanya Tata mengintrogasi.

Bulan menghiraukannya. Cewek itu menggigit bibir bawahnya dengan sesekali mencuri pandang ke arah Bintang. Awalnya, Renata bingung dengan gerak-gerik gadis itu. Hingga ketika ia mengikuti arah pandang Bulan, barulah ia manggut-manggut mengerti. Tak lupa senyuman jahil merekah di bibir.

“Suka lo sama si Bintang?”

“Hah?”

Bulan yang mendengar itu langsung mengalihkan pandangannya  arah Renata. Ia menatap bingung cewek itu. “Enggak, kata siapa!” jawabnya kemudian.

“Terus, kenapa diliatin kayak gitu?” tanyanya lagi dan berhasil membuat Bulan bungkam untuk beberapa saat. Bulan menundukkan kepalanya malu.

Renata tersenyum simpul melihatnya. Lalu atensinya beralih pada soto yang mulai dingin. Lantas, Renata menyendok soto itu lalu memasukkannya ke dalam mulut. Mengunyahnya cepat lalu tatapannya kembali jatuh pada Bulan yang masih menunduk.

“Lo mau tau tentang Bintang?!” tawar Tata yang terdengar seperti sebuah pertanyaan.

Senyum di bibir Renata merekah karena setelah itu Bulan mengangkat wajahnya cepat. Sebelum memulai ucapannya yang mungkin akan sepanjang jalan kenangan itu, Renata terlebih dahulu meraih gelas es teh manisnya dan menyeruputnya. Ah, segar!

“Bintang—dia itu sebenarnya anak baik-baik. Gue kenal banget dia gimana orangnya. Ya, karena dulu waktu SMP kita juga sekelas, sih. Setahu gue, Bintang tuh orangnya ganteng, baik, sopan, terus pinter lagi. Lo tau gak, dia itu kebanggaan guru-guru dulu loh. Tapi—” Raut wajah Renata yang tadinya ceria saat bercerita tentang Bintang berubah muram. Hal itu tentu membuat Bulan mengerut kening dalam.

“... Tapi, semenjak masuk SMA dan kenal Mentari hidupnya berubah total. Ia berubah jadi murid bandel dan pembangkang. Prestasinya pun menurun,” ujar Renata melanjutkan ceritanya.

“Kok, gitu?” tanya Bulan dengan kedua alis saling menukik.

Renata tak menjawab. Cewek itu hanya diam dengan senyum merekah di bibir. Lalu, hening. Tak ada lagi percakapan yang terjadi di antara keduanya. Baik Bulan maupun Renata sama-sama diam.

Hingga sebuah celetukan dari samping, membuat kedua gadis itu menoleh.

“Hai, Bintang!” sapa seorang murid dengan rambut berwarna cokelat muda dan rok yang berada di atas lutut datang menghampiri Bintang dan bergelayut manja di lengan kekar cowok itu.

“Halo, beib! Kabar baik, nih!”

Bukan Bintang yang menjawab, tapi sosok manusia tengil yang duduk di hadapan Bintang. Surya. Dari sini dapat kalian simpulkan bahwa Surya itu terobsesi berat sama cewek yang namanya Mentari.

Mentari memandang jijik cowok itu. “Ih, apaan sih lo, Sur?”

“Gue kan suka sama lo, Tar?” Surya mengendikkan matanya berniat menggoda cewek itu.

Rasanya Mentari ingin muntah saat itu juga. Mungkin, jika Bintang yang mengatakan hal itu, ia akan merasa senang dan meloncat kegirangan. Gak pake mikir lamgsung nyahut, “Gue juga suka kok sama lo.”

“Dih, centil banget sih tuh cewek! Surya juga mata keranjang banget, sih!” Renata mendecak kesal melihat itu.

“Kenapa lo?” tanya Bulan saat melihat perubahan wajah Renata yang tiba-tiba berubah jadi kesal.

Tak ada jawaban dari cewek itu membuat spekulasi dalam benak Bulan mengatakan benar.

“Lo suka sama Surya?” tebak Bulan yang berhasil membuat gadis itu menoleh, lalu mengangguk lemas.

“Udah, elah! Gak usah cemburu gitu!” Bulan terkikik geli melihat ekspresi Renata. Lalu tatapan Bulan teralih pada ketiga orang yang ada di samping kanannya.

“Ta, cewek itu siapa?” tanya Bulan lagi. ‘Itu’ yang Bulan maksud adalah Mentari.

“Cewek matre,” jawab Renata singkat, padat, dan jelas. Cewek itu masih kesal dengan Surya. Bisa-bisanya, cowok itu berani menggombal Mentari—cewek yang paling dibencinya—di depan matanya sendiri. Perasaannya berasa kagak dihargai tau nggak!

“Hah?” Bulan menatapnya cengoh, membuat Renata memutar bola mata malas.

“Namanya Mentari. Cewek matre plus licik di sekolahan. Kerjanya cuma morotin duit cowok doang. Lo tau, korbannya udah banyak. Salah satunya Bintang," jelas Renata dengan ekspresi setengah juteknya. Ia paling malas membahas cewek itu, tapi mau bagaimana lagi kali ini ia harus bercerita. Huh, menjengkelkan!

Sedangkan Bulan hanya manggut-manggut tanda mengerti. Cewek itu tidak banyak tanya lagi melihat raut tidak senang di wajah Renata. Tatapannya lalu beralih ke samping kembali. Lebih tepatnya ke arah Bintang. Entah kenapa ada rasa cemburu yang terbesit di hati Bulan melihat Bintang dekat sama cewek lain.

Cowok itu hanya diam ketika Mentari bergelayut manja di lengannya. Ia tidak melakukan pengelakan. Namun, tak bisa dipungkiri juga kalau wajahnya menunjukkan raut tak suka. Mungkin, ia merasa risih dengan kehadiran sang mantan di sampingnya.

“Bintang!” panggil Mentari, namun dihiraukan oleh cowok itu.

“BINTANGGG!!!” Panggilan cewek itu berubah menjadi sebuah pekikan yang berhasil membuat Bintang tersadar dari lamunannya.

Bintang menatap kesal cewek itu. “APA SIH?!” bentaknya murka.

“Lo dengar gak sih, gue panggil?” Mentari bertanya balik. Tak kalah kesal.

“CUKUP!!!” Bintang menyentak tangan cewek itu bersamaan dengan dirinya bangkit dari duduknya. Ia sudah muak. Muak dengan semuanya. Termasuk kenyataan bahwa Mentari mendekatinya hanya karena ingin memoroti hartanya. Sialan!

Dengan dada bergerumuh hebat dan wajah memerah padam, ia menatap Mentari penuh permusuhan. “LO MENTARI ... GUE PERINGATIN SEKALI LAGI SAMA LO, JANGAN PERNAH DEKET-DEKETIN GUE LAGI, PAHAM?!” teriaknya membentak cewek itu.

Emosi yang sedari ditahan-tahannya menyembur keluar begitu saja.

Ia menunjuk-nunjuk wajah Mentari lalu berkata, “lo itu gak lebih dari sampah tau enggak!” Berdecih, lalu melenggang pergi dari kantin.

Mentari yang masih duduk di bangku itu menunduk dengan wajah merah padam. Malu? Tentu saja. Bintang benar-benar sudah keterlaluan. Cowok sialan itu sudah mempermalukan dirinya di depan umum dengan cara seperti ini. Sial!

Diam-diam, kedua tangannya mengepal di bawah sana.

“BINTANG, LO MAU KEMANA?” teriak Surya namun dihiraukan oleh cowok itu.

Diam-diam, Bulan ikut bangkit dari duduknya dan mengikuti kemana arah cowok itu pergi.

***

Langkah Bintang berhenti di taman sekolah. Cowok itu sempat terdiam di tempatnya beberapa saat sebelum ia memutuskan untuk duduk di salah satu bangku taman.

“Sialan! Argghhhh!!!” Cowok itu mengacak rambutnya frustasi. Tampak, bara merah masih menyala di kedua bola matanya. Amarah masih menguasai dirinya sekarang.

Samar-samar, Bintang mendengar suara langkah seseorang dari arah belakang yang semakin mendekat ke arahnya. Hingga, ia merasakan bangku di sampingnya seperti diduduki oleh seseorang.

Tanpa menoleh pun, Bintang sudah tahu siapa orang itu.

“Siapa yang suruh lo duduk?” tanya Bintang kelewat sewot.

Cewek itu menoleh dan menatapnya bingung. “Emangnya, gue harus ijin dulu ya baru boleh duduk?” tanya Bulan balik.

Bintang langsung menolehkan wajahnya ke samping. Mendapati wajah bingung yang terlihat lucu di penglihatannya, membuat Bintang tertawa renyah.

“Kok ketawa?” tanya Bulan heran.

“Lucu,” jawab Bintang singkat dengan mata sipitnya efek ketawa.

“Apanya yang lucu?” tanya Bulan lagi.

Bintang menghentikan tawanya. Ia kembali bungkam. Tak tau harus menjawab apa.

Lalu, hening.

Benar-benar hening. Keduanya sibuk dengan dunianya sendiri. Bulan memutar otaknya bagaimana cara agar percakapan ini terus berlanjut dan Bintang dengan pandangan kosongnya ke depan.

“Oh ya, lo ngapain di sini sendirian?” tanya Bulan mengalihkan ke arah pembicaraan, mencoba mencari topik pembicaraan lain.

“Lo sendiri ... ngapain ngikutin gue?” Bintang bertanya balik. Ia menolehkan wajahnya ke samping.

Bulan mengangkat kedua bahunya ke atas dan menjawab polos. “Gak tau.”

“Kok gitu?” Kerutan di dahi Bintang menyembul.

“Ya, gue juga gak tau. Tiba-tiba aja gue kayak ditarik ke sini,” ujar Bulan mencoba jujur. Ya, kenyataannya memang seperti itu. Bulan seperti logam yang ditarik oleh Bintang yang berperan sebagai magnet ke sini.

“Btw, lo yang kuat ya, ngadepin cewek kayak dia.” Bulan tersenyum dan beralih mengelus-elus pundak cowok itu dengan lembut.

“Lo tau masalah gue?”

Bulan mengangguk. “Gue tau dari Tata,” jawabnya.

“Oh.”

Diam-diam, Bintang mengulum senyum. Lagi lagi, ia mendapatkan kenyamanan berada di dekat gadis ini. Tak dapat lagi membendung perasaannya itu, ia langsung memeluknya dari samping.

Tentu hal itu membuat Bulan berjengit kaget. Jantungnya kembali berdetak tak menentu. Ya Tuhan, kenapa hal ini harus Bulan rasakan setiap kali berada di dekat Bintang? Apakah tugas cowok itu memang untuk membuat jantungnya berdegup tak normal?

Tanpa mereka sadari, mereka sudah menjadi pusat perhatian teman-temannya.

“Ahhh, cieeeee...,” ledek teman-temannya serempak.

Bulan dan Bintang tersentak. Dua orang itu baru menyadari kalau mereka sudah menjadi tontonan gratis sekarang. Sejak kapan suasana kantin menjadi ramai?

Dengan senyum malu-malu, mereka mengurai pelukannya.

“Bang, enak ya, pelukannya?” ledek seseorang yang suaranya cukup familiar di telinga Bintang. Siapa lagi kalau bukan si Surya Dermawan?

“Cieee.... Bulan, my best friend gue yang statusnya murid baru udah dapat boyfriend aja. Um, so sweet banget sih! Jadi iri deh, gue!" Renata tak tinggal diam. Cewek itu ikut menimpali meledek keduanya. Lebih tepatnya, ia baper.

Hingga tanpa ia sadari, kini kepalanya sudah menyender di pundak Surya. Teman-temannya yang sedang meledek Bulan dan Bintang, kini beralih pada Tata dan Surya.

“Cieee... ada yang baru lagi nih, guys!” celetuk seorang murid cewek yang kebetulan melihat Tata dan Surya. Lalu, semua pasang mata melirik ke arah keduanya.

Sorakan cieee yang keras kembali terdengar. Surya yang baru menyadari akan hal itu, dengan cepat menyingkirkan kepala cewek itu dari pundaknya dengan tampang jijik.

“Apaan sih lo, Ta? Nyari kesempatan dalam kesempitan aja! Modus tau gak!”  Cowok itu bergidik ngeri.

Renata yang sedikit terjungkal ke samping gara-gara dorongan Surya memberenggut kesal. Ia menatap nyalang cowok itu.

“Gak usah malu-malu kucing, deh. Di mulut sih bilangnya nggak, tapi di hati bilangnya iya. Anjay, malu-malu kucing!” Bintang tertawa meledek yang langsung diikuti oleh teman-temannya.

***

Episodes
1 Pertemuan Pertama
2 Bagian 2. Murid Baru
3 Bagian 3. Akrab
4 Bagian 4. Sebuah Rasa
5 Bagian 5. Kehujanan
6 Bagian 6. Bintang Sakit
7 Bagian 7. Renata VS Surya
8 Bagian 8. Khawatir
9 Bagian 9. Salah Paham
10 Bagian 10. Benci
11 Bagian 11. Patah Hati
12 Bagian 12. Benci Tapi Cemburu
13 Bagian 13. Ulah Mentari & Sebuah Kesalahpahaman
14 Bagian 14. Rencana yang Gagal
15 Bagian 15. Pernyataan
16 Bagian 16. Bintang untuk Bulan
17 Bagian 17. Kejutan untuk Bulan
18 Bagian 18. Permintaan Maaf
19 Bagian 19. Sebuah Restu & Amanah
20 Bagian 20. Baikan
21 Bagian 21. Permulaan
22 Bagian 22. Rencana (Berhasil)
23 Bagian 23. Aneh (Berubah) 1
24 Bagian 24. Aneh (Berubah) 2
25 Bagian 25. Sandiwara
26 Bagian 26. Cemburu
27 Bagian 27. Jujur
28 Bagian 28. Belum Berakhir
29 Bagian 29. Berpiknik
30 Bagian 30. Diculik
31 Bagian 31. Akhir (End)
32 Bagian 32. Awal yang Sesungguhnya
33 Bagian 33. Hari Sial Bintang Part 1
34 Bagian 34. Hari Sial Bintang Part 2
35 Bagian 35. Tentang Bintang
36 Bagian 36. Pertemuan Pertama
37 Bagian 37. First Day in Jakarta
38 Bagian 38. Bulan & Bintang
39 Bagian 39. First Day of School
40 Bagian 40. Lagi lagi...
41 Bagian 41. (Dia) Murid Baru
42 Bagian 42. Dua Makhluk Aneh
43 Bagian 43. Hot News
44 Bagian 44. Tidak Tertarik
45 Bagian 45. Perihal Roftoop Sekolah
46 Bagian 46. Berkunjung ke Rumah
47 Bagian 47. Perihal Bulan Pingsan
48 Bagian 48 : Berubah?
49 Bagian 49. Hidup di Dua Dimensi?
50 Bagian 50. Keanehan yang Terjadi
51 Bagian 51. Tidak Masuk Akal!
52 Bagian 52. Istimewa dari Korban Lain
53 Bagian 53. Bulan & Renata
54 Bagian 54. Alur Cerita Yang Monoton
55 Bagian 55. Twins
56 Bagian 56. Perasaan Aneh
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Pertemuan Pertama
2
Bagian 2. Murid Baru
3
Bagian 3. Akrab
4
Bagian 4. Sebuah Rasa
5
Bagian 5. Kehujanan
6
Bagian 6. Bintang Sakit
7
Bagian 7. Renata VS Surya
8
Bagian 8. Khawatir
9
Bagian 9. Salah Paham
10
Bagian 10. Benci
11
Bagian 11. Patah Hati
12
Bagian 12. Benci Tapi Cemburu
13
Bagian 13. Ulah Mentari & Sebuah Kesalahpahaman
14
Bagian 14. Rencana yang Gagal
15
Bagian 15. Pernyataan
16
Bagian 16. Bintang untuk Bulan
17
Bagian 17. Kejutan untuk Bulan
18
Bagian 18. Permintaan Maaf
19
Bagian 19. Sebuah Restu & Amanah
20
Bagian 20. Baikan
21
Bagian 21. Permulaan
22
Bagian 22. Rencana (Berhasil)
23
Bagian 23. Aneh (Berubah) 1
24
Bagian 24. Aneh (Berubah) 2
25
Bagian 25. Sandiwara
26
Bagian 26. Cemburu
27
Bagian 27. Jujur
28
Bagian 28. Belum Berakhir
29
Bagian 29. Berpiknik
30
Bagian 30. Diculik
31
Bagian 31. Akhir (End)
32
Bagian 32. Awal yang Sesungguhnya
33
Bagian 33. Hari Sial Bintang Part 1
34
Bagian 34. Hari Sial Bintang Part 2
35
Bagian 35. Tentang Bintang
36
Bagian 36. Pertemuan Pertama
37
Bagian 37. First Day in Jakarta
38
Bagian 38. Bulan & Bintang
39
Bagian 39. First Day of School
40
Bagian 40. Lagi lagi...
41
Bagian 41. (Dia) Murid Baru
42
Bagian 42. Dua Makhluk Aneh
43
Bagian 43. Hot News
44
Bagian 44. Tidak Tertarik
45
Bagian 45. Perihal Roftoop Sekolah
46
Bagian 46. Berkunjung ke Rumah
47
Bagian 47. Perihal Bulan Pingsan
48
Bagian 48 : Berubah?
49
Bagian 49. Hidup di Dua Dimensi?
50
Bagian 50. Keanehan yang Terjadi
51
Bagian 51. Tidak Masuk Akal!
52
Bagian 52. Istimewa dari Korban Lain
53
Bagian 53. Bulan & Renata
54
Bagian 54. Alur Cerita Yang Monoton
55
Bagian 55. Twins
56
Bagian 56. Perasaan Aneh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!