Everything About You
"Saya terima Nikahnya Anisa binti Abdul arif dengan seperangkat alat shalat dan cincin emas tersebut dibayar tunai"
Bagaimana saksi, sah ?
Sah...
sah...
Alhamdulillah..
Suara lantang Dimas menggema di seluruh ruangan tempat di laksanakannya acara yang begitu sakral hari ini. Bahkan suara yang di bantu microfon menembus hingga ke telinga gadis yang masih berada di kamar lantai dua rumah ini. Anisa Rahmawati namanya, dengan memakai kebaya putih juga bunga melati yang menjuntai indah di kepalanya mengucapkan syukur atas hari ini dengan beberapa tetes air mata jatuh diatas pipinya.
Air mata bahagia ? Bukan, itu bukanlah air mata bahagia seperti yang di rasakan pengantin wanita pada umumnya, saat sang pujaan hati berhasil mengucapkan kalimat sakral yang sangat di idamkan oleh seluruh wanita di dunia. Namun meskipun begitu Anisa tetap mensyukuri pernikahan ini, karena dengan ini dia benar-benar bisa berbakti pada Abi dan Uminya. Melihat senyum yang terpancar dari Umi, juga suara haru dari Abi yang melafazkan ijab tadi membuatnya ikut bahagia.
"Kok nangis, nanti makeupnya luntur sayang, ayo kita kebawa suamimu sudah menunggu." Kata wanita paruh baya yang sedang menemaninya di dalam kamar yang sudah sejak kecil dia tempati.
"Umi, Nisa belum ingin meninggalkan kamar ini, Nisa masih ingin disini boleh ya ?" Tanya Anisa memelas
Umi Zainah tersenyum teduh pada putri tunggalnya yang mungkin beberapa hari ini tidak akan lagi tinggal bersamanya.
Dengan terpaksa Anisa bangkit dari tempat duduk yang berada di meja rias miliknya, Umi Zainah mengapit legan sang putri menuruni satu persatu anak tangga di kediamnnya menuju sang menantu berada.
Anisa sudah duduk di samping dimas, ikut mengaminkan di dalam hatinya ketoka do'a-do'a kebaikan yang di lafazkan pemuka agama.
Dengan perlahan Dimas memakaikan cincin emas putih dengan berlian di atasnya pada jari manis Anisa begitupun sebaliknya. Anisa mencium tangan laki-laki yang sudah menjadi imamnya khidmat.
********
** Anisa Pov's**
Satu Minggu Kemudian
Aku terus melangkah perlahan mengikuti sekertaris pribadi suamiku memasuki Apartemen mewah miliknya. Di apartemen inilah nanti aku akan menghabiskan hari - hariku setelah pulang dari tempat kerjaku. Satu hal yang masih aku syukuri, mas Dimas tidak melarangku untuk tetap melakukan aktifitasku sebagaimana mestinya.
Seminggu sudah berlalu aku berganti status menjadi istri dari seorang laki - laki bernama Dimas Prasetyo yang umurnya berbeda 10 tahun denganku. Pernikahan yang sama - sama tidak kami inginkan. Aku tahu suamiku punya wanita yang sangat dia cintai, namun karena alasan untuk berbakti pada orang tuanya sama seperti alasanku, dia mau menerima perjodohan ini dan bersedia menikahi ku. Entahlah aku masih belum tahu akhir dari kisah pernikahanku ini, aku hanya akan menjalaninya saja.
Aku baru saja menyelesaikan S1 di salah satu Universitas swasta di kota Bandung setahun yang lalu dan sekarang aku bekerja di perusahaan yang di pimpin langsung oleh suamiku.
Siti nurbaya di era milenial, begitulah aku menyebut diriku sendiri. Aku hanya bisa mengangguk pasrah saat abi menyampaikan titahnya untuk menikahkan aku dengan anak sahabatnya yang tidak lain adalah nas Dimas pimpinan perusahaan tempatku bekerja.
Sebelum pernikahan, aku dan mas Dimas sudah membicarakan banyak hal tentang apa saja yang harus aku lakukan setelah menjadi istrinya dia juga menceritakan wanita yang sangat dicintainya sejak kuliah hingga sekarang.
Sungguh aku tidak sakit hati dengan wanitanya, hanya saja sedikit tidak nyaman ketika membayangkan menghabiskan hidup dengan laki - laki yang mencintai wanita lain.
Aku tahu mas Dimas orang yang baik, namun aku juga bukan orang jahat yang dengan tega melukai wanita lain. Disini aku hanya memprioritaskan abi dan umi, memilih mana orang yang lebih penting dalam kehidupanku, sungguh aku juga tidak ingin melukai mereka dengan menolak perjodohan ini. Sama seperti mas Dimas, dia mendahulukan kebahagiaan Ayah dan Ibu dari pada kebahagiaanya sendiri.
Sudahlah semuanya sudah terjadi, tidak ada yang perlu disesali lagi, mulai saat ini aku hanya akan menjalani semuanya dengan ikhlas.
Hari ini hari pertama aku dan mas Dimas pindah ke apartemen. mas Dimas tidak ingin tinggal bersama Abi dan Umi atau Ayah dan Ibu. Dia membeli sebuah apartemen untuk kami tinggali, walaupaun ibu mertuaku memaksanya untuk tinggal bersama mereka tetapi Mas Dimas tidak mau.
Meskipun Abi dan Umi tidak pernah memintaku untuk tinggal bersama pmereka setelah menikah nanto, namun tetap saja hatiku terasa sesak saat meninggalkan mereka juga rumah yang sudah aku tinggali selama 22 Tahun ini.
Tapi kelihatanya mas Dimas sama sekali tidak perduli denganku. Setelah sampai di Jakarta mas Dimas langsung memilih pergi, aku tak tahu kemana perginya dia, hanya asisten pribadinya yang mengantarku dengan selamat sampai apartemen.
Aku pernah sekali datang ke apartemen ini, mas Dimas sengaja mengajaku agar aku bisa mengatakan padanya apa yang aku sukai.
Satu demi satu anak tangga terlewati, aku masih setia mengikuti asisten pribadinya mas Dimas yang bernama Tio dari belakang menuju kamar yang akan kami tempati nanti. Satu kamar dengan dua tempat tidur di dalamnya. Ibu mertuaku mengizinkan kami untuk tidak mau tinggal serumah dengan mereka, namun apartemen yang kami tempati tidak boleh memiliki dua kamar atau lebih. Dan berakhirlah dua kamar di renovasi menjadi satu kamar yang luas agar bisa menampung dua tempat tidur di dalamnya.
"Silahkan masuk nona." Suara dari asisten mas Dimas menyadarkanku dari lamunan tentang pernikahanku.
Sambil membuka pintu kamar asistennya mas Dimas mempersilahkan aku masuk. Masuk kedalam kamar, aku menjelajahi seluruh ruangan dengan pandanganku. Foto pernikahan kami terpajang di dinding kamar membuatku tersenyum miris.
"Kamar yang indah, terimakasih mas Tio" Kataku pada asisten suamiku.
"Sama - sama nona, silahkan beristirahat" Jawab Tia dan segera menutup kembali pintu kamar.
Selepas kepergian Tio aku membaringakn tubuhku di atas salah satu ranjang. Menikmati kesendirianku, Menatap langit-langit kamar yang mungkin akan menjadi pemandangan favoritku setiap hari. Dulu pernah berharap jika menikah nanti, bukan hanya akan menjadi suami tetapi juga teman yang bisa menjadi tempatku untuk berkeluh kesah. Tapi inilah kenyataan, semua takdirku sudah tertulis rapi di lauh mahfuz, aku hanya siap menjalaninya dengan ikhlas.
Ruangan yang luas menambah tingkat kesunyaian. Kamar ini bahkan lima kali lebih luas dari kamar kostku di Jakarta selama bebrapa bulan ini. Ranjang yang besar untuk tubuh seukuranku.
Beberapa kali netraku mengelilingi ruangan yang luasnya hampir setengah dari apartemen ini.
"Ah nikmati saja Nisa, tempat tinggal gratis makan gratis dan kartu kredit gratis. Bukankah banyak gadia yang ingin berada di posisimu." Kataku menyemangati diri sendiri.
Karena dari Bandung menuju Jakarta begitu melelahkan akhirnya aku terlelap di alam mimpi indahku, dan semoga kehidupanku kedepannya akan berjalan lancar meski tidak seindah mimpiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Jumadin Adin
aq bacanya kebalik dari menggenggam janji,istri ke dua baru ini
2023-01-15
0
Oh Dewi
mampir ah mana tau seru.
Sesusah itu nyari novel yang bagus, terakhir baca novel yang bagus sekitar sebulan yang lalu, itu pun pembacanya dikit banget.
Judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, searchnya pakek tanda kurung gini
2022-09-05
0
moemoe
Aku bacany kebalik, baca wanita k2 dlu baru k sni,,da yg samaan gk?
2022-06-19
0